KTI SKRIPSI
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN
5 Bab, 33 Halaman, 10 Tabel, 6 Lampiran
Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Penelitian ini termasuk penelitian survei observasional dengan pendekatan crossectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 siswa kelas 5 di Sekolah Dasar Negeri 2, Kecamatan, Kabupaten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri 2, Kecamatan, Kabupaten. Pengumpulan status gizi diperoleh dari data antropometri pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak yang mempunyai tingkat ketelitian 0,5 kg dan pengukuran tinggi badan dengan microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1 cm sedangkan prestasi belajar diperoleh dengan mengambil nilai rata-rata siswa semester I dan II. Uji statistik yang digunakan yaitu uji korelasi Pearson Product Moment.
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa dengan p value 0,043. Status gizi yang normal sebanyak 86,7 % dan tidak normal 13,3 % sedangkan prestasi belajar yang baik sebanyak 26,7 % dan yang tidak baik sebanyak 73,3%.
Sebagian besar siswa mempunyai status gizi normal menurut Depkes RI(2005) dengan menggunakan IMT menurut umur sehingga perlu untuk dipertahankan. Bagi pihak sekolah harus tetap memperhatikan status gizi siswa melalui sarana UKS dalam upaya mempertahankan status gizi siswa. Namun prestasi belajar siswa masih sangat perlu ditingkatkan selaras dengan siswa yang sebagian besar mempunyai status gizi normal.
Kata Kunci : Status Gizi, Prestasi Belajar
Daftar Pustaka : 21 ( 1996 – 2008)
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Betapapun kayanya sumber alam yang tersedia bagi suatu bangsa tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri (Hadi, 2005).
Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Berdasarkan IPM maka pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari 174 negara (UNDP 2003 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Sedangkan pada tahun 2004, IPM Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara (UNDP 2004, dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005), yang merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat IPM negara-negara tetangga. Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia (Hadi, 2005).
Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan putri lebih cepat daripada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003).
Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan,misal berat badan yang kurang,anemia defisiensi Fe,defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium (Sediaoetama, 1996).
Krisis ekonomi bangsa telah mengakibatkan masalah gizi yang menimbulkan lost generation yaitu suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi sehingga tingkat kecerdasan (IQ) lebih rendah. Anak yang mengalami kurang energi protein (KEP) mempunyai mempunyai IQ lebih rendah 10-13 skor dibandingkan anak yang tidak KEP. Anak yang mengalami anemia mempunyai IQ lebih rendah 5-10 skor dibandingkan yang tidak anemia. Anak yang mengalami gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) mempunyai IQ lebih rendah 50 skor dibandingkan anak yang mengalami GAKI (Karsin, 2004).
Anak yang menderita kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata- rata IQ 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunted (UNICEF 1998 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah yang merupakan indikator adanya kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan gambaran ini ditemukan baik pada laki-laki maupun perempuan. Jika diamati perubahan prevalensi anak pendek dari tahun ke tahun maka prevalensi anak pendek ini praktis tidak mengalami perubahan oleh karena perubahan yang terjadi hanya sedikit sekali yaitu dan 39,8% pada tahun 1994 menjadi 36,1% pada tahun 1999 (Depkes, 2004).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto,2002).
Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan (Suhardjo, !996).
Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008). Dari hasil penelitian prestasi belajar siswa di salah satu sekolah dasar di kecamatan kabupaten yang dilakukan pada tahun 2005, ternyata masih ada prestasi belajar siswa di bawah nilai rata-rata yaitu 7,04 sebesar 44,8% (Sukadi, 2005) untuk itu penulis melakukan penelitian tentang hubungan status gizi terhadap prestasi belajar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan status gizi terhadap prestasi siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Kecamatan Kabupaten.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan status gizi terhadap prestasi siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Kecamatan Kabupaten.
2. Tujuan Khusus
a) Mengukur status gizi siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Kecamatan Kabupaten.
b) Mengukur tingkat prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Kecamatan Kabupaten.
c) Menganalisa hubungan status gizi terhadap prestasi siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Kecamatan Kabupaten
E. Manfaat
1. Bagi Siswa
Memberikan informasi kepada siswa tentang hubungan status gizi terhadap prestasi belajar sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan cara meningkatkan status gizi yang baik.
2. Bagi Sekolah Dasar
Memberikan masukan kepada sekolah agar memasukkan informasi gizi melalui mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
3. Bagi Wali Murid dan Guru
Memberikan informasi tentang status gizi yang baik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga wali murid dan guru senantiasa menjaga status gizi siswa agar tetap baik.
4. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman dan merealisasikan teori yang telah didapat
di bangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat.
silahkan download KTI SKRIPSI
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN
ABSTRAK
PROGRAM DIPLOMA III GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN 5 Bab, 33 Halaman, 10 Tabel, 6 Lampiran
Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Penelitian ini termasuk penelitian survei observasional dengan pendekatan crossectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 siswa kelas 5 di Sekolah Dasar Negeri 2, Kecamatan, Kabupaten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri 2, Kecamatan, Kabupaten. Pengumpulan status gizi diperoleh dari data antropometri pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak yang mempunyai tingkat ketelitian 0,5 kg dan pengukuran tinggi badan dengan microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1 cm sedangkan prestasi belajar diperoleh dengan mengambil nilai rata-rata siswa semester I dan II. Uji statistik yang digunakan yaitu uji korelasi Pearson Product Moment.
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa dengan p value 0,043. Status gizi yang normal sebanyak 86,7 % dan tidak normal 13,3 % sedangkan prestasi belajar yang baik sebanyak 26,7 % dan yang tidak baik sebanyak 73,3%.
Sebagian besar siswa mempunyai status gizi normal menurut Depkes RI(2005) dengan menggunakan IMT menurut umur sehingga perlu untuk dipertahankan. Bagi pihak sekolah harus tetap memperhatikan status gizi siswa melalui sarana UKS dalam upaya mempertahankan status gizi siswa. Namun prestasi belajar siswa masih sangat perlu ditingkatkan selaras dengan siswa yang sebagian besar mempunyai status gizi normal.
Kata Kunci : Status Gizi, Prestasi Belajar
Daftar Pustaka : 21 ( 1996 – 2008)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahKeberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Betapapun kayanya sumber alam yang tersedia bagi suatu bangsa tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri (Hadi, 2005).
Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Berdasarkan IPM maka pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari 174 negara (UNDP 2003 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Sedangkan pada tahun 2004, IPM Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara (UNDP 2004, dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005), yang merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat IPM negara-negara tetangga. Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia (Hadi, 2005).
Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan putri lebih cepat daripada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003).
Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan,misal berat badan yang kurang,anemia defisiensi Fe,defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium (Sediaoetama, 1996).
Krisis ekonomi bangsa telah mengakibatkan masalah gizi yang menimbulkan lost generation yaitu suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi sehingga tingkat kecerdasan (IQ) lebih rendah. Anak yang mengalami kurang energi protein (KEP) mempunyai mempunyai IQ lebih rendah 10-13 skor dibandingkan anak yang tidak KEP. Anak yang mengalami anemia mempunyai IQ lebih rendah 5-10 skor dibandingkan yang tidak anemia. Anak yang mengalami gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) mempunyai IQ lebih rendah 50 skor dibandingkan anak yang mengalami GAKI (Karsin, 2004).
Anak yang menderita kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata- rata IQ 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunted (UNICEF 1998 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah yang merupakan indikator adanya kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan gambaran ini ditemukan baik pada laki-laki maupun perempuan. Jika diamati perubahan prevalensi anak pendek dari tahun ke tahun maka prevalensi anak pendek ini praktis tidak mengalami perubahan oleh karena perubahan yang terjadi hanya sedikit sekali yaitu dan 39,8% pada tahun 1994 menjadi 36,1% pada tahun 1999 (Depkes, 2004).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto,2002).
Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan (Suhardjo, !996).
Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008). Dari hasil penelitian prestasi belajar siswa di salah satu sekolah dasar di kecamatan kabupaten yang dilakukan pada tahun 2005, ternyata masih ada prestasi belajar siswa di bawah nilai rata-rata yaitu 7,04 sebesar 44,8% (Sukadi, 2005) untuk itu penulis melakukan penelitian tentang hubungan status gizi terhadap prestasi belajar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan status gizi terhadap prestasi siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Kecamatan Kabupaten.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan status gizi terhadap prestasi siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Kecamatan Kabupaten.
2. Tujuan Khusus
a) Mengukur status gizi siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Kecamatan Kabupaten.
b) Mengukur tingkat prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Kecamatan Kabupaten.
c) Menganalisa hubungan status gizi terhadap prestasi siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Kecamatan Kabupaten
E. Manfaat
1. Bagi Siswa
Memberikan informasi kepada siswa tentang hubungan status gizi terhadap prestasi belajar sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan cara meningkatkan status gizi yang baik.
2. Bagi Sekolah Dasar
Memberikan masukan kepada sekolah agar memasukkan informasi gizi melalui mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
3. Bagi Wali Murid dan Guru
Memberikan informasi tentang status gizi yang baik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga wali murid dan guru senantiasa menjaga status gizi siswa agar tetap baik.
4. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman dan merealisasikan teori yang telah didapat
di bangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat.
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar