Hubungan Kejadian Partus Prematur dengan Paritas di Kamar Bersalin RSUD

KTI SKRIPSI
HUBUNGAN KEJADIAN PARTUS PREMATUR DENGAN PARITAS DI KAMAR BERSALIN RSUD

ABSTRAK
Hubungan Kejadian Partus Prematur dengan Paritas
di Kamar Bersalin RSUD Kota
Periode 1 Januari - 31 Desember
Partus prematur merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal di seluruh dunia. Janin yang lahir secara prematur mempunyai risiko komplikasi yang sangat tinggi. Penyebab partus prematur masih sulit ditentukan namun masih dapat diidentifikasi diantaranya paritas. Pada tahun 2005 kejadian partus prematur di Indonesia sekitar 19 % dimana 20 % kelahiran tersebut banyak dialami oleh ibu dengan paritas tinggi. Penelitian Agustina tahun 2005 di RSUD dr. Soetomo Surabaya menyebutkan bahwa wanita yang telah melahirkan lebih dari tiga kali mempunyai risiko 4 kali lebih besar mengalami partus prematur bila dibandingkan dengan paritas yang kurang dari tiga. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti tentang Hubungan Kejadian Partus Prematur dengan Paritas di RSUD
Desain Penelitian yang digunakan adalah korelasi retrospektif dengan menggunakan data pasien yang terdapat dalam Buku Laporan Harian. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang melahirkan di Kamar Bersalin RSUD Kota periode 1 Januari – 31 Desember  sejumlah 637 kasus persalinan. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh.
Hasil penelitian didapatkan 637 kasus kelahiran bayi dengan 55 kasus merupakan partus prematur sedangkan sisanya persalinan aterm (85,24%) dan postdate (6,12%). Partus prematur banyak terjadi pada ibu dengan paritas tinggi (nullipara, primipara) sebanyak 70,91% sedangkan ibu dengan paritas rendah sebanyak 2 9,09% (multipara, grandemultipara).
Hasil penelitian diperoleh X2 hitung sebesar 35,74, pada taraf signifikansi 0,05 dan df (degree of freedom) = 1, nilai tersebut lebih besar dibanding nilai X2 tabel. Dengan demikian hipotesis nihil (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan kejadian partus prematur dengan paritas.
Kata Kunci: Partus Prematur, Paritas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa tahun belakangan ini partus prematur menjadi perhatian utama dalam bidang obstetrik, karena erat kaitannya dengan morbiditas dan mortalitas perinatal. Partus prematur merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal di seluruh dunia (Agustinafi, 2005).
Janin yang lahir secara prematur mempunyai risiko komplikasi yang sangat tinggi, sehingga risiko untuk terjadi asfiksia juga tinggi. Hal ini dikarenakan bayi sulit untuk menyesuaikan diri di luar rahim ibu yang disebabkan alat-alat tubuh bayi belum berfungsi secara maksimal seperti bayi yang lahir aterm. Semakin pendek usia kehamilan, alat-alat tubuh bayi semakin kurang sempurna, sehingga risiko komplikasi pada janin semakin tinggi. Dalam hal ini kematian perinatal banyak terjadi pada bayi prematur (Hanifa, 2002 : 312).
Tahun 2002 tercatat Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 13,02/1000 kelahiran hidup, dimana 20,51% disebabkan oleh partus prematur. Tahun 2003 AKB sebesar 18,01/1000 kelahiran hidup dan 23,64% kematian disebabkan oleh partus prematur. Tahun 2004 AKB sebesar 27,62/1000 kelahiran hidup, dimana 3 8,57% penyebabnya adalah partus prematur (Yuli, 2004). Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Jawa Timur Angka Kematian Bayi. tahun 2009 sebesar 26,9/1000 kelahiran hidup dimana 29% kematian disebabkan oleh partus prematur (Dinkes Jatim, 2008)
Penyebab partus prematur masih sulit ditentukan, akan tetapi tampaknya mempunyai hubungan dengan status medis dan status sosial diantaranya kemiskinan, malnutrisi, ketergantungan obat, penyakit menular seksual, perokok dan kehamilan pada usia muda (Yuli, 2004). Selain itu, paritas juga merupakan faktor penyebab terjadinya partus prematur (Agustinafi, 2005).
Tahun 2005 Indonesia memiliki kejadian partus prematur sekitar 19% dimana 20% dari kelahiran tersebut disebabkan oleh faktor paritas. Wanita yang telah melahirkan lebih dari tiga kali mempunyai risiko 4 kali lebih besar mengalami partus prematur bila dibandingkan dengan wanita yang paritasnya kurang dari 3 (Agustinafi, 2005).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku Laporan Pasien di Kamar Bersalin RSUD Kota  pada bulan Maret 2008 terdapat 11 persalinan prematur, 5 persalinan dengan paritas kurang dari 3 sedangkan 7 persalinan dengan paritas lebih/sama dengan 3 menyebabkan 2 bayi meninggal.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan kejadian partus prematur dengan paritas di RSUD Kota periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah penelitian “Adakah hubungan kejadian partus prematur dengan paritas di Kamar Bersalin RSUD Kota Periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember ?”.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kejadian partus prematur dengan paritas di Kamar Bersalin RSUD  Kota ........ Periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kejadian partus prematur di Kamar Bersalin RSUD Kota Periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
b. Mengidentifikasi paritas ibu yang mengalami partus prematur .
c. Menganalisis hubungan kejadian partus prematur dengan paritas di Kamar Bersalin RSUD Kota Periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan kejadian partus prematur dengan paritas .
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai informasi tentang hubungan antara kejadian partus prematur dengan paritas .
1.4.3 Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan informasi tentang hubungan kejadian partus prematur dengan paritas .


