KTI SKRIPSI
STUDI TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG KOLOSTRUM BAGI BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Hasil penelitian didapatkan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang kolostrum sebagian besar adalah cukup dengan persentase 53,33 %, sehingga pengetahuan ini perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai hasil yang lebih baik, untuk itu perlu adanya kerjasama antara tenaga kesehatan dengan pihak-pihak yang terkait, salah satunya yaitu dengan meningkatkan informasi dan pengetahuan kepada ibu hamil trimester III tentang kolostrum dengan memberi penyuluhan kesehatan.
Kata kunci : Pengetahuan, Ibu Hamil Trimester III, Kolostrum
Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah besar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI. Karena pengaruh hormon yang dibuat placenta yaitu laktogen, prolaktin kariogonadotropin, estrogen dan progesterone. Pembesaran juga disebabkan oleh bertambahnya pembuluh darah. Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung punting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari kelenjar hipofise (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005)
ASI dan kolostrum adalah makanan terbaik untuk bayi. Kolostrum merupakan cairan jernih kekuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu pada periode akhir atau trimester ketiga kehamilan. Kolostrum dikeluarkan pada hari-hari pertama setelah kelahiran. Jumlah yang dihasilkan bervariasi antara 10-100 ml. Per hari dengan rata-rata 30 ml. Jumlah kolostrum akan bertambah dan mencapai komposisi ASI biasa / matur sekitar 3 – 14 hari. Dibandingkan dengan ASI biasa, kolostrum memiliki kandungan laktosa, lemak dan vitamin larut dalam air (vitamin B dan C) lebih rendah, tetapi memiliki kandungan protein, vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K) dan beberapa mineral (seperti seng dan sodrum) yang lebih tinggi. kolostrum sangat sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan sesuai dengan kemampuan ginjal bayi baru lahir yang belum mampu menerima makanan dalam volume besar (Mellyna Huliana, 2003).
Dalam waktu segera setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara naluriah. Membantu kontak langsung ibu–bayi sedini mungkin untuk memberikan rasa aman dan kehangatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, tidak jarang kita mendengar seorang ibu mengatakan, “Asi saya belum keluar.” Sebenarnya, meski ASI yang keluar pada hari tersebut sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1 – 2 hari. Air susu yang keluar pada hari pertama (kolostrum) ini mengandung zat anti-infeksi 10 – 17 kali lebih banyak dibanding ASI yang matang (Utami Roesli, 2000).
Di daerah pedesaan, pada umumnya ibu menyusui bayi mereka, namun karena jumlahnya sedikit dan berwarna bukan putih susu ini, sering kali ibu merasa ASInya belum keluar sehingga banyak ibu yang ragu untuk memberikan ASI pada bayinya, untuk itu ada penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kebiasaan yang kurang baik, seperti pemberian makanan pralaktal yaitu pemberian makanan / minuman untuk
menggantikan ASI apabila ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran. Disamping itu masih banyak ibu-ibu tidak memanfaatkan kolostrum, karena mereka menganggap ASI yang keluar pada hari-hari pertama itu tidak baik untuk makanan bayi dan ada pula yang menganggap kolostrum itu adalah susu basi. Sehingga mereka membuang kolostrum tersebut. Mereka umumnya tidak mengerti bahwa ASI yang baru keluar itu sangat baik untuk bayinya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005) (Luluk Lely Soraya, 2006).
Bayi yang diberi susu selain ASI segera setelah lahir mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI segera setelah lahir (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, pada tanggal 31 Maret - 4 April 2008 di wilayah kerja Puskesmas Kota, ibu hamil yang berkunjung sebanyak 43 orang dengan ibu hamil trimester III sebanyak 20 orang, ditemukan 11 ibu yang tidak tahu tentang kolostrum. Dan data tersebut menunjukkan bahwa ibu yang tidak tahu tentang kolostrum sebanyak 55 % dan ibu yang tahu tentang kolostrum sebanyak 45 %, selain itu diketahui bahwa sebagian besar ibu yang datang bersama balitanya tidak memberikan kolostrum pada saat setelah dilahirkan.
Untuk itu perlu adanya peningkatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil trimester III mengenai pentingnya kolostrum bagi bayi mereka. Penyuluhan ini dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu oleh kader kesehatan ataupun menggunakan sarana media cetak atau elektronik sehingga pengetahuan ibu menjadi bertambah dan akhirnya dapat memberikan kolostrum pada bayi segera setelah lahir (Luluk Lely Soraya, 2006).
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III tentang pentingnya kolostrum bagi bayi. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Studi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Kolostrum.”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III tentang kolostrum bagi bayi di wilayah kerja Puskesmas?”
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III tentang kolostrum.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil trimester III tentang pengertian kolostrum.
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil trimester III tentang manfaat kolostrum.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Dalam penulisan ini penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peneliti mengenai pengetahuan ibu hamil trimester III tentang kolostrum sehingga kemampuan peneliti dalam mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu tentang kolostrum akan bertambah.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai salah satu sumber pengetahuan tentang manfaat kolostrum bagi bayi baru lahir. Sehingga masyarakat khususnya ibu hamil trimester III mengetahui dan mau memberikan kolostrum pada bayinya kelak setelah lahir.
1.4.3 Bagi Tempat Pelayanan
Sebagai salah satu masukan dalam pengambilan kebijaksanaan untuk meningkatkan mutu dalam pelayanan kesehatan terutama pentingnya pengetahuan ibu tentang kolostrum bagi bayi.
1.4.4 Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya tentang kesehatan ibu dan anak khususnya pentingnya pengetahuan ibu tentang kolostrum bagi bayi.
silahkan download KTI SKRIPSI
STUDI TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG KOLOSTRUM BAGI BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
STUDI TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG KOLOSTRUM BAGI BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
ABSTRAK
Kolostrum adalah makanan terbaik untuk bayi. Kolostrum merupakan cairan jernih kekuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu pada periode akhir atau trimester III kehamilan. Kolostrum dikeluarkan pada hari-hari pertama setelah kelahiran, sebaiknya kolostrum diberikan segera setelah bayi lahir. Tetapi didaerah pedesaan, pada umumnya mereka menganggap ASI yang keluar pada hari-hari pertama itu tidak baik untuk makanan bayi, sehingga mereka umumnya tidak memberikan kolostrum kepada bayinya. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III tentang kolostrum. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III tentang pengertian kolo strum, manfaat kolostrum serta waktu dan cara pemberian kolostrum/ASI. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, sampel diambil dari ibu hamil trimester III yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas sebesar 15 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan accidental sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur kuesioner.Hasil penelitian didapatkan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang kolostrum sebagian besar adalah cukup dengan persentase 53,33 %, sehingga pengetahuan ini perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai hasil yang lebih baik, untuk itu perlu adanya kerjasama antara tenaga kesehatan dengan pihak-pihak yang terkait, salah satunya yaitu dengan meningkatkan informasi dan pengetahuan kepada ibu hamil trimester III tentang kolostrum dengan memberi penyuluhan kesehatan.
Kata kunci : Pengetahuan, Ibu Hamil Trimester III, Kolostrum
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANGPada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah besar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI. Karena pengaruh hormon yang dibuat placenta yaitu laktogen, prolaktin kariogonadotropin, estrogen dan progesterone. Pembesaran juga disebabkan oleh bertambahnya pembuluh darah. Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung punting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari kelenjar hipofise (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005)
ASI dan kolostrum adalah makanan terbaik untuk bayi. Kolostrum merupakan cairan jernih kekuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu pada periode akhir atau trimester ketiga kehamilan. Kolostrum dikeluarkan pada hari-hari pertama setelah kelahiran. Jumlah yang dihasilkan bervariasi antara 10-100 ml. Per hari dengan rata-rata 30 ml. Jumlah kolostrum akan bertambah dan mencapai komposisi ASI biasa / matur sekitar 3 – 14 hari. Dibandingkan dengan ASI biasa, kolostrum memiliki kandungan laktosa, lemak dan vitamin larut dalam air (vitamin B dan C) lebih rendah, tetapi memiliki kandungan protein, vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K) dan beberapa mineral (seperti seng dan sodrum) yang lebih tinggi. kolostrum sangat sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan sesuai dengan kemampuan ginjal bayi baru lahir yang belum mampu menerima makanan dalam volume besar (Mellyna Huliana, 2003).
Dalam waktu segera setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara naluriah. Membantu kontak langsung ibu–bayi sedini mungkin untuk memberikan rasa aman dan kehangatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, tidak jarang kita mendengar seorang ibu mengatakan, “Asi saya belum keluar.” Sebenarnya, meski ASI yang keluar pada hari tersebut sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1 – 2 hari. Air susu yang keluar pada hari pertama (kolostrum) ini mengandung zat anti-infeksi 10 – 17 kali lebih banyak dibanding ASI yang matang (Utami Roesli, 2000).
Di daerah pedesaan, pada umumnya ibu menyusui bayi mereka, namun karena jumlahnya sedikit dan berwarna bukan putih susu ini, sering kali ibu merasa ASInya belum keluar sehingga banyak ibu yang ragu untuk memberikan ASI pada bayinya, untuk itu ada penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kebiasaan yang kurang baik, seperti pemberian makanan pralaktal yaitu pemberian makanan / minuman untuk
menggantikan ASI apabila ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran. Disamping itu masih banyak ibu-ibu tidak memanfaatkan kolostrum, karena mereka menganggap ASI yang keluar pada hari-hari pertama itu tidak baik untuk makanan bayi dan ada pula yang menganggap kolostrum itu adalah susu basi. Sehingga mereka membuang kolostrum tersebut. Mereka umumnya tidak mengerti bahwa ASI yang baru keluar itu sangat baik untuk bayinya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005) (Luluk Lely Soraya, 2006).
Bayi yang diberi susu selain ASI segera setelah lahir mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI segera setelah lahir (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, pada tanggal 31 Maret - 4 April 2008 di wilayah kerja Puskesmas Kota, ibu hamil yang berkunjung sebanyak 43 orang dengan ibu hamil trimester III sebanyak 20 orang, ditemukan 11 ibu yang tidak tahu tentang kolostrum. Dan data tersebut menunjukkan bahwa ibu yang tidak tahu tentang kolostrum sebanyak 55 % dan ibu yang tahu tentang kolostrum sebanyak 45 %, selain itu diketahui bahwa sebagian besar ibu yang datang bersama balitanya tidak memberikan kolostrum pada saat setelah dilahirkan.
Untuk itu perlu adanya peningkatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil trimester III mengenai pentingnya kolostrum bagi bayi mereka. Penyuluhan ini dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu oleh kader kesehatan ataupun menggunakan sarana media cetak atau elektronik sehingga pengetahuan ibu menjadi bertambah dan akhirnya dapat memberikan kolostrum pada bayi segera setelah lahir (Luluk Lely Soraya, 2006).
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III tentang pentingnya kolostrum bagi bayi. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Studi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Kolostrum.”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III tentang kolostrum bagi bayi di wilayah kerja Puskesmas?”
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III tentang kolostrum.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil trimester III tentang pengertian kolostrum.
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil trimester III tentang manfaat kolostrum.
c. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil trimester III tentang waktu dan cara pemberian kolostrum/ASI.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Dalam penulisan ini penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peneliti mengenai pengetahuan ibu hamil trimester III tentang kolostrum sehingga kemampuan peneliti dalam mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu tentang kolostrum akan bertambah.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai salah satu sumber pengetahuan tentang manfaat kolostrum bagi bayi baru lahir. Sehingga masyarakat khususnya ibu hamil trimester III mengetahui dan mau memberikan kolostrum pada bayinya kelak setelah lahir.
1.4.3 Bagi Tempat Pelayanan
Sebagai salah satu masukan dalam pengambilan kebijaksanaan untuk meningkatkan mutu dalam pelayanan kesehatan terutama pentingnya pengetahuan ibu tentang kolostrum bagi bayi.
1.4.4 Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya tentang kesehatan ibu dan anak khususnya pentingnya pengetahuan ibu tentang kolostrum bagi bayi.
STUDI TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG KOLOSTRUM BAGI BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar