KTI SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN DI DESA
Program Keluarga Berencana Nasional telah diawali dan dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 1974. Tujuan dari pada pemerintah tersebut untuk mengurangi jumlah penduduk dan juga untuk mengurangi tingkat kematian pada ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Juga responsif terhadap berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita (Herti, 2008 : 16). Sembilan puluh sembilan persen (99%) kesakitan pada wanita yang mengalami kehamilan terjadi di negara berkembang dan hampir 500 juta jiwa yang meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi kehamilan (Koblinsky 1997:151–153).
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak (Maryani, 2008 : 1).
Keluarga Berencana adalah merupakan suatu perencanaan kehamilan yang diinginkan untuk menjadikan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera dan pada hakikatnya keluarga berencana adalah upaya untuk menjarangkan kelahiran dan menghentikan kehamilan, bila ibu sudah melahirkan anak yang banyak. Secara tidak langsung Keluarga Berencana dapat menyehatkan fisik dan kondisi, sehat ekonomi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak (DEPKES RI 1996:88-89).
Menurut data dari kantor BKKBN Sulawesi Tengah tahun 2005 bulan April, jumlah peserta akseptor KB di Sulawesi Tengah adalah 278.288 jiwa (62,6%) dari 43 5.000 jiwa pasangan usia subur (PUS).
Pada saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai macam alat kontrasepsi, khususnya alat kontrasepsi metode efektif yaitu: pil, suntik, IUD implant. Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual, harganya murah dan dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 1998:255–256).
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama sekali.
Pemakaian alat kontrasepsi di Palu yang paling tinggi adalah pil (42,6%), suntik (36,8%) dan IUD (10,6%) dari metode efektif yang ada. Sedangkan di desa, kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntik (7 6%), pil (20%) dan IUD (4%). Menurut data dari Pustu Desa , sejak Januari – April
jumlah akseptor 120 orang. Dengan demikian dapat dilihat bahwa cukup banyak ibu memilih menggunakan kontrasepsi suntik dibandingkan alat kontrasepsi lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan antara umur ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa ?
2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa?
3. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa?
4. Apakah ada hubungan antara tingkat pendapatan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan berhubungan penggunaan alat koontrasepsi suntikan di desa.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan umur ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa Sibowi.
b. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa.
c. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Desa /BKKBN/Dinas Kesehatan
Memberikan gambaran tentang hal-hal yang behubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi terutama alat kontrasepsi suntikan.
2. Untuk peneliti lainnya yaitu sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.
3. Untuk penulis yaitu merupakan pengalaman yang nyata serta dialami oleh penulis dalam melakukan penelitian sederhana.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di desa pada bulan Juli.
silahkan download KTI SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN DI DESA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN DI DESA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangProgram Keluarga Berencana Nasional telah diawali dan dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 1974. Tujuan dari pada pemerintah tersebut untuk mengurangi jumlah penduduk dan juga untuk mengurangi tingkat kematian pada ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Juga responsif terhadap berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita (Herti, 2008 : 16). Sembilan puluh sembilan persen (99%) kesakitan pada wanita yang mengalami kehamilan terjadi di negara berkembang dan hampir 500 juta jiwa yang meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi kehamilan (Koblinsky 1997:151–153).
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak (Maryani, 2008 : 1).
Keluarga Berencana adalah merupakan suatu perencanaan kehamilan yang diinginkan untuk menjadikan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera dan pada hakikatnya keluarga berencana adalah upaya untuk menjarangkan kelahiran dan menghentikan kehamilan, bila ibu sudah melahirkan anak yang banyak. Secara tidak langsung Keluarga Berencana dapat menyehatkan fisik dan kondisi, sehat ekonomi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak (DEPKES RI 1996:88-89).
Menurut data dari kantor BKKBN Sulawesi Tengah tahun 2005 bulan April, jumlah peserta akseptor KB di Sulawesi Tengah adalah 278.288 jiwa (62,6%) dari 43 5.000 jiwa pasangan usia subur (PUS).
Pada saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai macam alat kontrasepsi, khususnya alat kontrasepsi metode efektif yaitu: pil, suntik, IUD implant. Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual, harganya murah dan dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 1998:255–256).
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama sekali.
Pemakaian alat kontrasepsi di Palu yang paling tinggi adalah pil (42,6%), suntik (36,8%) dan IUD (10,6%) dari metode efektif yang ada. Sedangkan di desa, kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntik (7 6%), pil (20%) dan IUD (4%). Menurut data dari Pustu Desa , sejak Januari – April
jumlah akseptor 120 orang. Dengan demikian dapat dilihat bahwa cukup banyak ibu memilih menggunakan kontrasepsi suntik dibandingkan alat kontrasepsi lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan antara umur ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa ?
2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa?
3. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa?
4. Apakah ada hubungan antara tingkat pendapatan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan berhubungan penggunaan alat koontrasepsi suntikan di desa.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan umur ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa Sibowi.
b. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa.
c. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Desa /BKKBN/Dinas Kesehatan
Memberikan gambaran tentang hal-hal yang behubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi terutama alat kontrasepsi suntikan.
2. Untuk peneliti lainnya yaitu sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.
3. Untuk penulis yaitu merupakan pengalaman yang nyata serta dialami oleh penulis dalam melakukan penelitian sederhana.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di desa pada bulan Juli.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN DI DESA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar