KTI SKRIPSI
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN POLA PANTANG MAKAN IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional, sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh dengan uji statistik koefisien kontingensi tetha (). Pengambilan data dilakukan dengan kunjungan ke rumah setiap responden dengan instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Dan dari hasil penelitian didapatkan 67 responden dengan 52 orang (77,61%) dukungan baik, 12 orang (17,91%) dukungan sedang, dan 3 orang (4,48%) dukungan kurang. Sedangkan untuk pola pantang makan diperoleh 36 orang (53,73%) pantang makan, dan 31 orang (46,27%) tidak pantang makan. Berdasarkan analisis dengan rumus tetha () didapatkan ada hubungan yang lemah tapi pasti antara dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan. Ini berarti disamping dukungan keluarga ada hal yang berpengaruh terhadap pola makan ibu antara lain pengetahuan dan adat istiadat. Oleh karena itu sebaiknya seluruh komponen masyarakat termasuk tenaga kesehatan perlu memberikan dukungan pada segenap ibu nifas dalam pemenuhan nutrisinya tanpa harus pantang terhadap makanan tertentu.
Kata Kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Pantang Makan, Gizi, Nifas
Persalinan adalah merupakan peristiwa penting dan mulia, kejadian penuh ketegangan yang menguras tenaga dan sangat melelahkan. Oleh karena itu ibu yang telah melahirkan perlu mendapatkan perawatan sebaik¬baiknya (Mellyna, H. 2003 : 3).
Perawatan pasca persalinan dapat mencakup berbagai hal seperti mobilisasi, laktasi, hygiene dan istirahat. Hal yang tidak kalah penting adalah diet gizi seimbang (Mellyna, H. 2003 : 3). Karena selama menyusui, gizi ibu yang baik menentukan bayi yang sehat dan berkualitas. Kebutuhan gizi pada masa menyusui akan meningkat 25%, yaitu untuk memproduksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasa (Mellyna, H 2003 : 61). Pada periode enam bulan pertama menyusui, sekurang-kurangnya 80% kebutuhan energi bayi tersedia dari ASI. Untuk itu tambahan yang diperlukan ibu sekitar 1,13 kali kebutuhan energi bayi atau kira-kira setara dengan 700 Kkal/hari. Jumlah energi sebesar ini, juga dibutuhkan untuk memulihkan kembali kesehatan ibu setelah melahirkan (Diah Krisnatuti. 2000 : 39).
Angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 248/100.000 kelahiran hidup pada tahun, dan di Jawa Timur sendiri sebesar 137/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jatim. 2004). Di Kabupaten pada tahun tercatat ada 19 kematian ibu (Dinas Kesehatan Kabupaten.). Sedangkan di Kota kematian ibu sejumlah 5 orang selama tahun (Dinas Kesehatan Kota.). Sebab utama hal ini adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama, dan komplikasi abortus. Dan sebab secara tidak langsung adalah adanya anemia. Berdasarkan SKRT 1995 prevalensi anemia ibu hamil adalah 51%, dan pada ibu nifas 45% (Depkes RI. 2001 : 2). Hal ini merupakan indikator yang menunjukkan status kesehatan reproduksi perempuan masih rendah. Status kesehatan perempuan yang rendah disebabkan oleh kemiskinan, ketidaktahuan, kebutahurufan dan kekurangan gizi (http://www.wsemakasar.com/penelitian/detail.php? id.0 1/04/2008).
Keadaan dan tahap kesehatan serta makanan ketika hamil dan melahirkan anak adalah penting dan harus diutamakan supaya proses pemulihan dapat berjalan dengan cepat. Jika seorang wanita itu mengalami masalah kekurangan makanan dan keadaan kesehatan tidak baik, niscaya proses pemulihan akan berlangsung lebih lama. Beberapa tradisi perlu dihindari demi menjaga kesehatan ibu juga anak yang kini bergantung sepenuhnya pada ibu. Pantang makan merupakan warisan leluhur yang menurun dari generasi ke generasi dan tidak diketahui kapan dimulai serta apa sebabnya. Perilaku pantang makanan adalah salah satu yang perlu dihindari demi pemulihan luka rahim dan pada saluran kemaluan, (http://home.hamidarshat.com/IBZ.masa-pantang.htm 4/2/2008). Dalam hal ini orang terdekat (suami dan keluarga) memegang peranan penting. Kehadiran suami dan keluarga sebagai pemberi petuah dan nasehat sangat berarti bagi ibu. Karena terbukti keberadaan dukungan keluarga yang adekuat dapat menurunkan kecemasan dan ibu lebih mudah sembuh dari sakit (Friedman, M.M. 1998 : 197). Demikian halnya dalam pantang makan, larangan dari keluarga pun menjadi hal yang sangat berpengaruh. Dukungan sosial keluarga yang mengarah pada kesehatan akan menjadi bantuan selama masa pemulihan. Seperti dikutip Niven, N (2000 : 137) kesejahteraan ibu adalah fungsi dari dukungan yang didapatkan. Dari hasil studi pendahuluan di BPS tanggal 02-12 Januari didapatkan data 3 orang ibu nifas yang bersalin di BPS tersebut pantang terhadap makanan yang telah disediakan yaitu telur dan ayam. Satu minggu kemudian 2 dari 3 orang ibu nifas tersebut datang kembali untuk kontrol. Pada saat kontrol didapatkan seorang diantaranya mengalami keterlambatan dalam proses pemulihan, ibu mengalami kesulitan dalam beraktivitas misalnya ibu kesulitan dalam berjalan karena masih merasakan sakit pada perutnya. Dan satu orang lagi mengeluhkan produksi ASI-nya sedikit dan bayinya tampak kuning.
Berdasarkan data dan temuan di atas peneliti ingin mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan ibu nifas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang ingin diteliti adalah : “Adakah Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Pola Pantang Makan Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan ibu nifas di di Wilayah Kerja Puskesmas.
1.3.2 Khusus
a. Mengidentifikasi dukungan sosial keluarga pada ibu nifas.
b. Mengidentifikasi pola pantang makan ibu nifas.
c. Menganalisa hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan ibu nifas.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan wawasan peneliti khususnya mengenai hubungan dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan ibu nifas.
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi bidan setempat mengenai hubungan dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan sehingga bidan dapat merencanakan program konseling tentang kebutuhan gizi nifas.
1.4.3 Bagi Institusi
Sebagai tambahan informasi baru bagi pendidikan dan mahasiswa tentang hubungan dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan ibu nifas sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.silahkan download KTI SKRIPSI
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN POLA PANTANG MAKAN IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN POLA PANTANG MAKAN IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
ABSTRAK
Dukungan keluarga yang baik merupakan bagian yang efektif dalam proses perawatan masa nifas. Hal ini pun berkenaan dengan pemenuhan gizi yang sebagian besar masyarakat masih memandang pantang makan adalah penting demi kesehatan ibu dan bayi. Walaupun pandangan ini salah kerap kali kita dapati dukungan keluarga yang mengarahkan pada ibu untuk pantang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan ibu nifas.Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional, sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh dengan uji statistik koefisien kontingensi tetha (). Pengambilan data dilakukan dengan kunjungan ke rumah setiap responden dengan instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Dan dari hasil penelitian didapatkan 67 responden dengan 52 orang (77,61%) dukungan baik, 12 orang (17,91%) dukungan sedang, dan 3 orang (4,48%) dukungan kurang. Sedangkan untuk pola pantang makan diperoleh 36 orang (53,73%) pantang makan, dan 31 orang (46,27%) tidak pantang makan. Berdasarkan analisis dengan rumus tetha () didapatkan ada hubungan yang lemah tapi pasti antara dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan. Ini berarti disamping dukungan keluarga ada hal yang berpengaruh terhadap pola makan ibu antara lain pengetahuan dan adat istiadat. Oleh karena itu sebaiknya seluruh komponen masyarakat termasuk tenaga kesehatan perlu memberikan dukungan pada segenap ibu nifas dalam pemenuhan nutrisinya tanpa harus pantang terhadap makanan tertentu.
Kata Kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Pantang Makan, Gizi, Nifas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPersalinan adalah merupakan peristiwa penting dan mulia, kejadian penuh ketegangan yang menguras tenaga dan sangat melelahkan. Oleh karena itu ibu yang telah melahirkan perlu mendapatkan perawatan sebaik¬baiknya (Mellyna, H. 2003 : 3).
Perawatan pasca persalinan dapat mencakup berbagai hal seperti mobilisasi, laktasi, hygiene dan istirahat. Hal yang tidak kalah penting adalah diet gizi seimbang (Mellyna, H. 2003 : 3). Karena selama menyusui, gizi ibu yang baik menentukan bayi yang sehat dan berkualitas. Kebutuhan gizi pada masa menyusui akan meningkat 25%, yaitu untuk memproduksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasa (Mellyna, H 2003 : 61). Pada periode enam bulan pertama menyusui, sekurang-kurangnya 80% kebutuhan energi bayi tersedia dari ASI. Untuk itu tambahan yang diperlukan ibu sekitar 1,13 kali kebutuhan energi bayi atau kira-kira setara dengan 700 Kkal/hari. Jumlah energi sebesar ini, juga dibutuhkan untuk memulihkan kembali kesehatan ibu setelah melahirkan (Diah Krisnatuti. 2000 : 39).
Angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 248/100.000 kelahiran hidup pada tahun, dan di Jawa Timur sendiri sebesar 137/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jatim. 2004). Di Kabupaten pada tahun tercatat ada 19 kematian ibu (Dinas Kesehatan Kabupaten.). Sedangkan di Kota kematian ibu sejumlah 5 orang selama tahun (Dinas Kesehatan Kota.). Sebab utama hal ini adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama, dan komplikasi abortus. Dan sebab secara tidak langsung adalah adanya anemia. Berdasarkan SKRT 1995 prevalensi anemia ibu hamil adalah 51%, dan pada ibu nifas 45% (Depkes RI. 2001 : 2). Hal ini merupakan indikator yang menunjukkan status kesehatan reproduksi perempuan masih rendah. Status kesehatan perempuan yang rendah disebabkan oleh kemiskinan, ketidaktahuan, kebutahurufan dan kekurangan gizi (http://www.wsemakasar.com/penelitian/detail.php? id.0 1/04/2008).
Keadaan dan tahap kesehatan serta makanan ketika hamil dan melahirkan anak adalah penting dan harus diutamakan supaya proses pemulihan dapat berjalan dengan cepat. Jika seorang wanita itu mengalami masalah kekurangan makanan dan keadaan kesehatan tidak baik, niscaya proses pemulihan akan berlangsung lebih lama. Beberapa tradisi perlu dihindari demi menjaga kesehatan ibu juga anak yang kini bergantung sepenuhnya pada ibu. Pantang makan merupakan warisan leluhur yang menurun dari generasi ke generasi dan tidak diketahui kapan dimulai serta apa sebabnya. Perilaku pantang makanan adalah salah satu yang perlu dihindari demi pemulihan luka rahim dan pada saluran kemaluan, (http://home.hamidarshat.com/IBZ.masa-pantang.htm 4/2/2008). Dalam hal ini orang terdekat (suami dan keluarga) memegang peranan penting. Kehadiran suami dan keluarga sebagai pemberi petuah dan nasehat sangat berarti bagi ibu. Karena terbukti keberadaan dukungan keluarga yang adekuat dapat menurunkan kecemasan dan ibu lebih mudah sembuh dari sakit (Friedman, M.M. 1998 : 197). Demikian halnya dalam pantang makan, larangan dari keluarga pun menjadi hal yang sangat berpengaruh. Dukungan sosial keluarga yang mengarah pada kesehatan akan menjadi bantuan selama masa pemulihan. Seperti dikutip Niven, N (2000 : 137) kesejahteraan ibu adalah fungsi dari dukungan yang didapatkan. Dari hasil studi pendahuluan di BPS tanggal 02-12 Januari didapatkan data 3 orang ibu nifas yang bersalin di BPS tersebut pantang terhadap makanan yang telah disediakan yaitu telur dan ayam. Satu minggu kemudian 2 dari 3 orang ibu nifas tersebut datang kembali untuk kontrol. Pada saat kontrol didapatkan seorang diantaranya mengalami keterlambatan dalam proses pemulihan, ibu mengalami kesulitan dalam beraktivitas misalnya ibu kesulitan dalam berjalan karena masih merasakan sakit pada perutnya. Dan satu orang lagi mengeluhkan produksi ASI-nya sedikit dan bayinya tampak kuning.
Berdasarkan data dan temuan di atas peneliti ingin mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan ibu nifas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang ingin diteliti adalah : “Adakah Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Pola Pantang Makan Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan ibu nifas di di Wilayah Kerja Puskesmas.
1.3.2 Khusus
a. Mengidentifikasi dukungan sosial keluarga pada ibu nifas.
b. Mengidentifikasi pola pantang makan ibu nifas.
c. Menganalisa hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan ibu nifas.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan wawasan peneliti khususnya mengenai hubungan dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan ibu nifas.
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi bidan setempat mengenai hubungan dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan sehingga bidan dapat merencanakan program konseling tentang kebutuhan gizi nifas.
1.4.3 Bagi Institusi
Sebagai tambahan informasi baru bagi pendidikan dan mahasiswa tentang hubungan dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan ibu nifas sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN POLA PANTANG MAKAN IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar