KTI SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI RS
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan (Purba, 2003: 1).
Dalam praktek keperawatan, komunikasi adalah suatu alat yang penting untuk membina hubungan therapeutik dan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan. Lebih jauh, komunikasi sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Disisi lain, penyebab sumber ketidakpuasan pasien sering disebabkan karena jeleknya komunikasi yang terjadi dengan pasien. Oleh karena itu pengukuran kepuasan pasien terhadap komunikasi therapeutik perawat akan bermanfaat dalam memonitor dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan (Purba, 2003: 1).
Kemampuan komunikasi yang baik dari perawat merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses keperawatan. Kemampuan komunikasi sangat mempengaruhi kelengkapan data klien. Untuk itu selain perlunya meningkatkan kemampuan komunikasi perawat, kemampuan komunikasi klien juga perlu ditingkatkan. Perawat perlu mengetahu hambatan, kelemahan dan gaya klien dalam berkomunikasi. Perawat perlu memperhatikan budaya yang mempengaruhi kapan dan dimana komunikasi dilakukan, penggunaan bahasa, usia dan perkembangan klien (Mundakir, 2006:7 8).
Komunikasi therapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dalam komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).
Dalam pelayanan asuhan keperawatan, komunikasi therapeutik memegang peranan penting untuk membantu klien memecahkan masalahnya. Untuk mewujudkan terlaksananya komunikasi therapeutik secara efektif diperlukan adanya kemauan dan kesadaran diri yang tinggi dari perawat. Perawat harus mampu menciptakan kondisi (keterpercayaan) yang dapat menimbulkan adanya rasa percaya klien terhadap perawat, klien merasa diperhatikan: diterima, merasa aman, nyaman (deskripsi) merasa diikutsertakan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan untuknya (orientasi masalah) pelayanan yang diberikan perawat dirasakan tulus, tidak dengan paksaan (spontanitas) informasi yang dibutuhkan klien harus jelas (kejelasan) klien merasa perawat dapat membantu mengurangi hal-hal yang mengganggu pikirannya dalam menghadapi penyakitnya dan tanpa memandang siapa klien tersebut (persamaan) sehingga klien merasa puas (Purba, 2003: 2).
Kelemahan dalam komunikasi merupakan masalah serius baik bagi perawat maupun klien. Perawat yang enggan berkomunikasi dengan menunjukkan raut wajah yang tegang akan berdampak serius bagi klien. Klien akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Kondisi ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien. Dalam berkomunikasi dengan pasien, pesan yang disampaikan kadang disalah tafsirkan, terutama ketika menjelaskan tujuan terapi, dan kondisi klien. Seorang perawat yang menyampaikan pesan dengan kata-kata yang tidak dimengerti dan penyampaian yang terlalu cepat akan mempengaruhi penerimaan pasien terhadap pesan yang diberikan (Mundakir, 2006:2)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RS AA, jumlah pasien yang dirawat inap dari bulan Januari sampai Juni tahun adalah 2990 orang sedangkan jumlah perawat yang berijasah D III keperawatan di ruang Zamrud, Ratna Cempaka, Yaspis, Nilam, ICU/ICCU dan ruang Berlian RS AA yaitu berjumlah 64 orang. Dan menurut pengamatan saat peneliti melakukan praktek di RS AA masih ada sebagian perawat yang tidak berkomunikasi dengan baik kepada pasien saat pasien bertanya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Di RS AA ”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana gambaran pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik di RS AA ?
Bagaimana gambaran sikap perawat tentang komunikasi terapeutik di RS AA?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap perawat tentang komunikasi terapeutik di RS AA .
Tujuan Khusus
Diketahuinya gambaran pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik di RS AA
Diketahuinya gambaran sikap perawat tentang komunikasi terapeutik di RS AA
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Untuk RS AA
Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit mengenai pengetahuan dan sikap perawat tentang komunikasi terapeutik sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas perawat yang bekerja di RS AA.
Manfaat Bagi Peneliti Sendiri
Sebagai pengalaman nyata dan menambah pengetahuan penulis dalam melaksanakan penelitian.
Manfaat untuk peneliti yang lain
Sebagai masukan dan perbandingan dalam penelitian yang sejenis, serta dapat
pula dijadikan sebagai bahan informasi bagi mereka yang memerlukan. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RS AA pada bulan Agustus.
silahkan download KTI SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI RS
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI RS
B A B I
PENDAHULUAN
Latar BelakangKomunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan (Purba, 2003: 1).
Dalam praktek keperawatan, komunikasi adalah suatu alat yang penting untuk membina hubungan therapeutik dan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan. Lebih jauh, komunikasi sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Disisi lain, penyebab sumber ketidakpuasan pasien sering disebabkan karena jeleknya komunikasi yang terjadi dengan pasien. Oleh karena itu pengukuran kepuasan pasien terhadap komunikasi therapeutik perawat akan bermanfaat dalam memonitor dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan (Purba, 2003: 1).
Kemampuan komunikasi yang baik dari perawat merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses keperawatan. Kemampuan komunikasi sangat mempengaruhi kelengkapan data klien. Untuk itu selain perlunya meningkatkan kemampuan komunikasi perawat, kemampuan komunikasi klien juga perlu ditingkatkan. Perawat perlu mengetahu hambatan, kelemahan dan gaya klien dalam berkomunikasi. Perawat perlu memperhatikan budaya yang mempengaruhi kapan dan dimana komunikasi dilakukan, penggunaan bahasa, usia dan perkembangan klien (Mundakir, 2006:7 8).
Komunikasi therapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dalam komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).
Dalam pelayanan asuhan keperawatan, komunikasi therapeutik memegang peranan penting untuk membantu klien memecahkan masalahnya. Untuk mewujudkan terlaksananya komunikasi therapeutik secara efektif diperlukan adanya kemauan dan kesadaran diri yang tinggi dari perawat. Perawat harus mampu menciptakan kondisi (keterpercayaan) yang dapat menimbulkan adanya rasa percaya klien terhadap perawat, klien merasa diperhatikan: diterima, merasa aman, nyaman (deskripsi) merasa diikutsertakan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan untuknya (orientasi masalah) pelayanan yang diberikan perawat dirasakan tulus, tidak dengan paksaan (spontanitas) informasi yang dibutuhkan klien harus jelas (kejelasan) klien merasa perawat dapat membantu mengurangi hal-hal yang mengganggu pikirannya dalam menghadapi penyakitnya dan tanpa memandang siapa klien tersebut (persamaan) sehingga klien merasa puas (Purba, 2003: 2).
Kelemahan dalam komunikasi merupakan masalah serius baik bagi perawat maupun klien. Perawat yang enggan berkomunikasi dengan menunjukkan raut wajah yang tegang akan berdampak serius bagi klien. Klien akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Kondisi ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien. Dalam berkomunikasi dengan pasien, pesan yang disampaikan kadang disalah tafsirkan, terutama ketika menjelaskan tujuan terapi, dan kondisi klien. Seorang perawat yang menyampaikan pesan dengan kata-kata yang tidak dimengerti dan penyampaian yang terlalu cepat akan mempengaruhi penerimaan pasien terhadap pesan yang diberikan (Mundakir, 2006:2)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RS AA, jumlah pasien yang dirawat inap dari bulan Januari sampai Juni tahun adalah 2990 orang sedangkan jumlah perawat yang berijasah D III keperawatan di ruang Zamrud, Ratna Cempaka, Yaspis, Nilam, ICU/ICCU dan ruang Berlian RS AA yaitu berjumlah 64 orang. Dan menurut pengamatan saat peneliti melakukan praktek di RS AA masih ada sebagian perawat yang tidak berkomunikasi dengan baik kepada pasien saat pasien bertanya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Di RS AA ”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana gambaran pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik di RS AA ?
Bagaimana gambaran sikap perawat tentang komunikasi terapeutik di RS AA?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap perawat tentang komunikasi terapeutik di RS AA .
Tujuan Khusus
Diketahuinya gambaran pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik di RS AA
Diketahuinya gambaran sikap perawat tentang komunikasi terapeutik di RS AA
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Untuk RS AA
Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit mengenai pengetahuan dan sikap perawat tentang komunikasi terapeutik sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas perawat yang bekerja di RS AA.
Manfaat Bagi Peneliti Sendiri
Sebagai pengalaman nyata dan menambah pengetahuan penulis dalam melaksanakan penelitian.
Manfaat untuk peneliti yang lain
Sebagai masukan dan perbandingan dalam penelitian yang sejenis, serta dapat
pula dijadikan sebagai bahan informasi bagi mereka yang memerlukan. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RS AA pada bulan Agustus.
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI RS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar