Pengetahuan Remaja Putri Masa Pubertas Tentang Dysmenore di SMP

KTI SKRIPSI
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS
TENTANG DYSMENORE DI SMP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas, dan dari berbagai ciri pubertas tersebut, menstruasi merupakan perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita.
Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak dewasa, dan sebagai tanda sudah mampu hamil. Namun perlu diingat bahwa jiwa remaja masih belum stabil dan belum mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial. Jadi ia belum siap untuk hamil, yang terbaik adalah remaja putri mempersiapkan diri untuk mandiri, mencapai tingkat pendidikan yang diwajibkan yaitu paling sedikit 9 tahun, memasuki pernikahan yang direstui orang tua dan masyarakat, kemudian merencanakan kehamilan pada usia yang tepat yaitu usia 20-30 tahun. Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menstruasi dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono, 1999).
Pada umumnya remaja putri belajar tentang menstruasi dan gangguan yang menyertainya dari ibunya, tapi tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya bahkan sebagian enggan membicarakan secara terbuka sampai putrinya mengalami menstruasi. Sehingga hal ini menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa menstruasi itu sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius. Dengan kata lain, dia mengembangkan sikap negatif tentang menstruasi. Ia mungkin merasa malu dan melihatnya sebagai penyakit. Khususnya jika ketika mengalaminya ia merasa letih atau terganggu (Manuaba, 1998).
Dilihat dari segi penduduk 73,4% sebagian penduduk di dunia adalah remaja. Indonesia menempati urutan nomor 5 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Lampung pada tahun 2000 dihuni oleh 6,654 juta jiwa dengan jumlah remaja usia 10-15 tahun sebanyak 652.322 jiwa (Hasil Sensus BPS Lampung, 2000).
Sejak tahun 2000, pemerintah mencanangkan suatu program yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yang sasarannya adalah siswa SLTP, SLTA dan Remaja Karang Taruna. Pelaksanaan program ini secara lintas sektoral instansi pemerintah dan swasta seperti Pemda, Dinas Kesehatan, BKKBN, Polri dan LSM yang berasal dari masyarakat itu sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan remaja tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual (Llywellyn-Jones, 1997).
Hampir seluruh perempuan dan juga termasuk di dalamnya remaja pasti pernah merasakan nyeri haid (dysmenorrhea) dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Umumnya nyeri yang biasa terasa dibawah perut itu terjadi pada hari pertama dan kedua haid. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak.
Secara alamiah, penyebab nyeri haid bermacam-macam, dari meningkatnya hormon prostaglandin sampai dengan perubahan hormonal ketika mulai haid, dan bahkan kecemasan yang berlebihan. Bila dilihat dari faktor penyebabnya, nyeri haid dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu nyeri haid primer dan sekunder (http:// www.infosehat.com).
Batasan penelitian dalam penelitian pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea di SMP meliputi pengertian dysmenorea, klasifikasi dysmenorea, gejala dysmenorea, dan penanganan dysmenorea.
Dari hasil prasurvei terdapat 4 orang remaja putri siswi kelas III di SMP dan diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswi tersebut belum mengerti dengan jelas pengertian dari dysmenorea, klasifikasi dysmenorea, tanda dan gejala yang menyertainya dan penanganan dysmenorea. Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea di SMP.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana pengetahuan remaja putri kelas III tentang dysmenorea di SMP?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : Deskriptif
Subjek Penelitian : Remaja putri siswi kelas III di SMP B
Objek Penelitian : Pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea
Lokasi Penelitian : SMP
Waktu : Setelah proposal disetujui

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri siswi kelas III tentang dysmenorea di SMP
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP tentang pengertian dysmenorea.
b. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP tentang klasifikasi dysmenorea.
c. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP tentang tanda dan gejala yang menyertai dysmenorea
d. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP tentang penatalaksanaan/penangan dysmenorea

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukkan untuk memperluas wawasan mahasiswi jurusan kebidanan.
3. Bagi Peneliti
Dapat memberikan masukan hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi Responden
Agar remaja putri di SMP mendapat tambahan pengetahuan tentang dysmenorea.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI SKRIPSI
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS TENTANG DYSMENORE DI SMP
KLIK DIBAWAH 


READ MORE - Pengetahuan Remaja Putri Masa Pubertas Tentang Dysmenore di SMP

Pengetahuan Remaja Putri Kelas III Tentang Seks Sekunder di SMP

KTI SKRIPSI
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III
TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dilihat dari segi penduduk 73,4% sebagian penduduk di dunia adalah remaja. Indonesia menempati urutan nomor 5 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Lampung pada tahun 2000 dihuni oleh 6,654 juta jiwa dengan jumlah remaja usia 10-15 tahun sebanyak 652.322 jiwa (http://www.bkkn.go.id).
Sejak tahun 2000, pemerintah mencanangkan suatu program yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yang sasarannya adalah siswa SLTP, SLTA dan Remaja Karang Taruna. Pelaksanaan program ini secara lintas sektoral instansi pemerintah dan swasta dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan remaja tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual (Llywellyn-Jones, 1997).
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial).
Masa permulaan pubertas pada anak perempuan biasanya terjadi antara usia 10 sampai 14 tetapi bisa lebih awal (pubertas dini) atau terlambat, tergantung dengan faktor-faktor genetik individu. Masa pubertas berlangsung selama kira-kira lima tahun dan sebagaimana terjadi pada anak laki-laki, diawali dengan pelepasan hormon-hormon dari kelenjar pituitary yang kemudian bertindak secara langsung pada organ-organ seksual. Kejadian yang paling dramatis bagi para anak perempuan adalah masa awal menstruasi (menarche) sebagai respon untuk produksi dan pelepasan hormon-hormon perempuan tersebut, estrogen dan progesteron. Indung telur matang dan mulai melepaskan telur-telur dan uterus membesar, bersamaan dengan perkembangan dan kedewasaan organ-organ kemaluan. Masa pertumbuhan yang cepat yang menghasilkan tinggi dan berat menyertai perubahan-perubahan tersebut. Kedua pinggul melebar dan pola pendistribusian lemak berubah untuk memproduksi bentuk tubuh perempuan yang karakteristik. Juga karakteristik-karakteristik seksual sekunder berkembang sebagai kelanjutan-kelanjutan pubertas, terutama pembesaran kedua payudara, pertumbuhan bulu-bulu kelamin dan ketiak serta perkembangan kelenjar-kelenjar keringat.
Dari pengamatan saat melakukan prasurvei diperoleh data siswa perempuan yang berumur 12-15 tahun di SMP berjumlah 89 siswi yang terdiri dari kelas satu terdapat 26 siswi, kelas dua terdapat 33 siswi dan kelas tiga terdapat 30 siswi.
Dalam pelaksanaan prasurvei, penulis mengambil sampel sebanyak 22% dari seluruh jumlah populasi yang akan diteliti yaitu sebanyak 21 orang siswi yang terbagi atas 7 siswi kelas 1, 7 siswi kelas 2 dan 7 siswi kelas 3.
Dan setelah diajukan beberapa pertanyaan pre survey kepada 21 orang siswi tersebut, diperoleh hasil bahwa enam orang diantaranya kelas 1 belum mengetahui mengenai seks sekunder, untuk siswi kelas 2, lima orang belum mengetahui tentang seks sekunder dan untuk siswi kelas 3, empat orang belum mengetahui tentang seks sekunder. Berdasarkan pengamatan pula didapatkan alasan mengaa
Berdasarkan hasil prasurvei tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Bagaimana Pengetahuan Remaja Putri Masa Pubertas tentang Seks Sekunder di SMP”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana pengetahuan remaja putri masa pubertas tentang seks sekunder di SMP?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : Deskriptif
Subjek Penelitian : Remaja putri di SMP
Objek Penelitian : Pengetahuan remaja putri masa pubertas tentang seks sekunder.
Lokasi Penelitian : SMP
Waktu : bulan Mei

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri masa pubertas tentang seks sekunder di SMP

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri masa pubertas seks sekunder, sehingga pihak sekolah dapat memasukkan materi mengenai seks sekunder dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan bahan bacaan di perpustakaan.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman bagi penulis dalam melakukan sebuah penelitian, dapat memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang akan diteliti untuk peneliti lain yang meneliti mengenai seks sekunder.
4. Bagi Responden
Agar remaja putri di SMP mendapat tambahan pengetahuan tentang pubertas khususnya tentang seks sekunder.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI SKRIPSI
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP
KLIK DIBAWAH 


READ MORE - Pengetahuan Remaja Putri Kelas III Tentang Seks Sekunder di SMP

Pengetahuan Remaja Awal (11-13 Tahun) Tentang Pengertian dan Perubahan Fisik Pubertas di SMP

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA AWAL (11-13 TAHUN) TENTANG PENGERTIAN DAN PERUBAHAN FISIK PUBERTAS DI SMP

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
WHO dan beberapa badan dunia lainnya tahun 1998, menghimbau semua Negara Asia Tenggara agar memberikan komitmennya untuk memperhatikan dan melindungi kebutuhan remaja akan informasi, ketrampilan, pelayanan dan lingkungan yang umum dan kesehatan reproduksi remaja. (Soetjiningsih, 2004).
Departemen kesehatan RI bersama lembaga swasta tahun 1996 telah merumuskan tentang empat komponen pelayanan reproduksi essensial yaitu kesehatan Ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan pemberantasan IMS/ HIV-AIDS dan dengan sendirinya harus ditangani secara khusus yaitu dengan peralatan yang cukup dan tenaga yang terlatih.
Tujuan kesehatan reproduksi remaja adalah menurunkan resiko kehamilan dan pengguguran yang tidak aman, menurunkan penularan IMS/HIV-AIDS, memberikan informasi kontrasepsi dan konseling untuk mengambil keputusan sendiri tentang kesehatan reproduksi. (Soetjiningsih, 2004).
Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan¬-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan Biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda. (Soetjiningsih, 2004).
Selama perkembangan menuju dewasa, tubuh berkembang secara terus menerus. Keseluruhan frekuensi perubahan terjadi dengan cepat sebelum lahir, selama masa bayi, dan saat pubertas.(Cristian , 2004).
Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa. (Soetjiningsih, 2004).
Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004).
Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10 - 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10 - 19 tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan. (Nancy P, 2002).
Sedangkan jumlah penduduk di propinsi Lampung tahun 2005 adalah 6.983.699 jiwa dan jumlah remaja usia 10-14 tahun adalah 714.615 jiwa sedangkan yang berusia 15-19 tahun adalah 761.516 jiwa (BPS Lampung, 2006), saat ini jumlah penduduk di Kota Metro sekitar 125.086 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 10-14 tahun adalah 12.334 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 15-19 tahun adalah 14.513 jiwa (BPS Metro 2005).
Batasan penelitian ini adalah pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pubertas di SMP meliputi pengertian pubertas dan perubahan fisik ada saat pubertas.
Dari hasil prasurvey terhadap 15 siswa yang berusia 11-13 tahun di SMP, peneliti melakukan wawancara mengenai pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas dan didapatkan bahwa hampir semuanya belum mengerti tentang pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja awal usia (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP.

B.    Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Bagaimana pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP tahun ".

C.    Ruang Lingkup Penelitian

1.    Jenis Penelitian    :     Deskriptif
2.    Subjek penelitian    :     Remaja awal 11 - 13 tahun di SMP.
3.    Objek Penelitian    :     Tingkat pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas.
4.    Lokasi Penelitian    :     Di SMP.
5.    Waktu Penelitian    :     April-Mei
6.    Alasan Penelitian    :     Dari awal hasil presurvey terhadap 15 siswa yang berusia 11-13 tahun di SMP, peneliti melakukan wawancara mengenai pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas dan didapatkan bahwa hampir semuanya belum mengerti tentang pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas.

D.    Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP tahun .

E.    Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.    Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja awal (11 -13 tahun) tentang pubertas.
2.    Bagi Instansi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.
3.    Bagi penelitian
Dapat memberikan masukan hal - hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
4.    Bagi Responden
Sebagai bahan informasi dan dapat menambah pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) di SMP  tentang pubertas.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA AWAL (11-13 TAHUN) TENTANG PENGERTIAN DAN PERUBAHAN FISIK PUBERTAS DI SMP
KLIK DIBAWAH 


READ MORE - Pengetahuan Remaja Awal (11-13 Tahun) Tentang Pengertian dan Perubahan Fisik Pubertas di SMP

Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Pada Masa Kehamilan

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN
FISIOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan, dan nifas pada tiap 1000 kelahiran hidup dalam wilayah dan waktu tertentu. Saat ini Angka Kematian Ibu di seluruh dunia masih cukup tinggi estimasi WHO tahun 2000 tentang AKI (Maternal Mortality Ratio/MMR per 100.000 kelahiran hidup) adalah sebagai berikut, di seluruh dunia sebesar 400, di negara industri angka kematian ibu cukup rendah yaitu sebesar 20, di Eropa sebesar 24. Untuk negara berkembang angka kematian ibu masih cukup tinggi yaitu sebesar 440 per 100.000, di Afrika sebesar 830 per 100.000, di Asia sebesar 330 per 100.000 dan Asia Tenggara sebesar 210 per 100.000 (WHO, 2004). Untuk negara-negara ASEAN, AKI (per 100.000 kelahiran hidup) sangat bervariasi seperti Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura, Kamboja, Laos, Philipina dan lain-lain (Depkes RI, 2004).
Di Indonesia angka kematian ibu masih cukup tinggi walaupun terjadi penurunan dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1994 dan terjadi penurunan sekitar 25 persen dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1996 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 (Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 1997). Namun angka tersebut masih tinggi atau 3-6 kali lebih besar dibandingkan negara-negara ASEAN, angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002-2003 atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab dan target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (www.google.com, 2006).
Di Provinsi Lampung, cenderung terjadi peningkatan AKI sebesar 143 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 153 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 (Dinkes Provinsi Lampung, 2003) dan pada tahun 2003 angka kematian ibu sebesar 98 orang dari 186.248 jiwa (Dinkes Provinsi Lampung, 2004)
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita yang ada di dunia. Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapatkan penatalaksanaan yang benar, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu, hal tersebut terbukti dari angka kematian ibu masih tinggi di negara kita yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (Survey Demografi dan kesehatan Indonesia, 2002/2003) dengan keadaan tersebut memacu kita untuk memberikan penatalaksanaan yang benar pada saat kehamilan. Asuhan pada kehamilan normal ini diperlukan karena masa ini adalah masa kritis pada ibu hamil disebabkan adanya komplikasi pada kehamilan (Syaifudin, 2001 : hal 87).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil (normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari 4 bulan sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan 7 sampai 9 bulan (Buku acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001).
Pada wanita hamil atau ibu yang sedang hamil penjelasan mengenai perubahan alat kandungan sangatlah penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang hamil belum mengetahui tentang perubahan-perubahan yang ada pada diri mereka, baik alat kandungan yang berada di dalam ataupun yang ada di luar. Maka dari itu peran dari bidan sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada tubuh ibu atau wanita yang sedang hamil dan juga memberikan pelayanan kesehatan Bio psikologis, sosial dan spiritual tanpa membedakan suku, ras, agama, terutama pada ibu hamil yang belum mengetahui tentang perubahan fisiologi alat kandungan serta ibu hamil yang mengalami kelainan pada alat kandungannya. Perubahan wanita hamil antara lain: meliputi perubahan pada uterus, perubahan pada kulit, perubahan payudara, perubahan sirkulasi darah, perubahan sistem respirasi, perubahan tractus digestivus, dan perubahan traktus urinarius (Sarwono Prawirohardjo, 1999: hal 31).
Apabila ibu hamil primigravida sudah mengerti tentang perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan maka rasa takut dan cemas selama hamil dapat dihindari dan apabila terdapat suatu kelainan pada kehamilan, ibu akan mengerti dan segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan, sebaliknya jika ibu hamil tidak mengerti perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan seorang ibu akan merasa cemas dan takut akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya selama hamil. Salah satu hal yang dapat dilakukan agar ibu hamil memahami perubahan fisiologis yang terjadi pad masa kehamilan adalah dengan pemeriksaan antenatal care.
Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua safe motherhood cukup baik yaitu 87% pada tahun 1997, namun mutunya perlu ditingkatkan terus (Saifudin, 2001). Diharapkan dengan program kesehatan tersebut dapat meningkatkan kesehatan ibu dan janin sehingga kehamilan berlangsung secara fisiologis tanpa adanya penyulit atau komplikasi. Jika semua kehamilan berlangsung secara fisiologis maka kematian karena komplikasi selama kehamilan dapat berkurang dengan kehamilan secara fisiologis, diharapkan ibu mengerti tentang perubahan fisiologis kehamilan.
Berdasarkan hasil pra survey yang penulis lakukan, terdapat 15 orang ibu hamil primigravida yang mengeluh mual, muntah, pusing, sering kencing dan kebanyakan terjadi pada Trimester satu. Dimana hal tersebut merupakan perubahan fisiologis pada masa kehamilan. Kejadian tersebut menunjukan bahwa ibu hamil khususnya ibu hamil primigravida belum faham mengenai perubahan fisiologis yang terjadi pada dirinya.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis pada masa kehamilan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana pengetahuan ibu primigravida terhadap perubahan fisiologis pada masa kehamilan?”.

C. Ruang Lingkup Pengetahuan
Adapun yang menjadi ruang, dari penelitian pengetahuan ibu Primigravida terhadap perubahan fisiologi pada masa kehamilan ini adalah :
1. Jenis Penelitian : deskriptif
2. Obyek Penelitian : pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis pada masa kehamilan.
3. Subyek Penelitian : ibu hamil primigravida yang memeriksakan diri di BPS. C.
4. Lokasi Penelitian :
5. Waktu Penelitian : April-Mei
6. Alasan Penelitian : ibu hamil primigravida yang kurang memahami tentang perubahan fisiologis selama kehamilannya.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida terhadap perubahan fisiologi pada masa kehamilan dI

E. Manfaat penelitian
1. Bagi ibu hamil
Menambah pengetahuan ibu primigravida terhadap perubahan fisiologi pada kehamilan sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu dan mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.
2. Bagi tempat peneliti
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengelola program di BPS. yaitu memberikan masukan agar dapat meningkatkan pelayanan kehamilan seoptimal mungkin di wilayah kerjanya dalam rangka peningkatan profesionalisme kerja dan pengabdian kepada masyarakat.
3. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diberikan pengetahuan kepada masyarakat terutama ibu hamil atau wanita yang sedang hamil terhadap perubahan fisiologis pada kehamilan sehingga nantinya mereka mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana daya pemahaman atau daya kemampuan untuk mengerti dari mata kuliah yang telah disampaikan oleh dosen. Serta nantinya dapat menjadi tambahan bahan kepustakaan di perpustakaan AKBID.
5. Bagi Peneliti
Penelitian ini untuk menambah pemahaman penulis mengenai perubahan fisiologis pada kehamilan dan penerapan secara langsung teori pembuatan karya tulis ilmiah sesuai dengan teori yang diajarkan sewaktu kuliah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.
silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN
FISIOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN
KLIK DIBAWAH 
READ MORE - Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Pada Masa Kehamilan

Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi 6 - 24 Bulan di BP

KTI SKRIPSI
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 6 - 24 BULAN DI BP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Riset terbaru WHO pada tahun 2005 yang dikutip oleh Siswono (2006) menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak 58% terkait dengan malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya asupan ASI (gizi online, 2007).
Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).
Berdasarkan hasil pra survey di BPS Nur Aisyah Sekampung pada bulan Maret 2008, jumlah bayi yang berusia 6 – 24 bulan sebanyak 108 bayi dan sudah diberikan makanan pendamping ASI.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengetahuan Ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6 – 24 bulan di BPS.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian masalah diatas maka penulis membuat rumusan masalah “Bagaimana pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan”.

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Obyek penelitian : Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian Makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.
3. Subyek penelitian : Seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi 6 – 24 bulan dan yang telah memberikan makanan pendamping ASI.
4. Lokasi penelitian :
5. Waktu penelitian : Maret – Mei

D. Tujuan Penelitian
Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan di BPS

E. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk penerapan ilmu yang didapat selama kuliah dalam rangka pengetahuan ibu menyusui.
2. Seluruh Ibu menyusui di desa Puskesmas Kabupaten
Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.
3. Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI SKRIPSI
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 6 - 24 BULAN DI BP
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
KLIK DIBAWAH 

READ MORE - Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi 6 - 24 Bulan di BP

Gambaran Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas

KTI SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG
IMUNISASI DPT COMBO DI UPT PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. (1)
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya harus dilakukan secara terpadu guna mencapai hasil yang optimal selaras dengan Visi Pembangunan Kesehatan yaitu “Indonesia Sehat 2010”. Pada tahun 2010 Bangsa Indonesia diharapkan mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai Penduduknya hidup dalam Lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai secara adil dan bermutu, merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal. (1)
Salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi dan anak serta kelahiran yang tinggi masih merupakan hambatan utama dalam pencapian derajat kesehatan yang optimal. (2)
Salah satu program Pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi dan anak akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu melalui Program Pengembangan Imunisasi ( PPI ). (3)
Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi.(4) Pada dasarnya semua imunisasi itu sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh anak tetapi pada kenyataanya masih banyak yang beranggapan bahwa imuniasasi hanya cukup Polio saja dan menganggap imunisasi itu tidak terlalu penting karena anaknya sudah besar dan sehat. (2)
Di UPT Puskesmas Kecamatan hasil pencapaian imunisasi DPT Combo sampai dengan bulan Agustus adalah 48,10% dari target yang harus dicapai yaitu 65,33% . Jadi ada kesenjangannya – 17,23%. Semua itu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah keterlibatan kinerja petugas kesehatan dan partisipasi masyarakat. Peran serta orang tua terutama ibu merupakan masalah utama dalam memberikan imunisasi pada bayinya minimal sampai 9 bulan dan merupakan masalah utama dalam pelaksanaan program imunisasi di Indonesia. (2)
Banyak kendala-kendala bayi yang tidak boleh di imunisasi karena isu :
1. Karena salah satu efek samping imuniasasi ada reaksi panas pada badan mereka menganggap bahwa anak sehat menjadi sakit.
2. Peran orang tua beralasan tidak mau membawa anaknya untuk memperoleh imunisasi ialah karena anak mereka demam, diare dan pilek pada saat ketika anak tersebut di imunisasi. (5)
Tinggi rendahnya peran serta masyarakat terhadap suatu program kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan salah satunya adalah faktor pengetahuan masyarakat pada program kesehatan itu sendiri. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting yang menentukan peran serta masyarakat dalam program kesehatan.(6) Oleh karena itu faktor tersebut memegang peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan Imunisasi.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu kiranya dilakukan telaah penelitian untuk mengetahui Gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai bayi usia (0 – 12 bulan) tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas Kecamatan Kabupaten Tahun. Diharapkan melalui penelitian ini ibu yang mempunyai bayi wawasan pengetahuan dan pemahaman tentang Imunisasi khususnya imunisasi DPT Combo dapat meningkat sehingga tidak ada alasan lagi bagi ibu bayi untuk tidak mengimunisasikan anaknya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis merumuskan bagaimanakah: ”Gambaran pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas Kecamatan  Kabupaten tahun”

1. 3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adalah mendapatkan gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengertian ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas  Kecamatan Kabupaten tahun.
2. Mengetahui gambaran manfaat imunisasi DPT Combo pada ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun.
3. Mengetahui gambaran jadwal pemberian imunisasi DPT Combo pada ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merancang dan melaksanakan sebuah penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan Kabupaten tahun.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan bagi kami sebagai petugas kesehatan khususnya bidan desa dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan khususnya pada ibu yang mempunyai bayi usia (0 – 12 bulan) tentang pengetahuan imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun.

1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini adalah penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT Combo di wilayah kerja UPT Puskesmas Penelitian ini dilakukan dari tanggal 10-30 September. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi usia (0 – 12 bulan). Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya cakupan iminisasi DPT Combo di wilayah kerja UPT Puskesmas Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

silahkan download KTI SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG IMUNISASI DPT COMBO DI UPT PUSKESMAS
KLIK DIBAWAH


READ MORE - Gambaran Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI di Desa Banjarwangunan

KTI SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian dan kesakitan bayi di Indonesia masih sangat tinggi. Secara Nasional kematian bayi mencapai 32 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup sedangkan di Jawa Barat sendiri kematian bayi diatas rata-rata nasional yaitu 43 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi tersebut di antaranya di sebabkan oleh bayi prematur, infeksi saat kelahiran, kelainan bawaan, rendahnya gizi saat dalam kandungan dan lain-lain. (http//www.suarapembaharuan.com/).
UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah 5 tahun .Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal Pedriatics menunjukan 16 % kematian dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak pertama kelahiranya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi. Namun di Indonesia hanya 8% ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4 % bayi di susui ibunya dalam waktu 1 jam setelah kelahiranya. Padahal sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada 1 jam pertama setelah lahir .(Baskoro, 2008 ).
Beberapa penelitian menyebutkan angka kejadian diare dan kematian pada bayi jauh lebih tinggi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula di tambah makanan pengganti ASI terutama diegara-negara miskin dan berkembang (http://www.blogdokter.net)
ASI adalah Mukjijat yang Allah berikan kepada Umatnya yang harus disyukuri dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Hal ini dapat kita pahami juga dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak ada makanan di dunia ini sesempurna ASI. (Purwanti, 2003).
ASI adalah makanan ajaib yang sangat dibutuhkan bayi. Kandungan gizi dan zat kebal didalamnya tidak bisa digantikan oleh susu formula maupun bahan makanan lain (Baskoro, 2008)
Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 yang juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA 2001), dikatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus di beri ASI eksklusif selama 6 bulan pertama selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi, harus mulai di beri makanan pendamping ASI cukup dan aman dengan pemberian ASI di lanjutkan sampai 2 tahun atau lebih. Sedangkan peran wewenang bidan mengacu pada Keputusan Menkes RI No. 900/Men.Kes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan, dalam keputusan tersebut diharapkan semua bidan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya para ibu hamil, melahirkan dan menyusui bidan harus senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang ke ampuhan dan manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan sehingga ibu hamil memahaminya dan siap menyusui anaknya dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Baskoro, 2008 ).
Suatu kebanggaan bagi seorang ibu jika bisa memberikan ASI bagi si buah hati namun sayang tak semua ibu bisa merasakanya berbagai kendala menyusui sering terjadi mulai dari ibu yang sibuk bekerja sampai gangguan produksi ASI yang menyebabkan si ibu urung menyusui bayinya. (Baskoro, 2008)
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai "Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten tahun".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten tahun.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten
b. Untuk mengetahui hubungan umur dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten
c. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten
d. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bacaan yang bermanfaat serta dapat memperluas wawasan dan pengetahuan khususnya tentang ASI .
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi lembaga terkait dalam merumuskan program ASI .
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini penulis batasi pada faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI yaitu dari faktor pendidikan, umur, paritas, dan pendapatan keluarga. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah ibu menyusui bayi berumur 0 -12 bulan di Desa  Kecamatan  Kabupaten Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 April sampai dengan 20 Juni. Desain penelitiannya adalah analitik.

silahkan download KTI SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DI DESA
KLIK DIBAWAH 



READ MORE - Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI di Desa Banjarwangunan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI

 ABSTRAK
POLITEKNIK KESEHATAN
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
Karya Tulis Ilmiah, Juli

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DIDESA KECAMATAN KABUPATEN TAHUN 2009
x + 44 halaman + 10 tabel + 1 gambar + 7 lampiran

Asi adalah Air Susu Ibu yang diberikan oleh seorang ibu kepada bayinya selama kurang lebih 2 tahun . Banyak zat gizi yang terkandung dalam ASI dan tidak dapat tergantikan oleh minuman maupun makanan lain. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu menyusui tantang ASI diantaranya, Pendidikan, Umur, Paritas dan pendapatan Keluarga .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI berdasarkan pendidikan, umur, paritas dan pendapatan keluarga di Desa Kecamatan kabupaten Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan desain cross sectional.Data yang digunakan adalah data primer,.pengukuran data menggunakan kuesioneyang diberikan dan diisi oleh ibu menyusui. Pengolahan data dengan bantuan computer menggunakan SPSS versi 13.
Hasil penelitian didapatkan bahwa responden berpendikan rendah (60,7%), umur responden tidak beresiko (88,0%), ibu dengan gravida 2 – 3 (48,7%) dan pendapatan keluarga ≥ 764.000 (8,0%). Pengetahuan tentang ASI sebagian besar pada kriteria baik. Hasil uji statistic bahwa yang terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu menyusui tentang ASI yaitu faktor pendidikan dan faktor pendapatan keluarga sedangkan dari faktor umur dan paritas tidak ada hubungan yang bermakna .
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa para ibu hendaknya harus selalu mencari informasi tentang ASI. Para ibu juga sebaiknya tidak sekedar memberikan ASI, namun harus tahu dan memahami betapa besar dan berharganya ASI bagi buah hatinya.

Kata Kunci : Ibu Menyusui, Pengetahuan Tentang ASI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian dan kesakitan bayi di Indonesia masih sangat tinggi. Secara Nasional kematian bayi mencapai 32 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup sedangkan di Jawa Barat sendiri kematian bayi diatas rata-rata nasional yaitu 43 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi tersebut di antaranya di sebabkan oleh bayi prematur, infeksi saat kelahiran, kelainan bawaan, rendahnya gizi saat dalam kandungan dan lain-lain. (http//www.suarapembaharuan.com/).
UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah 5 tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal Pedriatics menunjukan 16 % kematian dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak pertama kelahiranya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi. Namun di Indonesia hanya 8% ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4% bayi di susui ibunya dalam waktu 1 jam setelah kelahiranya. Padahal sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada 1 jam pertama setelah lahir (Baskoro, 2008).
Beberapa penelitian menyebutkan angka kejadian diare dan kematian pada bayi jauh lebih tinggi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula di tambah makanan pengganti ASI terutama diegara-negara miskin dan berkembang (http://www.blogdokter.net)
ASI adalah Mukjijat yang Allah berikan kepada Umatnya yang harus disyukuri dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Hal ini dapat kita pahami juga dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak ada makanan di dunia ini sesempurna ASI. (Purwanti, 2003).
ASI adalah makanan ajaib yang sangat dibutuhkan bayi. Kandungan gizi dan zat kebal didalamnya tidak bisa digantikan oleh susu formula maupun bahan makanan lain (Baskoro, 2008)
Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 yang juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA 2001), dikatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus di beri ASI eksklusif selama 6 bulan pertama selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi, harus mulai di beri makanan pendamping ASI cukup dan aman dengan pemberian ASI di lanjutkan sampai 2 tahun atau lebih. Sedangkan peran wewenang bidan mengacu pada Keputusan Menkes RI No. 900/Men.Kes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan, dalam keputusan tersebut diharapkan semua bidan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya para ibu hamil, melahirkan dan menyusui bidan harus senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang ke ampuhan dan manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan sehingga ibu hamil memahaminya dan siap menyusui anaknya dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Baskoro, 2008 ).
Suatu kebanggaan bagi seorang ibu jika bisa memberikan ASI bagi si buah hati namun sayang tak semua ibu bisa merasakanya berbagai kendala menyusui sering terjadi mulai dari ibu yang sibuk bekerja sampai gangguan produksi ASI yang menyebabkan si ibu urung menyusui bayinya. (Baskoro, 2008)
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai "Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI di Desa  Kecamatan  Kabupaten tahun".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten tahun.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten
b. Untuk mengetahui hubungan umur dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten
c. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten
d. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Kecamatan Kabupaten

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bacaan yang bermanfaat serta dapat memperluas wawasan dan pengetahuan khususnya tentang ASI.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi lembaga terkait dalam merumuskan program ASI.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini penulis batasi pada faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI yaitu dari faktor pendidikan, umur, paritas, dan pendapatan keluarga. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah ibu menyusui bayi berumur 0 -12 bulan di Desa  Kecamatan  Kabupaten Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 April sampai dengan 20 Juni. Desain penelitiannya adalah analitik.

silahkan download  KTI SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DI DESA

KLIK DIBAWAH 


READ MORE - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Cara Menyusui di Desa

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG CARA MENYUSUI DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roeli, 2000).
Pemberian ASI yang baik adalah sesuai kebutuhan bayi istilahnya on demand, kalau ASI diberikan pada saat anak sudah menangis sebenarnya itu sudah terlambat karena sudah kelamin. Keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat pemberian ASI. Kalau diperhatikan sebelum sampai menangis bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda kebutuhan akan ASI berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau tangan di mulut. Ketepatan waktu saja tidak cukup, tak jarang kegagalan dalam menyusui terjadi. Kegagalan biasanya disebabkan karena tehnik dan posisi yang kurang tepat bukan karena produksi ASI-nya yang sedikit. Kegagalan teknis menyusui bisa terjadi karena bayi yang bersangkutan pernah menggunakan dot (www.tabloidnakita.com).
Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup faktor-faktor seperti kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi, praktik-praktik rumah sakit yang merugikan seperti pemberian air dan suplemen bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya perawatan tindak lanjut pada periode pasca kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat luas (Maribeth Hasselquist, 2006).
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah lain. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga atau kerabat atau kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter atau tenaga kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar (Soetjingsih, 1997).
Jumlah bayi di Kabupaten Lampung Timur ada 21.795 bayi, yang di beri ASI Ekslusif 8.185 (37,55%) (Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Timur, 2005). Di desa Sidodadi dengan jumlah penduduk wanita 1.891 dan jumlah bayi sebanyak 85 bayi.
Dari data di atas, terdapat jumlah bayi di Kecamatan Sekampung sebanyak 718 bayi dan 1.430 orang ibu yang menyusui. Di Desa Sidodadi terdapat 85 bayi dengan sasaran ibu yang menyusui sebanyak 170 orang. Berdasarkan hasil prasurvei pada periode bulan (Desember 2006 - Februari 2007) di Desa Sidodadi terdapat 58 orang ibu menyusui yang terbagi dalam 4 dusun yaitu Dusun 1 terdapat : 23 orang ibu menyusui, dari 23 orang ibu menyusui yang mengalami masalah seperti puting susu lecet ada 1 orang, payudara bengkak 18 orang, dan 4 orang lainnya tidak mengalami masalah. Dusun II terdapat 13 orang ibu menyusui, dari 13 orang ibu menyusui tersebut yang mengalami masalah seperti puting lecet ada 4 orang, payudara bengkak 1 orang, dan bendungan payudara ada 1 orang dan 7 orang lainya tidak mengalami masalah. Dusun III terdapat 9 orang ibu menyusui, dari 9 orang ibu menyusui tersebut yang mengalami masalah seperti puting lecet, ada 5 orang, bendungan payudara ada 1 orang dan 3 orang lainnya tidak mengalami masalah. Dusun IV terdapat 13 orang ibu menyusui dari 13 orang tersebut yang mengalami masalah seperti puting lecet ada 6 orang, bendungan payudara 1 orang dan 6 orang lainnya tidak mengalami masalah.
Dengan cara menyusui yang benar masalah-masalah seperti payudara bengkak, puting susu lecet, radang payudara, air susu kurang, bayi bingung puting (karena pemakaian dot atau kempeng) tidak ditemukan lagi/diminimalkan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui di Desa

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimanakah pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui di Desa”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Ibu Menyusui
3. Obyek Penelitian : Pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui
4. Lokasi Penelitian :
5. Waktu Penelitian : Mei
6. Alasan Penelitian : Dari hasil prasurvey bulan Desember-Januari terdapat ibu yang mengalami puting susu lecet sebanyak 16 orang, bendungan payudara 3 orang, payudara bengkak 19 orang, di Desa.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui di Desa.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Bagi Ibu Menyusui
Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu tentang cara menyusui.
2. Bagi Tempat Peneliti
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk lebih meningkatkan cara menyusui di Desa.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah sebagai penerapan ilmu yang didapat dengan proses pembelajaran secara nyata dalam membuat karya tulis ilmiah.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat melengkapi bacaan di perpustakaan sebagai acuan untuk penelitian sejenis dengan variabel penelitian yang lebih komplek.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG CARA MENYUSUI DI DESA
KLIK DIBAWAH 

READ MORE - Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Cara Menyusui di Desa

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Primigravida Tentang Persiapan Persalinan di BPS

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG
PERSIAPAN PERSALINAN DI BPS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat tahun 2010 adalah meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan sehat, mempunyai pengetahuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes. RI, 1998).
Derajat kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya tingkat angka kematian ibu dan kematian perinatal. Untuk itu diperlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak yang terkait dalam memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi. Tingginya tingkat angka kematian ibu dan angka kematian perinatal tidak dapat dipisahkan dari profil wanita Indonesia. Pembangunan dibidang kesehatan telah berhasil meningkatkan angka harapan hidup wanita dari 54,0 tahun pada tahun 1976 menjadi 64,4 pada tahun 1993 (Depkes.RI, 1998).
Mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi pada saat sekitar persalinan kira-kira 95% penyebab kematian itu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak diperkirakan sebelumnya, maka kebijaksanaan departemen kesehatan untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah mengupayakan agar :

1. Setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan.
2. Pelayanan obstetri sedekat mungkin diberikan kepada semua ibu hamil (Saifuddin, 2001).
Untuk itu, bidan sebagai tenaga kesehatan harus ikut mendukung upaya mempercepat penurunan AKI yaitu diperlukan suatu usaha yang salah satunya adalah pelayanan antenatal atau Antenatal Care (ANC). Pelayanan antenatal merupakan pilar kedua didalam Safe Motherhood yang merupakan sarana agar ibu lebih siap menghadapi persalinan. Ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan menjadi salah satu faktor penyebab tingginya AKI. Bila saat persalinan ditemukan adanya komplikasi obstetri dan ibu tidak mengerti tentang persiapan yang dibutuhkan menjelang persalinan, maka ibu tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai dan tepat waktu sehingga terjadi tiga keterlambatan dalam rujukan, yaitu:
1. Keterlambatan dalam pengambilan keputusan untuk merujuk, karena ketidakmampuan ibu / keluarga untuk mengenali tanda bahaya, ketidaktahuan kemana mencari pertolongan, faktor budaya, keputusan tergantung pada suami, ketakutan akan biaya yang perlu dibayar untuk transportasi dan perawatan di rumah sakit, serta ketidakpercayaan akan kualitas pelayanan kesehatan.
2. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan, dipengaruhi oleh jarak, ketersediaan dan efisiensi sarana transportasi, serta biaya.
3. Keterlambatan dalam memperoleh pertolongan di fasilitas kesehatan, dipengaruhi oleh jumlah dan keterampilan tenaga kesehatan, ketersediaan alat, obat, transfusi darah dan bahan habis pakai, manajemen serta kondisi fasilitas kesehatan.
Dengan persiapan persalinan yang direncanakan bersama bidan,diharapkan dapat menurunkan kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan dimna ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu ( Depkes. RI, 2002 )
Dari prasurvey yang penulis lakukan di bidan praktek swasta (BPS) Sri Kadarwati pada bulan April 2006 terdapat 30 orang ibu primigravida diperoleh data bahwa terdapat 43,33% orang primigravida memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang persiapan menjelang persalinan mengenai persiapan persalinan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut pengetahuan dan sikap primigravida tentang persiapan menjelang persalinan di BPS

1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : “Diperoleh data bahwa terdapat 43,33% orang primigravida dari 30 orang ibu primigravida memiliki pengetahuan kurang baik mengenai persiapan persalinan”

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitan ini adalah : “ Bagaimanakah pengetahuan dan sikap ibu primigravida tentang persiapan menjelang persalinan di bidan praktek swasta (BPS)?“

1.4 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaaan dalam penelitian ini adalah:
1.4.1 Bagaimanakah pengetahuan ibu primigravida tentang persiapan menjelang persalinan di BPS?
1.4.2 Bagaimanakah sikap ibu primigravida dalam persiapan menjelang persalinan di BPS?

1.5 Tujuan Penelitan
1.5.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah diperolehnya data tentang pengetahuan dan sikap ibu primigravida tentang persiapan menjelang persalinan di BPS
1.5.2 Tujuan Khusus
Dengan memperhatikan masalah dan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang persiapan menjelang persalian di BPS
b. Untuk mengetahui sikap ibu primigravida tentang persiapan menjelang persalinan di BPS

1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1.6.1 Instansi Tempat Penelitian
Diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan terhadap peningkatan pelaksanaan program KIA khususnya Antenatal Care (ANC) di bidan praktek swasta (BPS)
1.6.2 Ibu Primigravida
Diharapkan ibu primigravida dapat secara rutin memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan agar mendapatkan informasi tentang persiapan yang dibutuhkan dalam menghadapi persalinan.
1.6.3 Instansi Pendidikan
a. Sebagai bahan evaluasi terhadap teori tentang KIA yang telah diberikan kepada mahasiswi didik selama mengikuti perkuliahan di Akedemi Kebidanan.
b. Sebagai sumber bahan bacaan dan referensi bagi perpustakaan di institusi pendidikan.
1.6.4 Peneliti
Peneliti dapat mengetahui dengan jelas tentang pengetahuan dan sikap ibu primigravida tentang persiapan menjelang persalinan, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan, serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama ini.
1.6.5 Peneliti Lain
Dapat dijadikan bahan perbandingan dan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian ditempat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG
PERSIAPAN PERSALINAN DI BPS
KLIK DIBAWAH

READ MORE - Pengetahuan Dan Sikap Ibu Primigravida Tentang Persiapan Persalinan di BPS

Karakteristik Ibu yang Memeriksakan Pap Smear di Rumah Sakit

KTI SKRIPSI
KARAKTERISTIK IBU YANG MEMERIKSAKAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Diantara tumor ganas genokologi, kanker serviks uteri merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah dengan kesehatan terutama di negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Sementara di dunia penderita kanker serviks uteri masih merupakan urutan terbanyak kedua setelah kanker payudara (Mardiana, 2004).
Departemen Kesehatan RI memperkirakan lebih banyak wanita terkena kanker serviks uteri dengan angka kejadian berkisar 100/1000 penduduk/tahun. Masalah kanker di Indonesia sangat khas, yakni kasusnya banyak dan ditemukan di stadium lanjut (Muchlis dkk, 2000).
Di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dari 1.717 kasus kanker genekologik (1989-1992) 76,2 % diantaranya adalah kanker serviks, dikarenakan tidak memeriksakan pap smear. Penyakit kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur, jenis kelamin. Dari status sosial penyakit kanker serviks uteri dapat menyerang orang kaya, miskin, berpendidikan tinggi, maupun orang dewasa tidak luput dari serangan kanker. Namun berdasarkan data yang ada diperkirakan 60% penderita kanker di Indonesia adalah wanita (Mardiana, 2004).
Dari hasil penelitian mutakhir, karsinoma uteri belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor yang menonjol seperti: (a) Umur pertama kali melakukan hubungan seksual usia dibawah 20 tahun, (b) Jumlah kehamilan dan partus, (c) Jumlah perkawinan/ berganti-ganti pasangan, (c) Infeksi virus herpes simplek (HSV-2), virus papiloma dan virus kandiloma diduga sebagai penyebab, (d) Sosial Ekonomi dan (e) Hygiene dan Sirkumsisi.
Dalam usaha menyelamatkan wanita agar tidak menjadi korban serviks uteri. Usaha pencegahan diagnosa dini perlu dilakukan karena penanggulangan pada kasus yang sudah invasif atau tidak memuaskan (Harahap, 1984).
Untuk menghindari kanker serviks sebaiknya perlu diperlukan pemeriksaan yang dimaksud pap smear. Pap smear merupakan metode pemeriksaan sel cairan rahim dengan menggunakan mikroskop.
Pada saat pemeriksaan yang bersangkutan tidak merasakan sakit panas, dan prosesnya cukup cepat dan sangat dianjurkan bagi setiap wanita yang memiliki faktor resiko (pemicu) terkena kanker serviks uteri lebih banyak melakukan pemeriksaan dini.
Diagnosa kanker serviks uteri masih sering terlambat dan penangannya pun ternyata tidak memberikan hasil yang baik, keterlambatan diagnosis terjadi karena penderita sering terlambat ke dokter. Mengusahakan sendiri mengatasinya dengan minum jamu, atau pergi ke dukun, hal tersebut karena sebenarnya disebabkan kurangnya pengertian bahaya kanker, karena pendidikan yang kurang atau kurangnya penerapan kanker pada umumnya, penderita kanker serviks uteri tidak dapat pergi ke dokter karena persoalan tersebut, disebabkan pendapat umum bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Harahap, 1984).
Pada umumnya insiden kanker sangat rendah dibawah umur 20 tahun, sedangkan karsinoma insiden mulai naik pada umum awal puncak pada umur 30-34 tahun, dan displasia mencapai puncaknya naik kembali pada usia lebih tua (Muchlis dkk, 2000).
Sedangkan angka harapan hidup 5 tahun (5 year survival rate) makin rendah dengan makin tingginya stadium. Data pap smear di laboratorium sitologi RSAM pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2009. Menunjukkan angka penurunan yang tercatat pada tahun 2002 sebanyak 348 orang, tahun 2009 sebanyak 293 orang, tahun 2004 sebanyak 446 orang, tahun 2005 sebanyak 384 orang, tahun 2006 sebanyak 293 orang dan tahun 2009 sebanyak 240 orang. Yang melakukan pap smear, sehingga didapatkan hasil adanya penurunan di tahun 2009.
Dari laporan laboratorium sitologi RSAM pada tahun 2009 didapatkan 10% positif karsinoma uteri dan 72% peradangan, 12 % kandidas, 6% normal (data lab sitologi RSAM).
Dengan demikian penulis ingin mengetahui karakteristik ibu yang melakukan pemeriksaan pap smear berdasarkan umur ibu, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama perkawinan, paritas, dan alat kontrasepsi yang digunakan ibu pada waktu melakukan pemeriksaan pap smear.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: Karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di Rumah Sakit pada tahun.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Dari latar belakang masalah dan permasalahan yang demikian maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya pada :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Objek penelitian : Karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di Rumah Sakit 
3. Subjek penelitian : ibu-ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM tahun.
4. Lokasi Penelitian : Rumah Sakit
5. Waktu Penelitian : Januari-Juni
6. Alasan Penelitian : Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melakukan pemeriksaan pap smear berdasarkan jumlah pemeriksaan pap smear yang mengalami penurunan yang dilihat dari data rekam medik laboratorium sitologi RSAM tahun.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM tahun.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM berdasarkan umur ibu, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama perkawinan, paritas, dan alat kontrasepsi yang digunakan ibu pada waktu melakukan pemeriksaan pap smear.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian khususnya tentang pap smear.
2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan guna pengembangan kualitas pelayanan khususnya tentang pemeriksaan pap smear.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya untuk dapat menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.
4. Bagi Responden
Sebagai penambah pengetahuan untuk lebih peduli terhadap pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pap smear.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI SKRIPSI
KARAKTERISTIK IBU YANG MEMERIKSAKAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka; Format Lampiran)
KLIK DIBAWAH 


READ MORE - Karakteristik Ibu yang Memeriksakan Pap Smear di Rumah Sakit

Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan

KTI SKRIPSI
KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI
TABLET FE DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sesuai Data Survei Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) 2003 yakni 307 per 100.000 kelahiran hidup (www.depkes.info 2007). Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan 28%, eklamsi 13%, aborsi tidak aman 11% serta sepsis 10%. Penyebab tidak langsung, resiko kematian ibu makin besar dengan adanya anemia 51%, nifas 45%. (SDKI 2002-2003. Periode Agustus 2005).
Salah satu dari beberapa faktor tidak langsung penyebab kematian ibu adalah anemia. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi terjadinya komplikasi pada kehamilan persalinan, resiko kematian maternal, prematuritas, BBLR, dan kematian perinatal. Disamping itu, perdarahan antepartum dan post partum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal. Sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. (www.Airlangga University. Net.id.2006)
Wanita hamil memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia dan defisiensi besi (Varney, Jan.M.Kriebs.Carolyn. L.G.2007) untuk itu setiap kehamilan membutuhkan lebih banyak konsumsi zat besi untuk perkembangan bayi (Annia Kissanti, 2007). Dan juga konsumsi makanan yang berkualitas. Jika kehamilan yang tidak diikutsertakan dengan konsumsi makanan yang baik akan menjadi kehamilan yang lemah dan beresiko (Hanum Lu’lu, 2007).
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makanan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif, agar sasaran keseimbangan gizi dapat tercapai. (http//www.bppsdmk.depkes. co.id.2006). Akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet besi meminumnya secara rutin. Hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet besi untuk kehamilannya.
Banyak wanita Indonesia tidak mempedulikan ataupun kurang memahami aspek kekurangan zat besi terhadap tingkat kecerdasan. (http//www.depkes. co.id.2005). Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi tablet perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia khususnya zat besi. (http.bppsdmk.depkes.co.id.2006).
Untuk itu penurunan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu prioritas pembangunan kesehatan yang mengacu pada Indonesia Sehat 2010. (SDKI 2002-2003 Periode Agustus 2007). Yang dilakukan dengan cara memberi pengetahuan kepada semua lapisan masyarakat untuk memahami “Tiga Terlambat” dan “Empat Terlalu” (www.presidenby.info.2007). Seperti program yang telah dicanangkan Making Pregnancy Safer (MPS) yang terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dan sistem kesehatan. Menurut penelitian (Ernawati, 2000) kepatuhan ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi dengan pendidikan rendah sebanyak 23%.
Dari kutipan di atas peneliti memberi batasan pada penelitiannya tentang kepatuhan ibu hamil menghabiskan 1 bungkus tablet Fe pada tiap kali ANC yang dikonsumsi dalam beberapa hari pada setiap pemberian.
Dari hasil pra servey yang dilakukan di kelurahan terdapat 624 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya baik di puskesmas maupun posyandu yang ada di Kelurahan Pada saat dilakukan presurvey yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai konsumsi tablet Fe kepada ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di posyandu di wilayah Kelurahan  sebagian besar ibu-ibu menyatakan bahwa mereka tidak menghabiskan tablet Fe yang telah diberikan.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul "Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan Tahun".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah Bagaimana Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan tahun ?

C. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Seluruh ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan  tahun
3. Objek Penelitian : Karakteristik Ibu Hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan tahun
4. Lokasi Penelitian : Kelurahan
5. Waktu Penelitian : Mei.
6. Alasan Penelitian : Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Karakteristik Ibu Hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan tahun.

E. Manfaat
1. Bagi ibu
Diharapkan ibu hamil dapat bertambah kepatuhannya dalam mengkonsumsi tablet Fe sehingga kebutuhan akan zat besi ibu hamil tersebut dapat terpenuhi.
2. Bagi Kelurahan
Diharapkan pada setiap ibu hamil dapat meminum semua obat khususnya Tablet Fe agar kebutuhannya dapat tercukupi.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah, dan menambah kemampuannya dan pengetahuan dalam bidang kesehatan masyarakat.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti yang berminat pada masalah ini, hasil penelitian ini bisa menjadi acuan dan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam memperbanyak acuan tentang kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe dalam melakukan penelitian selanjutnya.



silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI SKRIPSI
KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI TABLET FE DI KELURAHAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
KLIK DIBAWAH 

READ MORE - Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan

Karakteristik Ibu Bersalin dengan Partus Lama di RS

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA DI RS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil kajian WHO pada periode 1994-1997, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup(Depkes RI,1999). Pada tahun 2001 AKI mengalami penurunan menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup (Resti,2005). Berdasarkan Survei Demograpi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berada 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab(Depkes RI,2004).
Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, yaitu melalui pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai dan lain-lain. Karena upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010(Depkes RI,2004).
Penyebab kematian ibu 90% disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah, Sedangkan 10% disebabkan oleh komplikasi persalinan lain (Depkes RI 2005).
Salah satu penyebab kematian ibu di atas telah di uraikan bahwa di sebabkan oleh partus lama, Persalinan lama atau kasep merupakan masalah besar di Indonesia karena pertolongan di daerah pedesaan masih dilakukan oleh dukun. Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan 18 jam bagi multigravida. Persalinan kasep adalah persalinan lama yang di sertai komplikasi ibu maupun janin (Manuaba, 1998).
Dari perolehan data di RS. pada bulan maret 2009 diketahui data kasus kebidanan sebagai berikut: pada tahun 2005 ibu yang bersalin berjumlah 433 orang yang mengalami partus lama berjumlah 121 orang (27,9%), tahun 2006 ibu yang bersalin berjumlah 414 orang yang mengalami partus lama berjumlah 126 orang (30,4%) dan tahun 2007 yang bersalin 343 orang. Untuk data mengenai perdarahan post partum sebanyak 98 orang, ketuban pecah dini sebanyak 138 orang, pre eklampsia berat dan eklmapsi sebanyak 73 orang, sedangkan yang mengalami partus lama 34 orang (7.4%) orang (Medikal Record RS ).
Dari berbagai uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik ibu yang mengalami partus lama di RS. tahun.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut ”Bagaimana karakteristik ibu yang mengalami partus lama di RS. tahun ”?.

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Deskriptif.
2. Subjek Penelitian : Ibu yang bersalin dengan partus lama.
3. Objek penelitian : Karakteristik ibu bersalin dengan partus lama.
4. Lokasi penelitian : RS.
5. Waktu penelitian : 19 Mei–7 Juni
6. Alasan penelitian : Dari data presurvei di RS. tahun diketahui bahwa masih ada ibu yang bersalin dengan partus lama.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu yang bersalin dengan partus lama.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan partus lama berdasarkan umur.
- Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan partus lama berdasarkan paritas
- Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan partus lama berdasarkan pekerjaan.
- Untuk mengetaui karaktristik ibu bersalin dengan partus lama berdasarkan penyebab partus lama.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi rumah sakit.
Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2. Bagi institusi pendidikan.
Memberikan Imformasi dan pengembangan keilmuan khususnya ibu yang bersalin dengan partus lama.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang ibu yang bersalin dengan partus lama.
4. Bagi penelitian selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya dan dapat diteruskan dengan variabel penelitian yang belum pernah diteliti.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA DI RS
(isi: Cover; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Format pengumpulan data)
KLIK DIBAWAH 


READ MORE - Karakteristik Ibu Bersalin dengan Partus Lama di RS

Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-Eklamsi di Rumah Sakit Umum

KTI SKRIPSI
KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI
DI RUMAH SAKIT UMUM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam pelayanan obstetri, selain angka kematian maternal terdapat angka kematian perinatal yang dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan pelayanan. Namun, keberhasilan menurunkan angka kematian maternal di negara-negara maju saat ini menganggap angka kematian perinatal merupakan parameter yang lebih baik dan lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. Hal ini mengingat kesehatan dan keselamatan janin dalam rahim sangat tergantung pada keadaan serta kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh ibu, yang mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil konsepsi dari mudigah menjadi janin cukup bulan. Salah satu penyebab kematian perinatal adalah preeklamsia dan eklamsia (www.tempo.co.id/ medika/arsip.2009).
Frekuensi pre-eklamsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya; jumlah primagravida, keadaan sosial-ekonomi, perbedaan kriterium dalam penentuan diagnosis, dan lain-lain. Dalam kepustakaan frekuensi dilaporkan berkisar antara 3-10%. Pada primigravida frekuensi pre-eklamsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida muda. Diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklamsia (Wiknjosastro, 1999).
Di Indonesia, preeklamsia-eklamsia masih merupakan salah satu penyebab kematian ibu berkisar 1,5% sampai 25%, sedangkan kematian bayi antara 45% sampai 50% (Manuaba, 1998). Oleh karena itu, diagnosa dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia serta penanganannya, perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak yang mana angka kematian ibu di Indonesia menurut survey demografi dan kesehatan (SDKI) 2002/2003 mencapai 307/100.000. Perlu ditekankan bahwa sindroma preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan proteinuri sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan. Tanpa disadari, dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan eklampsia. Dengan pengetahuan ini, menjadi jelas bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda-tanda preeklampsia, sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain (www.tempo.co.id/ medika/arsip.2009).
Zuspan F.P. (1978) dan Arulkumaran A. (1995) melaporkan angka kejadian preeklamsia di dunia sebesar 0-13%, di Singapura 0,13-6,6%, sedangkan di Indonesia 3,4-8,5%. Dari penelitian Soejoenoes di 12 RS rujukan pada 1980 dengan jumlah sampel 19.506, didapatkan kasus preeklamsia 4,78%, kasus eklamsia 0,51%, dan AKP (Angka Kematian Perinatatal 10,88 perseribu. Penelitian yang dilakukan oleh Soejoenoes pada 1983 di 12 RS Pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian preeklamsia-eklamsia 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan kehamilan normal). Pada preeklamsia-eklamsia juga didapatkan risiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak, dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Salah satu upaya untuk menurunkan AKP akibat preeklamsia-eklamsia adalah dengan menurunkan angka kejadian preeklamsia-eklamsia. Angka kejadian dapat diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan dini, dan terapi. Upaya pencegahan kematian perinatal dapat diturunkan bila dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempunyai nilai prediksi. Penentuan faktor yang mempunyai nilai prediksi serta pemantauan janin sangat penting agar kehamilan kalau perlu dapat diakhiri pada saat optimal (www.tempo.co.id/ medika/arsip.2009).
Dari data yang penulis dapat di Ruang Kebidanan RSU pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 jumlah ibu hamil dengan preeklamsia adalah seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jumlah Ibu dengan Preeklamsia di Ruang Kebidanan RSU Tahun 2003-2009.
No Bulan Jumlah/Tahun
2003 % 2004 % 2009 %
1 Januari 8 21 8 15 5 7,5
2 Februari 2 5,3 4 7,7 2 3
3 Maret 4 11 1 1,9 4 6
4 April 3 7,9 2 3,8 7 10
5 Mei 2 5,3 2 3,8 2 3
6 Juni 3 7,9 4 7,7 4 6
7 Juli 2 5,3 4 7,7 11 16
8 Agustus 5 13 2 3,8 7 10
9 September 1 2,6 7 13 8 12
10 Oktober 4 11 4 7,7 4 6
11 November 1 2,6 5 9,6 8 12
12 Desember 3 7,9 9 17 5 7,5
Jumlah 38 100 52 100 67 100
Sumber data: RSU. A Yani ....... 2009.
Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah ibu hamil dengan pre-eklamsia di RSU pada tahun 2003 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 terdapat 38, tahun 2004 52, dan tahun 2009 67. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsi di RSU khususnya yang terjadi pada tahun 2009. Karakteristik ibu hamil dengan preeklamsia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 1) umur, 2) paritas, 3) pendidikan, dan 4) pekerjaan, 5) ekonomi.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang ada yaitu masih tingginya angka kejadian pre-eklamsia pada ibu hamil di RSU

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia di RSU pada tahun ?

1.4 Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsi berdasarkan umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan (ekonomi).

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia di RSU pada tahun
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan umur di RSU pada tahun
2. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan paritas di RSU pada tahun
3. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan pendidikan di RSU   pada tahun
4. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan pekerjaan di RSU pada tahun
5. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan penghasilan di RSU pada tahun

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai bahan tambahan informasi ilmiah mengenai karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia.
1.6.2 Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat khususnya ibu hamil, yaitu untuk memberikan informasi tentang pre-eklamsia, sehingga masyarakat dapat memahami dan mengerti karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia.
1.6.3 Bagi Peneliti Lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.
1.6.4 Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan tentang karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, subjek penelitiannya yaitu karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia. Sedangkan objek penelitiannya adalah ibu hamil dengan pre-eklamsia di ruang kebidanan RSU pada tahun.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI SKRIPSI
KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI DI RUMAH SAKIT UMUM
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
KLIK DIBAWAH 

READ MORE - Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-Eklamsi di Rumah Sakit Umum

Arsip Blog

tes