KTI SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA GRAVIDA DENGAN TINGKAT HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD
Kata kunci: Gravida, Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan (Bobak. 2004: 721). Hiperemesis Gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda (Sarwono P.2002: 277). Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang, sehingga darah menjadi kental (Hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan peredaran darah yang berarti komsumsi oksigen dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan makanan dan oksigen ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil (Manuaba, IBG. 1998: 209).
Batas jelas antara mual yang masih fisiologis dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpangaruh sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarium. Hiperemesis Gravidarium menurut berat ringannya gej ala dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan. (1) Hiperemesis Gravidarum Tingkat I (Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun, merasa nyeri epigastrium, nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
mengurang, lidah mongering, mata cekung. (2) Hiperemesis Gravidarum Tingkat II (Penderita nampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang – kadang naik, mata sedikit ikteris dan cekung, berat badan menurun, tensi menurun, hemokonsentras, oliguria, konstipasi, aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan dan dapat pula ditemukan dalam kencing. (3) Hiperemesis Gravidarum Tingkat III (Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun drastis dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu naik, tensi turun) (Sarwono P.2002 : 277 – 278).
Pada tingkatan yang berat, hiperemesis gravidarum dapat mengancam jiwa dan janin. Dimana telah terjadi delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan yang merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan (Sarwono P. 2002: 279)
Sekitar 70 % wanita hamil suatu saat akan mengalami rasa mual (Jimenez, SML. 1999: 31). Mual dan muntah terjadi pada 60 % - 80 % primigravida dan 40 % - 60 % multigravida (Sarwono P. 2002 : 275). Insiden Hiperemesis Gravidarum 3,5 per 1000 kelahiran dimana 1 dari setiap 1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap (Bobak 2004: 721). Keadaan ini lebih sering ditemukan pada kehamilan pertama (Farrer, H. 1999: 113).
Seorang primigravida berperan dominan pada faktor predisposisi Hiperemesis Gravidarum, antara lain pada faktor adaptasi, hormonal, dan psikologi. Pada faktor hormonal, primigravida sebagian kecil belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin (Manuaba, IBG. 1998 210). Sedangkan pada faktor psikologi, primigravida mempunyai kecenderungan mengalami ambivalen terhadap kehamilan dan perasaan yang saling berkonflik tentang peran dimasa depan sebagai ibu, perubahan tubuh, dan perubahan gaya hidup yang dapat menjadi penyebab episode vomitus (Bobak. 2004: 721).
Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD pada awal Januari sampai dengan akhir Maret didapatkan bahwa jumlah total pasien yang mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 7 orang, 4 orang primigravida dan 3 orang multigravida.
Dengan melihat fenomena yang ada peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD periode 1 Januari – 31 Desember.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian “ Adakah hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD periode 1 Januari - 31 Desember ? “.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD Periode 1 Januari - 31 Desember.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD Periode 1 Januari - 31 Desember.
1.3.2.2 Mengidentifikasi gravida ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum pada masing-masing tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD Periode 1 Januari - 31 Desember.
1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD Periode 1 Januari - 31 Desember.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
1.4.1.1 Memberikan wawasan dan pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian sebagai bekal untuk penelitian selanjutnya.
1.1.4.2 Memperluas wawasan peneliti mengenai Hiperemesis Gravidarum terutama pada hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum.
1.4.1.3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi peneliti dalam memberikan pelayanan kesehatan saat bekerja di lapangan nanti.
1.4.2 Bagi Lahan Penelitian dan Sarana Kesehatan lainnya
1.4.2.1 Dapat digunakan sebagai informasi tentang hubungan antara
gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum.
1.4.2.2 Dapat digunakan sebagai masukan bagi RSUD guna meningkatkan pelayanan KIA dan intervensi terhadap pasien dengan hiperemesis gravidarum.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.1 Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi tentang hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum.
1.4.3.2 Dapat menambah masukan bagi institusi pendidikan untuk dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor pemicu hiperemesis gravidarum.
silahkan download KTI SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA GRAVIDA DENGAN TINGKAT HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD
HUBUNGAN ANTARA GRAVIDA DENGAN TINGKAT HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD
ABSTRAK
Hiperemesis Gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan. Sekitar 70 % wanita hamil suatu saat akan mengalami rasa mual. Mual dan muntah terjadi pada 60 % - 80 % primigravida dan 40 % - 60 % multigravida. Hiperemesis Gravidarium menurut berat ringannya gej ala dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan. (1) hiperemesis gravidarum tingkat I, hiperemesis gravidarum tingkat II, dan hiperemesis gravidarum tingkat III. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD Periode 1 Januari - 31 Desember. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi retrospektif. Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medik RSUD pada tanggal 18 Juli. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medik pasien di RSUD periode 1 Januari – 31 Desember yang mengalami hiperemesis gravidarum. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Dari hasil penelitian didapatkan 20 kasus hiperemesis gravidarum di RSUD selama periode 1 Januari – 31 Desember, yaitu 70% (14) adalah hiperemesis gravidarum tingkat I yang terdiri dari 9 (64,28%) primigravida dan 5 (35,72%) multigravida, dan untuk hiperemesis gravidarum tingkat II sebanyak 6 (30%) ibu hamil dimana 100% terjadi pada primigravida. Berdasarkan analisa data fisher probability exact test dengan = 0,05 dan P = 0,129, diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD periode 1 Januari – 31 Desember.Kata kunci: Gravida, Hiperemesis Gravidarum
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangHiperemesis Gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan (Bobak. 2004: 721). Hiperemesis Gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda (Sarwono P.2002: 277). Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang, sehingga darah menjadi kental (Hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan peredaran darah yang berarti komsumsi oksigen dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan makanan dan oksigen ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil (Manuaba, IBG. 1998: 209).
Batas jelas antara mual yang masih fisiologis dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpangaruh sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarium. Hiperemesis Gravidarium menurut berat ringannya gej ala dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan. (1) Hiperemesis Gravidarum Tingkat I (Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun, merasa nyeri epigastrium, nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
mengurang, lidah mongering, mata cekung. (2) Hiperemesis Gravidarum Tingkat II (Penderita nampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang – kadang naik, mata sedikit ikteris dan cekung, berat badan menurun, tensi menurun, hemokonsentras, oliguria, konstipasi, aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan dan dapat pula ditemukan dalam kencing. (3) Hiperemesis Gravidarum Tingkat III (Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun drastis dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu naik, tensi turun) (Sarwono P.2002 : 277 – 278).
Pada tingkatan yang berat, hiperemesis gravidarum dapat mengancam jiwa dan janin. Dimana telah terjadi delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan yang merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan (Sarwono P. 2002: 279)
Sekitar 70 % wanita hamil suatu saat akan mengalami rasa mual (Jimenez, SML. 1999: 31). Mual dan muntah terjadi pada 60 % - 80 % primigravida dan 40 % - 60 % multigravida (Sarwono P. 2002 : 275). Insiden Hiperemesis Gravidarum 3,5 per 1000 kelahiran dimana 1 dari setiap 1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap (Bobak 2004: 721). Keadaan ini lebih sering ditemukan pada kehamilan pertama (Farrer, H. 1999: 113).
Seorang primigravida berperan dominan pada faktor predisposisi Hiperemesis Gravidarum, antara lain pada faktor adaptasi, hormonal, dan psikologi. Pada faktor hormonal, primigravida sebagian kecil belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin (Manuaba, IBG. 1998 210). Sedangkan pada faktor psikologi, primigravida mempunyai kecenderungan mengalami ambivalen terhadap kehamilan dan perasaan yang saling berkonflik tentang peran dimasa depan sebagai ibu, perubahan tubuh, dan perubahan gaya hidup yang dapat menjadi penyebab episode vomitus (Bobak. 2004: 721).
Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD pada awal Januari sampai dengan akhir Maret didapatkan bahwa jumlah total pasien yang mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 7 orang, 4 orang primigravida dan 3 orang multigravida.
Dengan melihat fenomena yang ada peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD periode 1 Januari – 31 Desember.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian “ Adakah hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD periode 1 Januari - 31 Desember ? “.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD Periode 1 Januari - 31 Desember.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD Periode 1 Januari - 31 Desember.
1.3.2.2 Mengidentifikasi gravida ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum pada masing-masing tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD Periode 1 Januari - 31 Desember.
1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum di RSUD Periode 1 Januari - 31 Desember.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
1.4.1.1 Memberikan wawasan dan pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian sebagai bekal untuk penelitian selanjutnya.
1.1.4.2 Memperluas wawasan peneliti mengenai Hiperemesis Gravidarum terutama pada hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum.
1.4.1.3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi peneliti dalam memberikan pelayanan kesehatan saat bekerja di lapangan nanti.
1.4.2 Bagi Lahan Penelitian dan Sarana Kesehatan lainnya
1.4.2.1 Dapat digunakan sebagai informasi tentang hubungan antara
gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum.
1.4.2.2 Dapat digunakan sebagai masukan bagi RSUD guna meningkatkan pelayanan KIA dan intervensi terhadap pasien dengan hiperemesis gravidarum.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.1 Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi tentang hubungan antara gravida dengan tingkat hiperemesis gravidarum.
1.4.3.2 Dapat menambah masukan bagi institusi pendidikan untuk dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor pemicu hiperemesis gravidarum.
HUBUNGAN ANTARA GRAVIDA DENGAN TINGKAT HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar