KTI SKRIPSI
PENGETAHUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL LANSIA DI KELURAHAN
Kata kunci : Pengetahuan Pemenuhan Kebutuhan Seksual Lansia
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dan umumnya bermasalah dengan kesehatan (R. Siti R. Siti Maryam, 2008). Pada lansia akan terjadi perubahan fisik seperti muskoluskeletal, saraf, kardiovaskuler, respirasi, penglihatan, pandangan, pengecap, pembau, peraba, integumen, gastrointestinal dan reproduksi (Wahyudi, 2008). Juga perubahan psikologis seperti kecerdasan dan memori menurun dan sikap (Potter & Perry, 2006). Perubahan lain adalah perubahan psikosoial (finansial, status, relasi, pekerjaan, takut akan kematian, perubahan gaya hidup dan perubahan konsep diri) (Wahyudi Nugroho, 2008). Khusus perubahan reproduksi umumnya ketika wanita lansia mereka sudah menopause akan menganggap bahwa dirinya sudah tidak membutuhkan seksual. Berbeda dengan lansia pria dimana sampai usia 60 tahun masih membutuhkan hubungan seksual.
Sebagai bukti mengenai hal ini dapat dilihat data yang ada. Kebutuhan seksual pada lansia, hanya 25% pada lansia laki-laki usia 60 tahun keatas yang tidak lagi melakukan hubungan seksual, akan tetapi pada wanita sebesar 50% wanita usia 60 tahun yang sudah tidak membutuhkan hubungan seksual. Sebanyak 27% laki-laki melakukan hubungan seksual 1 kali dalam sebulan sedangkan perempuan hanya 12% (R. Siti R. Siti Maryam, 2008).
Prosentase tersebut cukup banyak jika dilihat data riil lansia yang ada. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menunjukkan jumlah lansia tahun 2006 sebanyak 3,94 juta (www.d-info-jatim.go.id, 2006). Dari BPS Kota diketahui jumlah lansia sebanyak 69.822 jiwa terdiri dari laki-laki 32.249 jiwa dan wanita 37.573 jiwa.(BPS Susenas Kota, 2008).
Fenomena kesenjangan tentang pemenuhan kebutuhan seksual lansia yang juga terjadi di kelurahan tahun diantaranya ada Di Puskesmas Pesantren II sebanyak 720 lansia, Kelurahan 126 lansia. (Dinas Kesehatan Kota, 2009)
Adanya perbedaan kebutuhan seksual antara lansia wanita dan pria tersebut dapat disebabkan adanya anggapan bahwa lansia sudah waktunya berhenti dalam kehidupan seksual dan menganggap kurang pantas dilakukan oleh para lansia meskipun dorongan seksual masih ada (R. Siti Maryam, 2008). Anggapan atau persepsi demikian bisa timbul akibat pengetahuan yang kurang mengenai kebutuhan seksual pada lansia. Hal ini dipengaruhi pula faktor usia, pendidikan, maupun intelegensia yang ada pada lansia (J.S. Badudu & Moh. Zain, 1997). Akibat perbedaan kebutuhan seksual tersebut maka akan terjadi permasalahan di dalam upaya memenuhi kebutuhan seksual pada pasangan lansia terutama pada lansia pria. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang benar diantara mereka dalam upaya pemenuhan kebutuhan seksual suami istri. Jika tidak terjadi pemahaman yang baik maka dapat menyebabkan gangguan atau masalah dalam rumah tangga (J.L. Abineno, 1983).
Mengingat hal di atas dipandang perlu bagi lansia untuk meningkatkan ”pengetahuan” pemenuhan kebutuhan seksual. Hal ini dianggap sebagai metode atau cara yang tepat bagi lansia di dalam upaya untuk tetap melakukan hubungan seksual, seiring dengan penurunan kemampuan secara fisik. Lansia juga harus mengembangkan sikap percaya diri dan membentuk ekspresi seksual yang baru sehingga banyak membantu dalam memenuhi kebutuhan seksualnya (Sri Surini Pujiastuti & Budi Utomo, 2003).
Berdasarkan hasil penyuluhan tentang seks pada lansia di Kelurahan banyak terjadi respon yang menarik bagi para lansia sehingga mereka mau mengutarakan problem tentang kebutuhan seks yang mereka anggap saat ini tabu untuk diutarakan di sebagian besar lansia yang mempunyai problem pemenuhan kebutuhan seksual.
Dari 126 lansia yang hadir di Posyandu Lansia lebih kurang 60 lansia hadir, 4 orang mengutarakan masalah sakit pada saat hubungan seksual mereka menginginkan solusinya. Ada 2 orang lansia laki¬laki mengutarakan usia 40 tahun istri sudah mengalami menopause dini, untuk solusinya diantara mereka harus menyalurkan kebutuhan seksual diluar, serta 1 lansia laki-laki mempunyai istri pada umur 45 tahun sudah mengalami stroke dan selama 18 tahun itu tidak melakukan hubungan seksual lagi akhirnya membeli di luar. Selebihnya kebutuhan seksual hanya kewajiban untuk ibadah dimana sebagai seorang istri kalau tidak memenuhi kewajiban mendapatkan dosa.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan merumuskan dalam judul penelitian : ”Pengetahuan Pemenuhan Kebutuhan Seksual Lanjut Usia (Lansia) di Kelurahan Kota”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengetahuan pemenuhan kebutuhan seksual lanjut usia (lansia) di Kelurahan Kota ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengetahuan pemenuhan kebutuhan seksual lanjut usia (lansia) di Kelurahan Kota.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan lansia tentang pengertian hubungan seksual.
1.3.2.2 Mengidentifikasi pengetahuan lansia tentang pengaruh penuaan terhadap fungsi seksual lansia.
1.3.2.3 Mengidentifikasi pengetahuan lansia tentang sikap dalam hubungan seksual pada lansia.
1.3.2.4 Mengidentifikasi pengetahuan tentang posisi hubungan seksual pada lansia.
1.3.2.5 Mengidentifikasi pengetahuan tentang teknik hubungan seksual pada lansia.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan sanggup menjadi konselor dalam memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi lansia dalam pemenuhan kebutuhan seksual lansia.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung peningkatan pengetahuan mahasiswa lain tentang pengetahuan pemenuhan kebutuhan seksual lansia dengan segala perubahan dan dorongan seksual pada lansia pada umumnya.
1.4.3 Bagi tempat penelitian
Bidan diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengetahuan baru tentang kebutuhan seksual pada lansia dan merubah nilai-nilai yang salah atau mitos yang berkembang sehingga dapat tercipta masyarakat yang bisa mendukung kesejahteraan lansia
silahkan download KTI SKRIPSI
PENGETAHUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL LANSIA DI KELURAHAN
PENGETAHUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL LANSIA DI KELURAHAN
ABSTRAK
Pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia khususnya berkaitan dengan perasaan kehilangan daya tarik ada gej ala yang terlihat khususnya pada tingkat seksual baik pria maupun wanita akan memasuki masa klimakterium yang menyebabkan dorongan seksual. Tujuan penelitian untuk mengeksplorasi pengetahuan pemenuhan kebutuhan seksual pada lansia di Kelurahan Kota . Desain yang digunakan adalah diskriptif, populasi dalam penelitian ini adalah lansia di kelurahan sejumlah 126 lansia, jumlah sample sebesar 96 responden, sampling dalam penelitian menggunakan Random Sampling, instrumen yang digunakan kuesioner. Data yang diperoleh ditabulasi dengan menggunakan skore, kemudian data dari kualitatif tersebut diubah dalam data kuantitatif, dikelompokkan dan dianalisa. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan pemenuhan kebutuhan seksual lansia adalah baik (55,2%) dan kurang (5,2%). Hal ini dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan dan intelegensi. Bagi tempat penelitian diharapkan secara aktif untuk mendapatkan penyuluhan dan informasi berbagai hal tentang kesehatan.Kata kunci : Pengetahuan Pemenuhan Kebutuhan Seksual Lansia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangLanjut usia (lansia) adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dan umumnya bermasalah dengan kesehatan (R. Siti R. Siti Maryam, 2008). Pada lansia akan terjadi perubahan fisik seperti muskoluskeletal, saraf, kardiovaskuler, respirasi, penglihatan, pandangan, pengecap, pembau, peraba, integumen, gastrointestinal dan reproduksi (Wahyudi, 2008). Juga perubahan psikologis seperti kecerdasan dan memori menurun dan sikap (Potter & Perry, 2006). Perubahan lain adalah perubahan psikosoial (finansial, status, relasi, pekerjaan, takut akan kematian, perubahan gaya hidup dan perubahan konsep diri) (Wahyudi Nugroho, 2008). Khusus perubahan reproduksi umumnya ketika wanita lansia mereka sudah menopause akan menganggap bahwa dirinya sudah tidak membutuhkan seksual. Berbeda dengan lansia pria dimana sampai usia 60 tahun masih membutuhkan hubungan seksual.
Sebagai bukti mengenai hal ini dapat dilihat data yang ada. Kebutuhan seksual pada lansia, hanya 25% pada lansia laki-laki usia 60 tahun keatas yang tidak lagi melakukan hubungan seksual, akan tetapi pada wanita sebesar 50% wanita usia 60 tahun yang sudah tidak membutuhkan hubungan seksual. Sebanyak 27% laki-laki melakukan hubungan seksual 1 kali dalam sebulan sedangkan perempuan hanya 12% (R. Siti R. Siti Maryam, 2008).
Prosentase tersebut cukup banyak jika dilihat data riil lansia yang ada. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menunjukkan jumlah lansia tahun 2006 sebanyak 3,94 juta (www.d-info-jatim.go.id, 2006). Dari BPS Kota diketahui jumlah lansia sebanyak 69.822 jiwa terdiri dari laki-laki 32.249 jiwa dan wanita 37.573 jiwa.(BPS Susenas Kota, 2008).
Fenomena kesenjangan tentang pemenuhan kebutuhan seksual lansia yang juga terjadi di kelurahan tahun diantaranya ada Di Puskesmas Pesantren II sebanyak 720 lansia, Kelurahan 126 lansia. (Dinas Kesehatan Kota, 2009)
Adanya perbedaan kebutuhan seksual antara lansia wanita dan pria tersebut dapat disebabkan adanya anggapan bahwa lansia sudah waktunya berhenti dalam kehidupan seksual dan menganggap kurang pantas dilakukan oleh para lansia meskipun dorongan seksual masih ada (R. Siti Maryam, 2008). Anggapan atau persepsi demikian bisa timbul akibat pengetahuan yang kurang mengenai kebutuhan seksual pada lansia. Hal ini dipengaruhi pula faktor usia, pendidikan, maupun intelegensia yang ada pada lansia (J.S. Badudu & Moh. Zain, 1997). Akibat perbedaan kebutuhan seksual tersebut maka akan terjadi permasalahan di dalam upaya memenuhi kebutuhan seksual pada pasangan lansia terutama pada lansia pria. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang benar diantara mereka dalam upaya pemenuhan kebutuhan seksual suami istri. Jika tidak terjadi pemahaman yang baik maka dapat menyebabkan gangguan atau masalah dalam rumah tangga (J.L. Abineno, 1983).
Mengingat hal di atas dipandang perlu bagi lansia untuk meningkatkan ”pengetahuan” pemenuhan kebutuhan seksual. Hal ini dianggap sebagai metode atau cara yang tepat bagi lansia di dalam upaya untuk tetap melakukan hubungan seksual, seiring dengan penurunan kemampuan secara fisik. Lansia juga harus mengembangkan sikap percaya diri dan membentuk ekspresi seksual yang baru sehingga banyak membantu dalam memenuhi kebutuhan seksualnya (Sri Surini Pujiastuti & Budi Utomo, 2003).
Berdasarkan hasil penyuluhan tentang seks pada lansia di Kelurahan banyak terjadi respon yang menarik bagi para lansia sehingga mereka mau mengutarakan problem tentang kebutuhan seks yang mereka anggap saat ini tabu untuk diutarakan di sebagian besar lansia yang mempunyai problem pemenuhan kebutuhan seksual.
Dari 126 lansia yang hadir di Posyandu Lansia lebih kurang 60 lansia hadir, 4 orang mengutarakan masalah sakit pada saat hubungan seksual mereka menginginkan solusinya. Ada 2 orang lansia laki¬laki mengutarakan usia 40 tahun istri sudah mengalami menopause dini, untuk solusinya diantara mereka harus menyalurkan kebutuhan seksual diluar, serta 1 lansia laki-laki mempunyai istri pada umur 45 tahun sudah mengalami stroke dan selama 18 tahun itu tidak melakukan hubungan seksual lagi akhirnya membeli di luar. Selebihnya kebutuhan seksual hanya kewajiban untuk ibadah dimana sebagai seorang istri kalau tidak memenuhi kewajiban mendapatkan dosa.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan merumuskan dalam judul penelitian : ”Pengetahuan Pemenuhan Kebutuhan Seksual Lanjut Usia (Lansia) di Kelurahan Kota”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengetahuan pemenuhan kebutuhan seksual lanjut usia (lansia) di Kelurahan Kota ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengetahuan pemenuhan kebutuhan seksual lanjut usia (lansia) di Kelurahan Kota.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan lansia tentang pengertian hubungan seksual.
1.3.2.2 Mengidentifikasi pengetahuan lansia tentang pengaruh penuaan terhadap fungsi seksual lansia.
1.3.2.3 Mengidentifikasi pengetahuan lansia tentang sikap dalam hubungan seksual pada lansia.
1.3.2.4 Mengidentifikasi pengetahuan tentang posisi hubungan seksual pada lansia.
1.3.2.5 Mengidentifikasi pengetahuan tentang teknik hubungan seksual pada lansia.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan sanggup menjadi konselor dalam memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi lansia dalam pemenuhan kebutuhan seksual lansia.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung peningkatan pengetahuan mahasiswa lain tentang pengetahuan pemenuhan kebutuhan seksual lansia dengan segala perubahan dan dorongan seksual pada lansia pada umumnya.
1.4.3 Bagi tempat penelitian
Bidan diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengetahuan baru tentang kebutuhan seksual pada lansia dan merubah nilai-nilai yang salah atau mitos yang berkembang sehingga dapat tercipta masyarakat yang bisa mendukung kesejahteraan lansia
PENGETAHUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL LANSIA DI KELURAHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar