KTI SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
Terapi dietetik merupakan salah satu pilar pengendalian Diabetes Mellitus. Kepatuhan dalam melaksanakan diet menjadi harapan bagi tim kesehatan rumah sakit. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr. Penelitian menggunakan metode survei deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah semua diabetisi yang dirawat di ruang rawat inap RSUD Dr pada bulan Juli sampai dengan Agustus yang berjumlah 34 responden. Pengambilan sampel dilakukan secara aksidental dengan mengambil responden yang kebetulan ada. Hasil penelitian diketahui responden yang patuh terhadap diet yang diberikan sebesar 58,8% sedangkan responden yang tidak patuh terhadap diet yang diberikan sebesar 41,2%.. Hasil uji Chi- Square menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet (p<0,05). Hasil uji Fisher's Exact menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr
Kata kunci: pendidikan, pengetahuan gizi, kepatuhan diet
Paradigma sehat sebagai suatu gerakan nasional dalam rangka pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 merupakan upaya meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif. Upaya ini bertujuan mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatannya dan menyadari pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif (Depkes Republik Indonesia, 2000).
Perubahan pola kehidupan dapat menimbulkan penyakit-penyakit degeneratif antara lain penyakit Serebrovaskuler, Geriatri, Diabetes Mellitus, Rematik dan Katarak, dimana Diabetes Mellitus sendiri merupakan masalah nasional tercantum dalam urutan nomor 4 dari prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif (prioritas pertama adalah penyakit Kardiovaskuler, kemudian disusul oleh penyakit Serebrovaskuler, Geriatri, Diabetes Mellitus, Rematik, dan Katarak) ( Tjokroprawiro, 1999).
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO) Indonesia merupakan urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun 2006 jumlah penerita DM di Indonesia mencapai 14 juta orang. Dari Jumlah tersebut baru 50% penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% diantaranya melakukan pengobatan rutin. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktifitas dan stres berperan sangat besar 15 sebagai pemicu DM. Selain itu DM juga bisa muncul karena adanya faktor keturunan ( Sidhartawan, 2008).
Bila penderita DM tidak patuh dalam melaksanakan program pengobatan yang telah dianjurkan oleh dokter, ahli gizi atau petugas kesehatan lainnya maka akan dapat memperburuk kondisi penyakitnya. Pengobatan yang perlu dilaksanakan oleh pasien seperti melaksanakan diet sebagai kunci pengobatan, olah raga untuk menjaga kebugaran tubuh selain penggunaan obat diabetes oral maupun insulin (Darmani, 2007).
Berdasarkan data yang didapat di bagian rekam medik RSUD DR H pada tahun terdapat 189 orang penderita diabetes mellitus yang menjalani rawat inap atau sebesar 1,2%, dan termasuk dalam 10 besar penyakit terbanyak. Hasil ini memberikan gambaran bahwa penyakit diabetes mellitus masih perlu mendapat prioritas pelayanan kesehatan akibat dari perilaku masyarakat terutama masyarakat perkotaan dalam mengkonsumsi makanan.
Terapi dietetik merupakan salah satu pilar pengendalian Diabetes Mellitus. Kepatuhan dalam melaksanakan diet menjadi harapan bagi team kesehatan rumah sakit. Salah satu faktor yang sangat penting bagi penderita Diabetes Mellitus adalah perilaku hidup sehat ( Yunahar dkk, 2005).
Menurut Bart, faktor yang berkaitan dengan kepatuhan atau ketaatan disebutkan bahwa perilaku atau ketaatan sangat rendah untuk penyakit kronis, misalnya ketaatan cenderung sangat buruk terhadap program imunisasi pada orang 16 tua (13%) dan memonitor glukosa darah bagi penderita diabetes mellitus yang tergantung pada insulin (53%) (Bart, 1994).
Menurut Abu Ahmadi dkk (1996), dari proses pendidikan diharapkan akan terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan demikian salah satu cara untuk mengukur perubahan perilaku dan sikap dapat dengan menggunakan pengukuran terhadap pengetahuan seseorang. Sedangkan Suhardjo, 2003, mengatakan bahwa upaya pendidikan atau penyuluhan gizi merupakan salah satu usaha yang sangat penting untuk seseorang mau bersikap dan bertindak mengikuti norma-norma gizi, sehingga seseorang memahami pentingnya makanan dan gizi, khususnya bagi pasien diabetes mellitus.
Pengetahuan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap makanan. Selain itu pengetahuan gizi merupakan peranan penting untuk dapat membuat manusia hudup sehat sejahtera dan berkualitas. Gizi mempunyai hubungan langsung dengan tingkat konsumsi tetapi secara langsung mencerminkan tingkat pengetahuan (Depkes Republik Indonesia, 1994).
Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari ( Depkes Republik Indonesia, 2004).
Di Provinsi Kalimantan Selatan, pasien penderita DM rawat jalan di seluruh rumah sakit, umur lebih dari 65 tahun di menduduki urutan ke-7 dari 20 penyakit terbanyak dengan jumlah penderita 123 orang (6,45%) 17 sedangkan untuk pasien rawat inap jumlah pasien yang berusia lebih dari 65 tahun menduduki urutan ke-6 dengan jumlah penderitanya 200 orang (4,46%) (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2008).
Berdasarkan uraian diatas dan mengingat pentingnya peran diet Diabetes Mellitus untuk pengobatan secara non farmakologis pada diabetesi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus (diabetisi) di ruang rawat inap RSUD Dr.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas, maka rumusan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tingkat kepatuhan diet pada diabetisi?
2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada diabetisi?
3. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada diabetisi?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan diet diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr
b. Mengidentifikasi tingkat pendidikan diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr
c. Mengidentifikasi pengetahuan gizi diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr
d. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr
e. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan terutama bagi ahli gizi ruangan untuk lebih optimal dalam memberikan penyuluhan / konsultasi gizi agar pasien dapat mengerti dan memahami serta mematuhi diet yang harus dijalaninya.
1.4.2. Bagi Masyarakat
a. Sebagai masukan khususnya bagi diabetisi dan keluarga, hasil ini diharapkan sebagai informasi yang penting bahwa pengelolaan diabetes mellitus berjalan efektif tidak hanya dilakukan secara farmakologis, tetapi juga harus dilakukan secara non farmakologis.
b. Bagi diabetisi, kepatuhan dalam menjalankan diet diabetes mellitus lebih banyak ditentukan oleh pengetahuan dan perilaku penderita dalam mematuhi dietnya.
1.5. Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Yunahar, Hilman, Suharyati D Kartono, Nurrul Karimah (2004) yang berjudul ” Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Terhadap Diet di Layanan Konsultasi Gizi Rawat Jalan RSCM Tahun 2004”. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang, pada 49 pasien dewasa laki-laki dan perempuan di Poli Gizi RSCM dengan menggunakan kuesioner dan food recall. Hasil penelitian ini menunjukkan 63,3% pasien patuh terhadap anjuran diet, selebihnya tidak mematuhi. Dari pasien yang patuh terhadap diet, 26,5% berumur di atas 59 tahun. Sebagian besar responden (67,3%) berpendidikan SLA ke atas dan sebanyak 44,9% patuh terhadap diet, 22,4% tidak mematuhi. Hasil uji Chi-square tidak ditemukan hubungan yang bermakna (P>0,05).
2. Maemunah, Siti (2010) yang berjudul ” Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Menjalankan Terapi Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas Mranggen 1 Kabupaten Demak ”. Jenis penelitian ini deskriftif korelasi dengan pendekatan cross sectional, pada 106 penderita diabetes mellitus. Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan sedang dengan tingkat kepatuhan tinggi sebanyak 15 responden (30%). Berdasarkan hasil uji
20 statistik didapatkan ada nilai ekspetasi 5 lebih dari 20% sehingga syarat chi-square tidak terpenuhi, jadi dilakukan penggabungan data dan hasilnya diperoleh X2 18,506 ( 0,05) sehingga syarat chi-square terpenuhi dan dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan menjalankan terapi diet diabetes mellitus di Puskesmas Mranggen I Kabupaten Demak.
Sebatas pengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus (diabetisi) di ruang rawat inap RSUD Dr..” belum pernah dilakukan.
Persamaan dengan penelitian ini terletak pada :
Variabel terikat yang digunakan
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada :
1) Variabel bebas
2) Waktu penelitian
3) Rancangan penelitian
4) Lokasi penelitiansilahkan download KTI SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
ABSTRAK
Skripsi. Program Studi Gizi. 2011 (ix + 60 + lampiran)Terapi dietetik merupakan salah satu pilar pengendalian Diabetes Mellitus. Kepatuhan dalam melaksanakan diet menjadi harapan bagi tim kesehatan rumah sakit. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr. Penelitian menggunakan metode survei deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah semua diabetisi yang dirawat di ruang rawat inap RSUD Dr pada bulan Juli sampai dengan Agustus yang berjumlah 34 responden. Pengambilan sampel dilakukan secara aksidental dengan mengambil responden yang kebetulan ada. Hasil penelitian diketahui responden yang patuh terhadap diet yang diberikan sebesar 58,8% sedangkan responden yang tidak patuh terhadap diet yang diberikan sebesar 41,2%.. Hasil uji Chi- Square menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet (p<0,05). Hasil uji Fisher's Exact menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr
Kata kunci: pendidikan, pengetahuan gizi, kepatuhan diet
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangParadigma sehat sebagai suatu gerakan nasional dalam rangka pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 merupakan upaya meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif. Upaya ini bertujuan mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatannya dan menyadari pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif (Depkes Republik Indonesia, 2000).
Perubahan pola kehidupan dapat menimbulkan penyakit-penyakit degeneratif antara lain penyakit Serebrovaskuler, Geriatri, Diabetes Mellitus, Rematik dan Katarak, dimana Diabetes Mellitus sendiri merupakan masalah nasional tercantum dalam urutan nomor 4 dari prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif (prioritas pertama adalah penyakit Kardiovaskuler, kemudian disusul oleh penyakit Serebrovaskuler, Geriatri, Diabetes Mellitus, Rematik, dan Katarak) ( Tjokroprawiro, 1999).
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO) Indonesia merupakan urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun 2006 jumlah penerita DM di Indonesia mencapai 14 juta orang. Dari Jumlah tersebut baru 50% penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% diantaranya melakukan pengobatan rutin. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktifitas dan stres berperan sangat besar 15 sebagai pemicu DM. Selain itu DM juga bisa muncul karena adanya faktor keturunan ( Sidhartawan, 2008).
Bila penderita DM tidak patuh dalam melaksanakan program pengobatan yang telah dianjurkan oleh dokter, ahli gizi atau petugas kesehatan lainnya maka akan dapat memperburuk kondisi penyakitnya. Pengobatan yang perlu dilaksanakan oleh pasien seperti melaksanakan diet sebagai kunci pengobatan, olah raga untuk menjaga kebugaran tubuh selain penggunaan obat diabetes oral maupun insulin (Darmani, 2007).
Berdasarkan data yang didapat di bagian rekam medik RSUD DR H pada tahun terdapat 189 orang penderita diabetes mellitus yang menjalani rawat inap atau sebesar 1,2%, dan termasuk dalam 10 besar penyakit terbanyak. Hasil ini memberikan gambaran bahwa penyakit diabetes mellitus masih perlu mendapat prioritas pelayanan kesehatan akibat dari perilaku masyarakat terutama masyarakat perkotaan dalam mengkonsumsi makanan.
Terapi dietetik merupakan salah satu pilar pengendalian Diabetes Mellitus. Kepatuhan dalam melaksanakan diet menjadi harapan bagi team kesehatan rumah sakit. Salah satu faktor yang sangat penting bagi penderita Diabetes Mellitus adalah perilaku hidup sehat ( Yunahar dkk, 2005).
Menurut Bart, faktor yang berkaitan dengan kepatuhan atau ketaatan disebutkan bahwa perilaku atau ketaatan sangat rendah untuk penyakit kronis, misalnya ketaatan cenderung sangat buruk terhadap program imunisasi pada orang 16 tua (13%) dan memonitor glukosa darah bagi penderita diabetes mellitus yang tergantung pada insulin (53%) (Bart, 1994).
Menurut Abu Ahmadi dkk (1996), dari proses pendidikan diharapkan akan terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan demikian salah satu cara untuk mengukur perubahan perilaku dan sikap dapat dengan menggunakan pengukuran terhadap pengetahuan seseorang. Sedangkan Suhardjo, 2003, mengatakan bahwa upaya pendidikan atau penyuluhan gizi merupakan salah satu usaha yang sangat penting untuk seseorang mau bersikap dan bertindak mengikuti norma-norma gizi, sehingga seseorang memahami pentingnya makanan dan gizi, khususnya bagi pasien diabetes mellitus.
Pengetahuan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap makanan. Selain itu pengetahuan gizi merupakan peranan penting untuk dapat membuat manusia hudup sehat sejahtera dan berkualitas. Gizi mempunyai hubungan langsung dengan tingkat konsumsi tetapi secara langsung mencerminkan tingkat pengetahuan (Depkes Republik Indonesia, 1994).
Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari ( Depkes Republik Indonesia, 2004).
Di Provinsi Kalimantan Selatan, pasien penderita DM rawat jalan di seluruh rumah sakit, umur lebih dari 65 tahun di menduduki urutan ke-7 dari 20 penyakit terbanyak dengan jumlah penderita 123 orang (6,45%) 17 sedangkan untuk pasien rawat inap jumlah pasien yang berusia lebih dari 65 tahun menduduki urutan ke-6 dengan jumlah penderitanya 200 orang (4,46%) (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2008).
Berdasarkan uraian diatas dan mengingat pentingnya peran diet Diabetes Mellitus untuk pengobatan secara non farmakologis pada diabetesi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus (diabetisi) di ruang rawat inap RSUD Dr.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas, maka rumusan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tingkat kepatuhan diet pada diabetisi?
2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada diabetisi?
3. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada diabetisi?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan diet diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr
b. Mengidentifikasi tingkat pendidikan diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr
c. Mengidentifikasi pengetahuan gizi diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr
d. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr
e. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan terutama bagi ahli gizi ruangan untuk lebih optimal dalam memberikan penyuluhan / konsultasi gizi agar pasien dapat mengerti dan memahami serta mematuhi diet yang harus dijalaninya.
1.4.2. Bagi Masyarakat
a. Sebagai masukan khususnya bagi diabetisi dan keluarga, hasil ini diharapkan sebagai informasi yang penting bahwa pengelolaan diabetes mellitus berjalan efektif tidak hanya dilakukan secara farmakologis, tetapi juga harus dilakukan secara non farmakologis.
b. Bagi diabetisi, kepatuhan dalam menjalankan diet diabetes mellitus lebih banyak ditentukan oleh pengetahuan dan perilaku penderita dalam mematuhi dietnya.
1.5. Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Yunahar, Hilman, Suharyati D Kartono, Nurrul Karimah (2004) yang berjudul ” Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Terhadap Diet di Layanan Konsultasi Gizi Rawat Jalan RSCM Tahun 2004”. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang, pada 49 pasien dewasa laki-laki dan perempuan di Poli Gizi RSCM dengan menggunakan kuesioner dan food recall. Hasil penelitian ini menunjukkan 63,3% pasien patuh terhadap anjuran diet, selebihnya tidak mematuhi. Dari pasien yang patuh terhadap diet, 26,5% berumur di atas 59 tahun. Sebagian besar responden (67,3%) berpendidikan SLA ke atas dan sebanyak 44,9% patuh terhadap diet, 22,4% tidak mematuhi. Hasil uji Chi-square tidak ditemukan hubungan yang bermakna (P>0,05).
2. Maemunah, Siti (2010) yang berjudul ” Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Menjalankan Terapi Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas Mranggen 1 Kabupaten Demak ”. Jenis penelitian ini deskriftif korelasi dengan pendekatan cross sectional, pada 106 penderita diabetes mellitus. Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan sedang dengan tingkat kepatuhan tinggi sebanyak 15 responden (30%). Berdasarkan hasil uji
20 statistik didapatkan ada nilai ekspetasi 5 lebih dari 20% sehingga syarat chi-square tidak terpenuhi, jadi dilakukan penggabungan data dan hasilnya diperoleh X2 18,506 ( 0,05) sehingga syarat chi-square terpenuhi dan dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan menjalankan terapi diet diabetes mellitus di Puskesmas Mranggen I Kabupaten Demak.
Sebatas pengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus (diabetisi) di ruang rawat inap RSUD Dr..” belum pernah dilakukan.
Persamaan dengan penelitian ini terletak pada :
Variabel terikat yang digunakan
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada :
1) Variabel bebas
2) Waktu penelitian
3) Rancangan penelitian
4) Lokasi penelitian
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar