KTI SKRIPSI
GAMBARAN KOMPLIKASI KETUBAN PECAH DINI PRETERM DI KAMAR BERSALIN RSUD
Ketuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi pada kehamilan kurang bulan merupakan masalah yang besar di bidang obstetrik, karena dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal dan maternal. Setelah selaput ketuban ruptur, perlindungan terhadap janin akan hilang sehingga memudahkan terjadinya hubungan langsung antara dunia luar dengan ruangan dalam rahim yang mengarah pada terjadinya infeksi. Ketuban pecah dini dapat menimbulkan komplikasi yang begitu berat baik bagi ibu maupun janin, sehingga harus dilakukan pengawasan secara ketat. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran komplikasi ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.
Tempat yang digunakan dalam penelitian adalah RSUD pada tanggal 14 - 19 Juli dengan menggunakan desain penelitian deskriptif dan data yang diambil adalah data sekunder dari rekam medik pasien. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh dengan jumlah responden sebanyak 32 responden. Data yang diperoleh kemudian dianalisa.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran komplikasi pada janin adalah IUFD 1, Asfiksia 10, prolaps tali pusat 0 dan prematuritas 24. Sedangkan komplikasi pada ibu adalah partus lama 5, infeksi intrapartal 0, Atonia uteri 1, HPP I dan infeksi nifas 0.
Dari data yang diperoleh komplikasi terbesar yang dialami janin dari ibu dengan ketuban pecah dini adalah prematuritas, sedangkan pada ibu adalah partus lama.
Kata kunci : Komplikasi, ketuban pecah dini, preterm
Ketuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi pada kehamilan kurang bulan merupakan masalah yang besar dibidang obstetrik, karena dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal dan maternal (http://puspasca.ugm.ac.id/2004).
Ketuban pecah dini dapat mengancam kehidupan ibu maupun janin, khususnya jika hal ini terjadi pada kehamilan preterm. Setelah selaput ketuban mengalami ruptur, perlindungan terhadap janin akan hilang sehingga memudahkan terjadinya hubungan langsung antara dunia luar dengan ruangan dalam rahim, yang dapat mengarah terjadinya infeksi (Pillitteri, Adele. 1998 : 230).
KPD juga dapat menyebabkan terjadinya prolaps tali pusat, dimana tekanan kepala janin pada tali pusat dapat mengakibatkan gangguan sirkulasi darah terutama proses oksigenasi sehingga menyebabkan anoksia atau hipoksia pada janin yang dapat mengarah pada asfiksia bagi bayi (Rayburn, William.F, 2000 : 81). Disamping itu, komplikasi pada janin akibat KPD Preterm yaitu kematian janin sebelum dilahirkan (Intra Uterine Fetal Death). Hal ini bisa diakibatkan karena adanya hipoksia atau infeksi pada janin yang penanganannya tidak segera (http://medlinux.blogspot.com/2007). Penanganan KPD Preterm yang optimal dan baku masih belum ada, sehingga menimbulkan dilema. Berdasarkan teori yang ada , jika KPD terjadi pada kehamilan preterm tindakan yang dilakukan adalah menpertahankan kehamilan (konservatif) sampai berat badan janin mencukupi dan paru-paru janin matur. Akan tetapi, tindakan konservatif mempunyai risiko yang sangat tinggi terjadinya infeksi baik pada ibu maupun janin sehingga perlu penanganan secara aktif (http://www. medlinux.blogspot.com/2007).
Di samping itu, pemakaian tokolitik dengan tujuan mempertahankan kehamilan sangat mengecewakan karena meskipun dikatakan ada hasil yang bermakna secara statistik akan tetapi tidak bermakna secara klinis yang disebabkan usaha tersebut hanya mampu memperpanjang usia kehamilan 48 jam sampai 11 hari sehingga janin tetap lahir prematur yang mengakibatkan prematuritas. Hal inilah yang menimbulkan kontroversi dalam penanganan KPD Preterm (http://www.klinikmedis.com/2008).
Meningkatnya kejadian KPD Preterm dapat meningkatkan risiko terhadap janin untuk lahir prematur. Janin yang lahir secara prematur mempunyai risiko komplikasi yang tinggi, sehingga risiko untuk terjadi asfiksia juga tinggi. Hal ini dikarenakan bayi sulit untuk menyesuaikan diri untuk hidup di luar rahim ibu yang disebabkan alat-alat tubuh bayi belum berfungsi secara maksimal seperti bayi yang lahir aterm. Semakin pendek usia kehamilan, alat-alat tubuh bayi semakin kurang sempurna dan semakin mudah terjadi komplikasi, sehingga risiko kematian janin semakin tinggi. Dalam hal ini kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur (Hanifa Wiknjosastro. 2002 : 312).
Selain komplikasi pada janin KPD Preterm juga memberikan kontribusi yang besar pada morbiditas dan mortalitas pada maternal. Komplikasi yang diakibatkan diantaranya partus lama, infeksi intrapartal yang disebabkan rupturnya selaput ketuban, dimana selaput ini berfungsi sebagai barier terhadap masuknya penyebab infeksi sehingga diperlukan penanganan yang segera diantaranya dengan induksi persalinan. Padahal induksi persalinan bisa berisiko terjadinya atonia uteri yang pada akhirnya dapat mengarah pada Hemorarghia Post Partum (HPP) (Champan, Vicky. 2006 : 264).
Dari data yang dilaporkan Mochtar didapatkan angka kejadian perdarahan post partum di RS Pringadi Medan adalah 5.1% dan dari laporan negara-negara maju maupun negara berkembang angka kejadiannya berkisar 5% sampai dengan 15%. Sedangkan atonia uteri merupakan penyebab terbesar kejadian HPP yaitu 50-60% ( Rustam Mochtar.1998 : 298).
Dari beberapa penelitian melaporkan insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan dan pada kehamilan preterm sekitar 34% dari semua persalinan prematur (http://medlinux.blogspot.com/ 2007). Sedangkan menurut Goldenburg dan Reuferzo (2000) persalinan prematur akibat ketuban pecah dini sebesar 30% (http://www.kliniknedis.com/ 2008).
Menurut Nelson, ketuban pecah dini yang terjadi pada usia kehamilan 26 minggu atau kurang 50% akan mengalami proses persalinan dalam waktu 1 minggu. Pada usia kehamilan 28-34 minggu 50% akan mengalami proses persalinan dalam waktu 24 jam dan 80-90% akan mengalami persalinan dalam waktu 1 minggu. Pada usia 37 minggu atau kurang 50% akan mengalami persalinan dalam 48 jam dan 13% dalam waktu 7 hari
(http://www.klinikmedis.com/2008).
Sedangkan Hadi mengemukakan bahwa 85% kasus KPD pada kehamilan preterm akan mengalami persalinan pada usia kehamilan aterm apabila volune air ketuban masih adekuat, akan tetapi jika volume air ketuban sudah berkurang maka KPD Preterm 100% akan menalami persalinan premtur (http://www.klinkmedis.com/2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku Laporan Pasien di Kamar Bersalin RSU pada bulan Januari-Februari didapatkan jumlah pasien KPD Preterm sebanyak 4 orang dan yang melahirkan prematur dengan KPD 4 orang.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang gambaran komplikasi ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah penelitian “Bagaimana gambaran komplikasi ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran komplikasi pada ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD .
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui frekuensi kejadian ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD .
1.3.2.2 Mengetahui frekuensi kejadian IUFD pada ibu ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.
1.3.2.3 Memgetahui frekuensi kejadian asfiksia pada ibu ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.
1.3.2.4 Mengetahui frekuensi kejadian prolaps tali pusat pada ibu ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.
1.3.2.5 Mengetahui frekuensi kejadian prematuritas pada ibu ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.
1.3.2.6 Mengetahui frekuensi kejadian partus lama pada ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.silahkan download KTI SKRIPSI
GAMBARAN KOMPLIKASI KETUBAN PECAH DINI PRETERM DI KAMAR BERSALIN RSUD
GAMBARAN KOMPLIKASI KETUBAN PECAH DINI PRETERM DI KAMAR BERSALIN RSUD
ABSTRAK
GAMBARAN KOMPLIKASI KETUBAN PECAH DINI PRETERM DI KAMAR BERSALIN
GAMBARAN KOMPLIKASI KETUBAN PECAH DINI PRETERM DI KAMAR BERSALIN
Tempat yang digunakan dalam penelitian adalah RSUD pada tanggal 14 - 19 Juli dengan menggunakan desain penelitian deskriptif dan data yang diambil adalah data sekunder dari rekam medik pasien. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh dengan jumlah responden sebanyak 32 responden. Data yang diperoleh kemudian dianalisa.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran komplikasi pada janin adalah IUFD 1, Asfiksia 10, prolaps tali pusat 0 dan prematuritas 24. Sedangkan komplikasi pada ibu adalah partus lama 5, infeksi intrapartal 0, Atonia uteri 1, HPP I dan infeksi nifas 0.
Dari data yang diperoleh komplikasi terbesar yang dialami janin dari ibu dengan ketuban pecah dini adalah prematuritas, sedangkan pada ibu adalah partus lama.
Kata kunci : Komplikasi, ketuban pecah dini, preterm
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKetuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi pada kehamilan kurang bulan merupakan masalah yang besar dibidang obstetrik, karena dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal dan maternal (http://puspasca.ugm.ac.id/2004).
Ketuban pecah dini dapat mengancam kehidupan ibu maupun janin, khususnya jika hal ini terjadi pada kehamilan preterm. Setelah selaput ketuban mengalami ruptur, perlindungan terhadap janin akan hilang sehingga memudahkan terjadinya hubungan langsung antara dunia luar dengan ruangan dalam rahim, yang dapat mengarah terjadinya infeksi (Pillitteri, Adele. 1998 : 230).
KPD juga dapat menyebabkan terjadinya prolaps tali pusat, dimana tekanan kepala janin pada tali pusat dapat mengakibatkan gangguan sirkulasi darah terutama proses oksigenasi sehingga menyebabkan anoksia atau hipoksia pada janin yang dapat mengarah pada asfiksia bagi bayi (Rayburn, William.F, 2000 : 81). Disamping itu, komplikasi pada janin akibat KPD Preterm yaitu kematian janin sebelum dilahirkan (Intra Uterine Fetal Death). Hal ini bisa diakibatkan karena adanya hipoksia atau infeksi pada janin yang penanganannya tidak segera (http://medlinux.blogspot.com/2007). Penanganan KPD Preterm yang optimal dan baku masih belum ada, sehingga menimbulkan dilema. Berdasarkan teori yang ada , jika KPD terjadi pada kehamilan preterm tindakan yang dilakukan adalah menpertahankan kehamilan (konservatif) sampai berat badan janin mencukupi dan paru-paru janin matur. Akan tetapi, tindakan konservatif mempunyai risiko yang sangat tinggi terjadinya infeksi baik pada ibu maupun janin sehingga perlu penanganan secara aktif (http://www. medlinux.blogspot.com/2007).
Di samping itu, pemakaian tokolitik dengan tujuan mempertahankan kehamilan sangat mengecewakan karena meskipun dikatakan ada hasil yang bermakna secara statistik akan tetapi tidak bermakna secara klinis yang disebabkan usaha tersebut hanya mampu memperpanjang usia kehamilan 48 jam sampai 11 hari sehingga janin tetap lahir prematur yang mengakibatkan prematuritas. Hal inilah yang menimbulkan kontroversi dalam penanganan KPD Preterm (http://www.klinikmedis.com/2008).
Meningkatnya kejadian KPD Preterm dapat meningkatkan risiko terhadap janin untuk lahir prematur. Janin yang lahir secara prematur mempunyai risiko komplikasi yang tinggi, sehingga risiko untuk terjadi asfiksia juga tinggi. Hal ini dikarenakan bayi sulit untuk menyesuaikan diri untuk hidup di luar rahim ibu yang disebabkan alat-alat tubuh bayi belum berfungsi secara maksimal seperti bayi yang lahir aterm. Semakin pendek usia kehamilan, alat-alat tubuh bayi semakin kurang sempurna dan semakin mudah terjadi komplikasi, sehingga risiko kematian janin semakin tinggi. Dalam hal ini kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur (Hanifa Wiknjosastro. 2002 : 312).
Selain komplikasi pada janin KPD Preterm juga memberikan kontribusi yang besar pada morbiditas dan mortalitas pada maternal. Komplikasi yang diakibatkan diantaranya partus lama, infeksi intrapartal yang disebabkan rupturnya selaput ketuban, dimana selaput ini berfungsi sebagai barier terhadap masuknya penyebab infeksi sehingga diperlukan penanganan yang segera diantaranya dengan induksi persalinan. Padahal induksi persalinan bisa berisiko terjadinya atonia uteri yang pada akhirnya dapat mengarah pada Hemorarghia Post Partum (HPP) (Champan, Vicky. 2006 : 264).
Dari data yang dilaporkan Mochtar didapatkan angka kejadian perdarahan post partum di RS Pringadi Medan adalah 5.1% dan dari laporan negara-negara maju maupun negara berkembang angka kejadiannya berkisar 5% sampai dengan 15%. Sedangkan atonia uteri merupakan penyebab terbesar kejadian HPP yaitu 50-60% ( Rustam Mochtar.1998 : 298).
Dari beberapa penelitian melaporkan insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan dan pada kehamilan preterm sekitar 34% dari semua persalinan prematur (http://medlinux.blogspot.com/ 2007). Sedangkan menurut Goldenburg dan Reuferzo (2000) persalinan prematur akibat ketuban pecah dini sebesar 30% (http://www.kliniknedis.com/ 2008).
Menurut Nelson, ketuban pecah dini yang terjadi pada usia kehamilan 26 minggu atau kurang 50% akan mengalami proses persalinan dalam waktu 1 minggu. Pada usia kehamilan 28-34 minggu 50% akan mengalami proses persalinan dalam waktu 24 jam dan 80-90% akan mengalami persalinan dalam waktu 1 minggu. Pada usia 37 minggu atau kurang 50% akan mengalami persalinan dalam 48 jam dan 13% dalam waktu 7 hari
(http://www.klinikmedis.com/2008).
Sedangkan Hadi mengemukakan bahwa 85% kasus KPD pada kehamilan preterm akan mengalami persalinan pada usia kehamilan aterm apabila volune air ketuban masih adekuat, akan tetapi jika volume air ketuban sudah berkurang maka KPD Preterm 100% akan menalami persalinan premtur (http://www.klinkmedis.com/2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku Laporan Pasien di Kamar Bersalin RSU pada bulan Januari-Februari didapatkan jumlah pasien KPD Preterm sebanyak 4 orang dan yang melahirkan prematur dengan KPD 4 orang.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang gambaran komplikasi ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah penelitian “Bagaimana gambaran komplikasi ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran komplikasi pada ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD .
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui frekuensi kejadian ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD .
1.3.2.2 Mengetahui frekuensi kejadian IUFD pada ibu ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.
1.3.2.3 Memgetahui frekuensi kejadian asfiksia pada ibu ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.
1.3.2.4 Mengetahui frekuensi kejadian prolaps tali pusat pada ibu ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.
1.3.2.5 Mengetahui frekuensi kejadian prematuritas pada ibu ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.
1.3.2.6 Mengetahui frekuensi kejadian partus lama pada ketuban pecah dini preterm di Kamar Bersalin RSUD.
GAMBARAN KOMPLIKASI KETUBAN PECAH DINI PRETERM DI KAMAR BERSALIN RSUD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar