KTI SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 18-24 BULAN DI DUSUN
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur gambaran pengetahuan ibu tentang kesiapan toilet training pada anak usia 18 -24 bulan di Dusun. Metode penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 18 -24 bulan di dusun tahun sebanyak 20 responden. Teknik pengambilan sample menggunakan Total sampling. Instrumen yang digunakan adalah Quosioner. Data kemudian ditabulasi, dihitung, di prosentasikan dan ditampilkan dalam narasi dan diagram.
Dari hasil penelitian ini dapat di ketahui bahwa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kesiapan toilet Training Pada Anak usia 18 – 24 Bulan Di Dusun Kecamatan 70% Cukup, hasil penelitian kesiapan fisik toilet training 60% cukup, kesiapan psikologis toilet training 55% cukup dan kesiapan intelektual toilet training 60% baik.
Diharapkan petugas kesehatan lebih berupaya meningkatkan pengetahuan ibu tentang kesiapan toilet training dengan memberikan penyuluhan tentang tumbuh kembang anak khususnya toilet training. Bagi ibu yang mempunyai anak usia 28 -24 bulan perlu meningkatkan bimbingan dan pengarahan yang benar sehingga dapat melakukuan toilet training sesuai dengan apa yang di harapkan
Suatu tugas yang besar pada usia balita yaitu toilet training. Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air besar dan buang air kecil. Toilet training ini dapat berlangsung pada kehidupan anak yaitu umur 18-24 bulan. Dalam melakukan buang air besar dan buang air kecil pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis maupun secara intelektual. Melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar atau buang air kecil secara mandiri. (Abdul Aziz A.H, 2005)
Banyak hal yang tidak disadari banyak orang. Membiarkan anak kencing sembarangan mungkin saja tidak masalah namun ketika kencing sembarangan menjadi kebiasaan dan dianggap biasa ini baru bisa menjadi masalah besar apalagi sampai mengganggu orang lain. (Yesie, 2007). Belajar menggunakan toilet tidak bisa dilakukan sampai anak mampu dan ingin, anak harus belajar mengenali kebutuhan tersebut. Belajar menahan buang air besar atau buang air kecil sampai dia berada di toilet atau klosed kemudian melepaskannya. (Anne Marie Meuser, 2007)
Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls rangsangan dan insting bahwa buang air merupakan suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan. Suksesnya toilet training tergantung kesiapan pada diri anak dan keluarga. Seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan mampu, hal ini dapat ditunjukkan anak mampu duduk dan berdiri sehingga memudahkan anak dilatih buang air besar dan buang air kecil. Demikian juga kemampuan psikologis dimana anak juga membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang air besar dan buang air kecil. Persiapan intelektual pada anak juga membantu dalam proses buang air, hal ini dapat ditunjukan apabila anak dapat memahami arti buang air. Anak dapat mengetahui kapan harus buang air besar dan buang air kecil, kesiapan tersebut akan menjadikan diri anak selalu mempunyai kemandirian dalam mengontrol, khususnya dalam buang air besar dan buang air kecil.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan toilet training antara lain : Tingkat pengetahuan yang kurang, serta segi ekonomi yang kurang mendukung, adanya ketegangan hubungan ibu anak dalam kesiapan dari anak sendiri kurang. Yang paling umum dalam kegagalan toilet training ini dapat terjadi karena adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya sehingga mengganggu kepribadian anak. Anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir (Abdul Aziz A.H, 2005). Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang air kecil tidak pada tempatnya. Semakin anak merasa tertekan dan takut dimarahi semakin anak tidak mampu mengendalikan dirinya jika datang rasa ingin buang air. Ini disebabkan perasaan anak lebih cemas akan amarah orang tua daripada gagal membuang air kecil pada tempatnya. (Icha Korag, 2007).
Penggunaan toilet training merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian karena toilet training selain melatih anak dalam mengontrol buang air juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks (Abdul Aziz A.H, 2005). Anak dilatih untuk bisa membuka pakaian luar, pakaian dalam, membersihkan diri dan menyiram bekas buang airnya. Semua aktivitas itu adalah bagian dalam ketrampilan diri yang tidak bisa diharapkan bisa secara otomatis. (Icha Korag, 2007). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 5-24 Januari di Dusun Kecamatan dengan cara wawancara dari 3 orang ibu yang mempunyai anak usia 18-24 bulan didapatkan data: Satu orang anak masih menggunakan pampers, satu orang masih buang air kecil dan memerlukan bantuan orang tua cebok setelah buang air besar, satu orang sudah dapat pergi ke toilet sendiri jika ingin buang air besar dan buang air kecil serta ia sudah dapat cebok sendiri. Dengan melihat latar belakang diatas untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu tentang kesiapan toilet training pada anak usia 18- 24 bulan.
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang kesiapan toilet training pada anak usia 18-24 bulan di Dusun?”
1.3 Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengatahuan ibu tentang kesiapan toilet training pada anak usia 18-24 bulan di Dusun.
2) Tujuan Khusus
a. Mengindentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang kesiapan fisik toilet training pada anak usia 18-24 bulan di Dusun.
b. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang kesiapan psikososial toilet training pada anak usia 18-24 bulan di Dusun.
c. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang kesiapan intelektual toilet training anak usia 18-24 bulan di Dusun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Lahan Penelitian
Menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya pada orang tua yang mempunyai anak usia 18 – 24 bulan tentang kesiapan toilet training yang terjadi pada anak sehingga timbulnya masalah pelatihan buang air dapat diidentifikasi secara dini.
1.4.2 Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi institusi tentang kesiapan toilet training pada anak usia 18-24 bulan.
1.4.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bekal dan sebagai wahana pembelajaran dalam melaksanakan penelitian dan menambah ilmu pengetahuan.
silahkan download KTI SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 18-24 BULAN DI DUSUN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 18-24 BULAN DI DUSUN
ABSTRAK
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air besar dan buang air kecil. Selain itu anak di harapkan mampu buang air besar dan buang air kecil di tempat yang di tentukan. Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan yang ada pada diri anak dan keluarga.Penelitian ini bertujuan untuk mengukur gambaran pengetahuan ibu tentang kesiapan toilet training pada anak usia 18 -24 bulan di Dusun. Metode penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 18 -24 bulan di dusun tahun sebanyak 20 responden. Teknik pengambilan sample menggunakan Total sampling. Instrumen yang digunakan adalah Quosioner. Data kemudian ditabulasi, dihitung, di prosentasikan dan ditampilkan dalam narasi dan diagram.
Dari hasil penelitian ini dapat di ketahui bahwa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kesiapan toilet Training Pada Anak usia 18 – 24 Bulan Di Dusun Kecamatan 70% Cukup, hasil penelitian kesiapan fisik toilet training 60% cukup, kesiapan psikologis toilet training 55% cukup dan kesiapan intelektual toilet training 60% baik.
Diharapkan petugas kesehatan lebih berupaya meningkatkan pengetahuan ibu tentang kesiapan toilet training dengan memberikan penyuluhan tentang tumbuh kembang anak khususnya toilet training. Bagi ibu yang mempunyai anak usia 28 -24 bulan perlu meningkatkan bimbingan dan pengarahan yang benar sehingga dapat melakukuan toilet training sesuai dengan apa yang di harapkan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSuatu tugas yang besar pada usia balita yaitu toilet training. Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air besar dan buang air kecil. Toilet training ini dapat berlangsung pada kehidupan anak yaitu umur 18-24 bulan. Dalam melakukan buang air besar dan buang air kecil pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis maupun secara intelektual. Melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar atau buang air kecil secara mandiri. (Abdul Aziz A.H, 2005)
Banyak hal yang tidak disadari banyak orang. Membiarkan anak kencing sembarangan mungkin saja tidak masalah namun ketika kencing sembarangan menjadi kebiasaan dan dianggap biasa ini baru bisa menjadi masalah besar apalagi sampai mengganggu orang lain. (Yesie, 2007). Belajar menggunakan toilet tidak bisa dilakukan sampai anak mampu dan ingin, anak harus belajar mengenali kebutuhan tersebut. Belajar menahan buang air besar atau buang air kecil sampai dia berada di toilet atau klosed kemudian melepaskannya. (Anne Marie Meuser, 2007)
Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls rangsangan dan insting bahwa buang air merupakan suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan. Suksesnya toilet training tergantung kesiapan pada diri anak dan keluarga. Seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan mampu, hal ini dapat ditunjukkan anak mampu duduk dan berdiri sehingga memudahkan anak dilatih buang air besar dan buang air kecil. Demikian juga kemampuan psikologis dimana anak juga membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang air besar dan buang air kecil. Persiapan intelektual pada anak juga membantu dalam proses buang air, hal ini dapat ditunjukan apabila anak dapat memahami arti buang air. Anak dapat mengetahui kapan harus buang air besar dan buang air kecil, kesiapan tersebut akan menjadikan diri anak selalu mempunyai kemandirian dalam mengontrol, khususnya dalam buang air besar dan buang air kecil.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan toilet training antara lain : Tingkat pengetahuan yang kurang, serta segi ekonomi yang kurang mendukung, adanya ketegangan hubungan ibu anak dalam kesiapan dari anak sendiri kurang. Yang paling umum dalam kegagalan toilet training ini dapat terjadi karena adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya sehingga mengganggu kepribadian anak. Anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir (Abdul Aziz A.H, 2005). Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang air kecil tidak pada tempatnya. Semakin anak merasa tertekan dan takut dimarahi semakin anak tidak mampu mengendalikan dirinya jika datang rasa ingin buang air. Ini disebabkan perasaan anak lebih cemas akan amarah orang tua daripada gagal membuang air kecil pada tempatnya. (Icha Korag, 2007).
Penggunaan toilet training merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian karena toilet training selain melatih anak dalam mengontrol buang air juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks (Abdul Aziz A.H, 2005). Anak dilatih untuk bisa membuka pakaian luar, pakaian dalam, membersihkan diri dan menyiram bekas buang airnya. Semua aktivitas itu adalah bagian dalam ketrampilan diri yang tidak bisa diharapkan bisa secara otomatis. (Icha Korag, 2007). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 5-24 Januari di Dusun Kecamatan dengan cara wawancara dari 3 orang ibu yang mempunyai anak usia 18-24 bulan didapatkan data: Satu orang anak masih menggunakan pampers, satu orang masih buang air kecil dan memerlukan bantuan orang tua cebok setelah buang air besar, satu orang sudah dapat pergi ke toilet sendiri jika ingin buang air besar dan buang air kecil serta ia sudah dapat cebok sendiri. Dengan melihat latar belakang diatas untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu tentang kesiapan toilet training pada anak usia 18- 24 bulan.
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang kesiapan toilet training pada anak usia 18-24 bulan di Dusun?”
1.3 Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengatahuan ibu tentang kesiapan toilet training pada anak usia 18-24 bulan di Dusun.
2) Tujuan Khusus
a. Mengindentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang kesiapan fisik toilet training pada anak usia 18-24 bulan di Dusun.
b. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang kesiapan psikososial toilet training pada anak usia 18-24 bulan di Dusun.
c. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang kesiapan intelektual toilet training anak usia 18-24 bulan di Dusun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Lahan Penelitian
Menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya pada orang tua yang mempunyai anak usia 18 – 24 bulan tentang kesiapan toilet training yang terjadi pada anak sehingga timbulnya masalah pelatihan buang air dapat diidentifikasi secara dini.
1.4.2 Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi institusi tentang kesiapan toilet training pada anak usia 18-24 bulan.
1.4.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bekal dan sebagai wahana pembelajaran dalam melaksanakan penelitian dan menambah ilmu pengetahuan.
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 18-24 BULAN DI DUSUN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar