Karakteristik Balita dengan Demam Kejang di Rumah Sakit

KTI SKRIPSI
Karakteristik Balita dengan Demam Kejang di Rumah Sakit

ABSTRAK
Demam Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara akibat dari aktifitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan. Dengan penanggulangan yang tepat prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian. Kejadian demam kejang diperkirakan 2 – 4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan Demam Kejang Kompleks. Dan lebih sering terjadi pada anak laki- laki. Dan di Indonesia khususnya didaerah Tegal, Jawa Tengah tercatat 6 balita tewas akibat serangan demam kejang, dari 62 kasus penderita demam kejang. Penelitian ini bersifat deskriptif untuk mengetahui Karakteristik Balita Dengan Demam Kejang yang dilakukan pada bulan Februari-Juni dengan menggunakan data sekunder yang di peroleh dari Medical Record Rumah Sakit  sebanyak 52 orang. Setelah diolah selanjutnya data dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang karakteristik balita dengan demam kejang berdasarkan umur 2-4 tahun yaitu sebanyak 26 orang (50%), karakteristik balita dengan demam kejang berdasarkan jenis kelamin mayoritas ditemukan pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 34 orang(65,39%),  sedangkan karakteristik balita dengan demam kejang berdasarkan jenis persalinan Sectio cesaria sebanyak 28 orang (53,85%). Diharapkan kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan baik dari segi kwalitas maupun kwantitas dalam memberikan pelayanan. Serta untuk melengkapi fasilitas peralatan medis, serta khususnya di bagian rekam medik agar dapat lebih, melengkapi data secara akurat terutama yang berkaitan dengan kasus demam kejang.
Kata Kunci        : Karakteristik Balita, Demam Kejang.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Demam bukanlah penyakit, melainkan gejala suatu penyakit, salah satu penyebab demam adalah akibat infeksi virus misalnya seperti flu, cacar, campak, SARS, demam berdarah, tifus, radang tenggorokan dan lain-lain. (Nakita,2007)
Secara sederhana, demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal, meskipun tidak semua kenaikan suhu tubuh termasuk demam. Dan kenaikan suhu tubuh merupakan bagian dari reaksi biologis kompleks, yang diatur dan dikontrol oleh susunan syaraf pusat. Demam merupakan gambaran karakteristik dari kenaikan suhu oleh karena berbagai penyakit infeksi dan noninfeksi, sehingga perlu dibedakan dari kenaikan suhu oleh karena stres demam dan penyakit demam. Sebagai manifestasi klinis, maka demam terjadi pada sebagian besar penyakit infeksi yang ringan dan serius. (Maulana,2009)
Suhu tubuh yang tinggi pada saat demam dapat menimbulkan serangan kejang, demam kejang merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh anak, dan kalangan awam lebih sering menyebutnya dengan istilah Step, sementara istilah medisnya adalah Confulsio Febrillis. Demam kejang lazim terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun, sampai usia 2 tahun rata-rata anak menderita demam sampai enam kali serangan. (Nakita, 2007)

Tetapi tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak.  Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejadian kejang terjadi pada suhu 38 0 C sedangkan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 0C atau lebih. (Maulana, 2009)  
Demam adalah penyebab utama terjadinya demam kejang. Selain itu terdapat faktor riwayat demam kejang pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium yang rendah. Setelah demam kejang pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih, risiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga demam kejang, dan riwayat keluarga epilepsi. ( Mansjoer, 2000 )
Demam kejang terdiri dari dema kejang sederhana, dan demam kejang kompleks. (Faiq, 2007)
    Demam kejang sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal atau ganguan kepandaian. Resiko untuk menjadi epilepsi dikemudian hari juga sangat kecil, sekitar 2% hingga 3%. Risiko terbanyak adalah berulang demam kejang, yang dapat terjadi pada 30 sampai 50% anak. Risiko-risiko tersebut lebih besar pada demam kejang kompleks. (Sabrina, 2008)
Kejadian demam kejang diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan demam kejang kompleks. Umumnya demam kejang timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Demam kejang sedikit lebih sering pada laki-laki.
( Mansjoer, 2000 )
Bila kejang sering berulang dan berlangsung lama (lebih dari 5 menit), bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel otak akibat terhambatnya aliran oksigen ke otak, hal ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. (Nakita, 2007)
Angka kejadian epilepsi berbeda-beda tergantung dari cara penelitiannya; Lumbang Tobing (1975) mendapatkan 6%, sedangkan Livingstone (1954) dari golongan demam kejang sederhana mendapatkan 2,9% yang menjadi epilepsi, dan golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam ternyata 97% menjadi epilepsi. Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian. (Ngastiyah, 2005)
    Di Indonesia khususnya didaerah tegal, jawa tengah tercatat 6 balita meninggal akibat serangan demam kejang, dari 62 kasus penderita demam kejang (Kuncoro, 2009)
    Selain itu di penyakit demam kejang menjadi penyakit peringkat pertama yang ditangani dokter di Rumah Sakit Umum selama Agustus-Desember .Berdasarkan data Rumah Sakit Umum pasien yang dirawat inap sebanyak 155 pada bulan Agustus. Kemudian pada bulan Desember berjumlah 177 pasien. ( Indragunawan, 2009 )
    Sedangkan berdasarkan data survei awal peneliti pada tanggal 24 Februari di Rumah Sakit  terdapat kasus balita dengan demam kejang berjumlah 52 orang balita yang mengalami demam kejang selama periode .
    Sesuai dengan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Karakteristik Balita Demam Kejang di Rumah Sakit  Periode ”.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti merumuskan pertanyaan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana “ Karakteristik Balita Dengan Kejang di Rumah Sakit  Periode ”.

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui Karakteristik balita dengan Demam Kejang di Rumah Sakit  Periode
1.3.2    Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui distribusi Balita dengan Demam Kejang Berdasarkan Umur  Bayi di Rumah Sakit   pada Periode .
2.    Untuk mengetahui distribusi Balita Dengan Demam Kejang Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit  pada Periode .
3.    Untuk mengetahui distribusi Balita dengan Demam Kejang Berdasarkan Jenis Persalinan Ibu di Rumah Sakit  Pada Periode .


1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1    Bagi Pihak Rumah Sakit Umum
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi Rumah Sakit  dalam meningkatkan pelayanan terutama pada Balita Demam Kejang.
1.4.2     Bagi Instansi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan serta untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswi Akbid .
1.4.3     Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan baik itu teori maupun praktek khususnya dalam pelaksanaan metodologi penelitian.
silahkan download KTI SKRIPSI
Karakteristik Balita dengan Demam Kejang di Rumah Sakit
KLIK DIBAWAH 

Tidak ada komentar:

Arsip Blog

tes