silahkan download KTI SKRIPSI
HUBUNGAN KEJADIAN PARTUS PREMATUR DENGAN PARITAS DI KAMAR BERSALIN RSUD
KLIK DIBAWAH 


READ MORE - Hubungan Kejadian Partus Prematur dengan Paritas di Kamar Bersalin RSUD

Gambaran Sikap Ibu Hamil Trimester III tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan

KTI SKRIPSI
GAMBARAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN

ABSTRAK
GAMBARAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG
HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS NY.
TAHUN
Hubungan seksual bukan hanya hubungan yang melibatkan alat kelamin dan daerah yang mudah terangsang, tetapi juga psikologis dan emosi. Umumnya wanita khawatir bahwa hubungan seksual selama kehamilan dapat melukai bayinya dan orgasme bisa menyebabkan keguguran. Kehamilan bukan merupakan suatu alasan untuk tidak melakukan hubungan seksual, karena hubungan seksual merupakan salah satu kebutuhan fisiologis. Dalam hal ini ibu hamil juga mempunyai peranan penting dalam menjaga keharmonisan keluarganya, salah satunya dengan memenuhi kebutuhan fisiologis. Maka dari itu, peneliti ingin mengetahui gambaran sikap ibu hamil tentang hubungan seksual selama kehamilan dengan penilaian pada tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif) dan perilaku (konatif).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan menggunakan sampling jenuh. Variabel dalam penelitian ini adalah sikap ibu hamil Trimester III tentang hubungan seksual salama kehamilan kemudian data ini dianalisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif menjadi kuantitatif yaitu dengan memberikan skor untuk jawaban dengan skala Likert.
Penelitian dilakukan di BPS Ny. pada tanggal 13- 21 Juli dengan menggunakan alat ukur angket. Populasi dalam penelitian ini adalah 20 responden dan jumlah sampel 20 responden. Dari hasil penelitian diperoleh1 1 responden memiliki gambaran sikap yang negatif tentang kehamilan hubungan seksual dan 9 responden yang lain memiliki gambaran sikap yang positif tentang hubungan seksual selama kehamilan. Menurut hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil trimester III memiliki gambaran yang negatif yaitu cenderung menjauhi, menghindari dan tidak melakukan sama sekali hubungan seksual setelah usia kehamian 7 bulan ke atas. Maka dari itu, peneliti berharap agar ibu hamil tetap mau melakukan hubungan seksual selama kehamilan untuk menjaga keharmonisan keluarga dan memenuhi kebutuhan fisiologis.
Kata Kunci : Sikap, Ibu Hamil, Hubungan seksual selama kehamilan.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Setiap kehamilan dimulai dengan tindakan seksual. Lalu mengapa sekarang hal yang merupakan penyebab dari keadaan hamil ini malah menjadi masalah besar? Hampir setiap pasangan selama sembilan bulan akan mengalami beberapa perubahan dalam hubungan seksual mereka, terlepas dari apakah perubahan itu berupa sama sekali tidak adanya hubungan seksual atau menjadi sedikit tidak nyaman atau malah lebih baik dari biasanya (Eisenberg A, 1998). Selain perubahan fisik , wanita yang sedang hamil biasanya memiliki perubahan kebutuhan akan perhatian dan keintiman dalam hubungan dengan pasangannya. Dari sisi emosional, wanita hamil lebih sensitive dan keintiman sudah bisa mereka rasakan lewat sentuhan atau sekedar bicara berdua dengan pasangan di tempat tidur sambil berpegangan tangan (Bibilung, 2007).
Kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual. Beberapa penelitian membuktikan bahwa hubungan seksual selama kehamilan tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keguguran atau kelahiran premature. Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman sejak terbentuknya janin sampai dengan mulainya saat persalinan, asalkan kehamilan berjalan normal (Close S, 1998). Selain itu hubungan seks ataupun orgasme tidak berbahaya untuk bayi karena adanya lendir dari servik (mulut rahim) dari ibu yang membantu melawan tentang kuman / infeksi yang akan masuk ke dalam pintu rahim (Suririah, 2004).
Sebagian perempuan merasa takut melakukan hubungan seksual selama kehamilan beberapa merasa gairah seksualnya menurun karena tubuh mereka melakukan banyak penyesuaian tentang bentuk kehidupan baru yang berkembang di dalam rahim mereka (Suririah, 2004). Sementara itu gairah dan respon seksual sebelum kehamilanpun sudah sangat bervariasi. Walaupun ada perbedaan antara satu dan pasangan dengan pasangan lainnya, pola naik turunnya minat seksual pada umumnya sama selama tiga trimester kehamilan (Eisenberg A, 1998).
Pada trimester ketiga atau mendekati persalinan libido menurun kembali sehingga minat ibu untuk melakukan hubungan seksual menurun. Hal ini disebabkan beberapa alasan antara lain: rasa nyaman sudah jauh berkurang, pegal di punggung dan pinggang, tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan lambung) dan kembali merasa mual namun semua itu adalah hal yang normal (Suririah, 2004).
Pada satu kelompok wanita, hanya 21% yang tidak mengalami atau sedikit mengalami kenikmatan seks sebelum kehamilan. Presentasi wanita yang tidak mengalami kenikmatan seksual ini meningkat menjadi 41% pada minggu ke 12 kehamilan dan 59% pada memasuki bulan kesembilan. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa pada minggu ke 12 kehamilan, kira-kira 1 dari 10 pasangan sama sekali tidak melakukan hubungan seksual memasuki bulan kesembilan, sepertiganya menjalani pantang seksual (Eisenberg A, 1998).
Berdasarkan studi pendahuluan di BPS Ny. pada tanggal 1-14 April ini terdapat 20 orang hamil trimester III dan pada tanggal 10 April didapatkan 3 orang ibu hamil trimester III yang datang periksa. Dari 3 orang tersebut, 1 diantaranya masih mau melakukan hubungan seksual dan 2 diantaranya sudah tidak melakukan hubungan seksual sejak usia kehamilan 8 bulan karena ibu takut dapat melukai bayinya dan dapat melahirkan lebih dini selain itu salah satu suami dari 2 orang tersebut masih menginginkan hubungan seksual sedangkan ibunya sudah tidak mau, hal itulah yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga.
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dangan judul Gambaran Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah “Bagaimana sikap ibu hamil tentang hubungan seksual selama kehamilan di BPS Ny."

1.3 TUJUAN
1.3.1 Khusus
1.3.1.1 Mengidentifikasi sikap kognitif dari ibu hamil trimester III tentang hubungan seksual selama kehamilan.
1.3.1.2 Mengidentifikasi sikap afektif dari ibu hamil trimester III tentang hubungan seksual selama kehamilan.
1.3.1.3 Mengidentifikasi sikap konatif dari ibu hamil trimester III tentang hubungan seksual selama kehamilan.
1.3.2 Umum
Untuk mengetahui gambaran sikap ibu hamil trimester III tentang hubungan seksual selama kehamilan.

1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti mengenai sikap ibu hamil trimester III tentang hubungan seksual selama kehamilan.
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan untuk menindaklanjuti dari hasil penelitian sehingga dapat dibuat perencaaan yang berhubungan dengan sikap ibu hamil trimester III tentang hubungan seksual selama kehamilan.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan sikap ibu hamil trimester III tentang hubungan seksual selama kehamilan.

silahkan download  KTI SKRIPSI
GAMBARAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
KLIK DIBAWAH 


READ MORE - Gambaran Sikap Ibu Hamil Trimester III tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SMAN tentang Pendidikan Seks (Sex Education)

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMUN 1 TENTANG PENDIDIKAN SEKS (SEX EDUCATION)

B A B I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini kehidupan seks bebas telah merebak ke kalangan kehidupan remaja dan anak sehingga pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi yang lebih trendnya sex education sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja baik malalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja (Syarif, 2008: 39).
Berdasarkan kesepakatan International di Kairo 1994 (The Cairo Consensus) tentang kesehatan reproduksi yang berhasil ditandatangani oleh 184 negara termasuk Indonesia, diputuskan tentang perlunya pendidikan seks bagi para remaja. Dalam salah satu butir konsensus tersebut ditekankan tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para remaja (Syarif, 2008: 39)
Sementara meninjau berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul pro kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks seolah sebagai suatu hal yang vulgar (Syarif, 2008: 39).
Menurut Sofyan, selaku senior Koordinator Central Mitra Remaja (CMR) yang merupakan salah satu unit kegiatan dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menyebutkan, selama ini jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebahagian orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan antara cowok dan cewek atau laki-laki dan perempuan secara biologis (Syarif, 2008: 40)

Dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI 1997) menyebutkan, dari 1563 perempuan usia subur, terdapat 5 0,9% melakukan aborsi secara sengaja pada usia 15-19 tahun, sekitar 11,9% melakukan secara tradisional ataupun medis. Cara tradisional yang digunakan untuk aborsi adalah meminum jamu atau ramuan tradisional, jumlah pelakunya sekitar 27,5%. Sementara itu dari penuturan yang disampaikan oleh Mestika (1996) yang merangkum dari hasil penelitian para pengamat masalah sosial remaja dibeberapa kota besar antara lain: Sarwono (1970) meneliti 117 remaja di Jakarta dan menemukan bahwa 4,1% pernah melakukan hubungan seks. Beberapa tahun kemudian, Eko (1983) meneliti 461 remaja dan dari penelitian ini diperoleh data bahwa 8,2% diantaranya pernah melakukan hubungan seks dan 10% diantaranya menganggap bahwa hubungan seks pranikah adalah wajar. Di Semarang, Satoto (1992) mengadakan penelitian terhadap 1086 responden pelajar SMP-SMU dan menemukan data bahwa 4,1% remaja putra dan 5,1% remaja putri pernah melakukan hubungan seks. Pada tahun yang sama Tjitara mensurvei 200 remaja yang hamil tanpa dikehendaki. Survei yang dilakukan Tjitara juga memaparkan bahwa mayoritas berpendidikan SMA ke atas, 23% diantaranya berusia 15-20 tahun dan 77% berusia 20-25 tahun (Syarif, 2008: 41)
Dengan begitu banyaknya faktor yang menyebabkan efek pornografi membuat remaja terjerumus ke alam bebas yang tidak bertanggung jawab misalnya, film layar lebar, VCD, DVD, media cetak, sampai assesoris yang mudah didapatkan bahkan tayangan televisipun saat ini mengarah kepada hal yang seperti itu dan juga belum lancarnya komunikasi remaja dengan orang tua yang menyangkut soal seks. Dari data survei yang diambil oleh Synovate Research ke 450 responden dan 4 kota dengan kisaran usia antara 15-24 tahun, mengungkapkan bahwa sekitar 65% informasi tentang seks, mereka dapatkan dari kawan, dan 30% sisanya dari film porno. Ironisnya hanya 5% dari resdponden remaja ini mendapat informasi tentang seks dari orang tuanya ((Syarif, 2008: 41).
Kurangnya pengetahuan seks dan kehidupan remaja serta adanya data dan adanya tanggapan bahwa pendidikan seks adalah tabu membuat para remaja bukan menjadi takut tetapi mereka lebih ingin mencari tahu sendiri melalui informasi-informasi yang mudah mereka dapatkan melalui kaset VCD, film layar lebar, gambar-gambar dan masih banyak lagi. Hal tersebut membuat remaja menjadi penasaran dan terdorong untuk melakukan hubungan seksual di luar nikah tanpa melihat akibat-akibat yang akan ditimbulkan.
Hasil penelitian yang dilakukan Armelia, (2007) mengenai pengetahuan siswa tentang pendidikan seks di SMU Kristen Tentena dari 58 responden
didapatkan siswa yang memiliki pengetahuan baik 51,7% dan yang memiliki pengetahuan yang kurang baik adalah 48,3%.
SMUN 1 merupakan sekolah yang terluas di daerah serta belum pernah dilakukan penelitian dan belum pernah diadakan penelitian tentang pendidikan seks untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian di tempat ini, dan ingin mendapatkan gambaran yang jelas dan akurat mengenai pengetahuan dan sikap remaja tentang pendidikan seks (Sex Education).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk lebih mengetahui “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SMUN 1 Tentang Pendidikan Seks (Sex Education) Tahun ”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap siswa SMUN 1 tentang pendidikan seks (Sex Education) Tahun.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswa SMUN 1 tentang pendidikan seks (Sex Education).
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa SMUN 1 tentang pendidikan seks (Sex Education).
b. Diketahuinya sikap siswa SMUN 1 tentang pendidikan seks (Sex Education).

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Manfaat bagi institusi
Sebagai bahan masukan kepada institusi untuk memberikan informasi tentang pentingnya pendidikan seks di sekolah.
2. Manfaat bagi peneliti berikutnya
Sebagai bahan referensi atau data bagi penelitian selanjutnya.
3. Manfaat bagi penulis
Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan keilmuan terhadap pendidikan seks (Sex Education).
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMUN 1 pada bulan Juli.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMUN 1 TENTANG PENDIDIKAN SEKS (SEX EDUCATION)
KLIK DIBAWAH 


READ MORE - Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SMAN tentang Pendidikan Seks (Sex Education)

Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I tentang Emesis Gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas

KTI SKRIPSI
PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG EMESIS GRAVIDARUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

ABSTRAK
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Emesis Gravidarum
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabupaten


Emesis gravidarum adalah rasa mual muntah yang terjadi pada kehamilan di trimester I ( 0-12 minggu ) yang terjadi setiap saat dan terus berlanjut sampai dengan usia 14-16 minggu setelah itu berkurang dan menghilang. Angka kejadian mual muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Kondisi ini tidak mempengaruhi janin asalkan sebelum hamil kondisi ibu sehat dan cukup gizi. Namun, bila mual muntah semakin berat dan terus-manerus dapat mengakibatkan kekurangan nutrisi, menghambat serta membahayakan status gizi ibu dan janin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil TM I tentang emesis gravidarum di wilayah kerja Puskesmas
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil TM I yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabupaten yang meliputi 3 desa yaitu , dan . Dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh dengan jumlah sampel sebanyak 20 responden. Dengan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang bersifat tertutup. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data.
Dari penelitian ini didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa 15 responden (75%) pengetahuan baik, 3 responden (15%) berpengetahuan cukup dan 2 responden (10%) berpengetahuan kurang. Untuk itu diperlukan informasi/penyuluhan kesehatan pada ibu hamil oleh petugas kesehatan secara berkesinambungan pada setiap kunjungan ANC.
Kata kunci : Emesis Gravidarum, ibu hamil TM I, pengetahuan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan keadaan mengandung embrio atau fetal di dalam tubuh setelah penyatuan sel telur dan spermatozoa (Dorland, 2002). Konsepsi dan implantasi (nidasi) sebagai titik awal kehamilan menyebabkan keterlambatan datang bulan serta menimbulkan perubahan rohani dan jasmani. Keterlambatan datang bulan tersebut diikuti dengan perubahan subyektif seperti perasaan mual, ingin muntah, pusing kepala dan nafsu makan berkurang (Manuaba, IBG, 1999 ).
Perasaan mual dan muntah sering dialami ibu yang sedang hamil muda. Angka kejadian mual muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida (Sarwono, 2002). Lacroix, dkk (2000) melaporkan, emesis gravidarum (mual muntah) terjadi 75% pada wanita hamil dan lamanya berlangsung sekitar 35 hari (www.infoibu.com.2005). Menurut Suririnah (2005), hampir 50-90% dari wanita hamil mengalami mual pada trimester pertama (3 bulan pertama kehamilannya). Keluhan mual muntah ini dikatakan wajar jika dialami pada usia kehamilan 8–12 minggu dan semakin berkurang secara bertahap hingga akhirnya berhenti di usia kehamilan 16 minggu (www.tempointeraktif.com/medika/arsip/122002/art-2.htm). Meskipun emesis gravidarum ini sering disebut juga sebagai morning sickness yang artinya sering terjadi pada pagi hari, namun menurut penelitian, 80% dari emesis gravidarum terjadi sepanjang hari (www.infoibu.com.2005).\
Banyak yang mempertanyakan penyebab dari emesis gravidarum ini. Pertanyaan ini dijawab Goodwin, dkk (1994) bahwa penyebab dari emesis gravidarum adalah terjadinya peningkatan kadar hormon dan pengaruh perubahan psikologis yang terjadi selama kehamilan. Peningkatan hormon ini direspon berbeda oleh wanita hamil, sehingga memiliki derajat mual yang berbeda-beda. Ada yang tidak merasakan apa-apa, tapi ada juga yang merasa mual dan ada yang merasa sangat mual dan muntah setiap saat sehingga memerlukan pengobatan (hiperemesis gravidarum) (www.infoibu.com.2005).
Para peneliti dari Liverpool University menyebutkan bahwa pada awal masa kehamilan, morning sickness seringkali merupakan hari yang sangat menakutkan bagi ibu hamil. Hal itu sering menyebabkan menurunnya nafsu makan dan kurangnya asupan makanan yang sehat, padahal masa tersebut merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin. (www.tempointeraktif.com/medika/arsip/122002/art-2.htm). Berdasarkan suatu kajian bahwa 95% wanita yang mempunyai diet yang baik akan mempunyai bayi yang sehat dan dari wanita yang makan gizi buruk hanya 8% mempunyai bayi dengan kesehatan baik (Curtis, G, 2000).
Berdasarkan data kunjungan di ruang BKIA Puskesmas Kecamatan periode bulan Januari – Maret diperoleh data 166 ibu hamil yang periksa meliputi TM I sejumlah 53 orang, TM II sejumlah 80 orang, dan TM III sejumlah 33 orang. Dari data tersebut terdapat 71 ibu hamil yang mengeluhkan mual muntah yang terdiri dari 53 ibu hamil TM I dan 18 ibu hamil TM II. Sedangkan menurut studi pendahuluan pada waktu pendataan PKL yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas  Kecamatan pada tanggal 10-14 Maret didapatkan data ibu hamil yang mengalami mual muntah di Desa Sumberejo sejumlah 9 dari 33 ibu hamil, Desa Nambaan sejumlah 9 dari 35 ibu hamil dan Desa Toyoresmi sejumlah 8 dari 32 ibu hamil.
Disadari penulis bahwa pengetahuan sangat mendasari terbentuknya tindakan seseorang, karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, S, 2003). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran pengetahuan ibu hamil trimester I tentang emesis gravidarum.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Emesis Gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabupaten

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil trimester I tentang emesis gravidarum di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabupaten
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester I tentang definisi emesis gravidarum di wilayah kerja Puskesmas
1.3.2.2 Mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester I tentang penyebab emesis gravidarum di wilayah kerja Puskesmas
1.3.2.3 Mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester I tentang pengaruh emesis gravidarum bagi kesehatan ibu dan janin di wilayah kerja Puskesmas
1.3.2.4 Mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester I tentang cara mengurangi dan mengatasi emesis gravidarum di wilayah kerja Puskesmas

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
1.4.1.1 Menambah wawasan bagi peneliti mengenai pengetahuan ibu hamil TM I tentang emesis gravidarum di wilayah kerja Puskesmas
1.4.1.2 Mengembangkan kemampuan peneliti dalam
mengaplikasikan pengetahuan tentang metode penelitian dalam masalah nyata yang ada di mayarakat.
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mempertimbangkan dan evaluasi dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan khususnya penyuluhan bagi ibu hamil tentang emesis gravidarum.
1.4.3 Bagi Institusi
Sebagai bahan tambahan untuk pengetahuan dan informasi agar dapat mengembangkan penelitian selanjutnya tentang emesis gravidarum dalam konteks yang berbeda.

silahkan download KTI SKRIPSI
PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG EMESIS GRAVIDARUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KLIK DIBAWAH 


READ MORE - Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I tentang Emesis Gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas

Perbedaan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa SMP dan MTs

KTI KEBIDANAN
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA SMP DAN MTS

ABSTRAK

Perbedaan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMPN 2 ............... dan siswa MTS ............. Kecamatan ............... Kabupaten ......... tahun 2009
xii + 71 halaman, 13 tabel, 6 gambar, dan 4 lampiran.

Masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja di Indonesia masih terabaikan. Perubahan sikap dan perilaku seksual remaja pranikah ini akan memberikan dampak buruk terhadap kehidupan mereka. Berdasarkan hasil pengamatan di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas ............... didapat data pada tahun 2008 dari 51 hasil pemeriksaan kesehatan (keuring) calon pengantin wanita, 9,80% dalam keadaan hamil. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya perbedaan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMPN 2 ............... dan MTS ............. Kecamatan ............... Kabupaten ......... tahun 2009.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan uji x2 dan uji t.
Hasil analisis univariat, antara siswa SMPN 2 ............... dan MTS ............., siswa SMPN ............... yang berpengetahuan baik lebih banyak (69,6%), siswa MTS ............. yang bersikap baik lebih banyak (88,2%), dan siswa MTS ............. yang berperilaku baik lebih banyak (88,2%). Hasil analisis bivariat dengan uji t tingkat pengetahuan p value 0,00 dan sikap p value 0,00.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan terhadap perilaku kesehatan reproduksi yang bermakna (p value 0,00), dan terdapat perbedaan sikap terhadap perilaku kesehatan reproduksi yang bermakna terhadap perilaku kesehatan remaja pada siswa SMPN 2 ............... dengan siswa MTS .............. Sehingga penulis memberikan saran bagi SMPN 2 ............... agar lebih meningkatkan pendidikan agama, bagi MTS ............. agar meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja, bagi UPT Puskesmas ............... agar meningkatkan pelayanan kesehatan remaja, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas, dan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten ......... agar mem-fasilitasi peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan reproduksi remaja.

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, perilaku, kesehatan reproduksi, remaja.
Daftar bacaan : 19 ( 1980 – 2009)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena transisi kependudukan sebagai konsekuensi pembangunan menyebabkan perubahan pada struktur kependudukan terutama struktur penduduk menurut umur. Bila sebelumnya penduduk yang terbesar adalah anak-anak, maka dalam masa transisi ini proporsi penduduk usia remaja semakin besar. Pada akhir abad ke-20 terdapat 36.600.000 (21% dari total penduduk) remaja di Indonesia dan diperkirakan jumlahnya mencapai 43.650.000 pada awal abad ke-21 ini. Jumlah remaja yang tidak sedikit ini merupakan potensi yang sangat besar dalam melanjutkan pembangunan Indonesia. (Notoatmodjo, 2007).
Meskipun begitu, adanya berbagai upaya pembangunan yang dilakukan menyebabkan perubahan pada seluruh aspek kehidupan termasuk kehidupan remaja. Salah satu dampak adalah terjadinya perubahan yang mendasar yang menyangkut sikap dan perilaku seksual pranikah di kalangan remaja. Dan perubahan tersebut telah menjadi salah satu masalah yang memprihatinkan masyarakat Indonesia seperti satu dari 5 anak pertama yang dilahirkan oleh wanita menikah pada usia 20-24 tahun merupakan hasil hubungan seksual sebelum menikah. Maraknya pemberitaan di media massa mengenai perilaku menyimpang seksual remaja menggambarkan semakin besarnya masalah perilaku seksual remaja (Notoatmodjo, 2007).
Penataan perilaku seks remaja tidak sehat menuju perilaku seks sehat dan bertanggungjawab harus segera dilakukan dan ditindaklanjuti dengan melibatkan banyak pihak seperti pendidik, petugas kesehatan, psikolog, orang tua dan aktivis LSM yang konsen di kesehatan reproduksi remaja ditunjang dengan pendidikan agama karena pendidikan agama yang kuat akan lebih menghindarkan remaja dari perilaku seks yang tidak sehat (Wijanarko, 2002). Solusi lainnya yakni melalui program promotif, preventif dan kuratif, antara lain dengan pelatihan kepada remaja perempuan untuk berkata `tidak` jika diajak berhubungan seks oleh pacarnya, layanan kesehatan yang ramah dan bisa diakses secara mudah oleh para remaja, memperbaiki komunikasi antar orangtua dan anak dan pendekatan secara agama baik di sekolah maupun luar sekolah (Laazulva, 2004).
Masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja di Indonesia masih terabaikan, ini terlihat dari banyaknya kasus kehamilan di luar nikah, kekerasan masa pacaran, dan aborsi dengan obat-obatan yang beresiko tinggi. Data konseling kehamilan tidak dikehendaki selama 2004 di Jawa Barat menunjukkan 560 kasus reproduksi dengan proporsi usia di bawah 18 tahun mencapai 10,89 % (Laazulva, 2004).
Di Kabupaten ......... berdasarkan hasil survey kesehatan remaja tahun 2008 terhadap siswa SLTP dan SLTA dari 12.742 responden 0,64% responden melakukan hubungan seks, 0,77% responden melakukan petting, 2,56% responden saling meraba anggota badan yang sensitif, 2,86% melakukan necking, 6,62% berciuman bibir, 9,85% responden mencium pipi/kening, 12,11% saling berpelukan/saling merangkul, 23,53% responden berpegangan tangan, dan 41,06% responden hanya mengobrol selama masa pacaran. Berdasarkan tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi, 41,71% responden berpengetahuan baik dan 58,29% responden berpengetahuan kurang (Dinas Kesehatan Kabupaten ........., 2009).
Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan sementara penulis di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas ............... Kecamatan ............... Kabupaten ......... didapat data bahwa pada tahun 2008 dari 51 hasil pemeriksaan kesehatan (keuring) terhadap calon pengantin, 5 orang (9,80%) calon pengantin wanita dalam keadaan hamil (UPT Puskesmas ..............., 2009).
Adanya perubahan sikap dan perilaku seksual remaja pranikah ini tentunya akan memberikan dampak terhadap kehidupan mereka. Hamil di luar nikah, melahirkan anak di usia muda atau melakukan aborsi, tertular penyakit seksual, dan disidang di persidangan sosial masyarakat yang dialami remaja karena perilaku seksual yang menyimpang akan menyebabkan mereka yang semula diharapkan menjadi subjek pembangunan justru akan menjadi beban yang sangat berat dari pembangunan itu sendiri (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang gambaran perilaku kesehatan reproduksi remaja pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 ............... dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) ............. Kecamatan ............... Kabupaten ..........

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan sementara penulis di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas ............... Kecamatan ............... Kabupaten ......... didapat data bahwa pada tahun 2008 dari 51 hasil pemeriksaan kesehatan (keuring) terhadap calon pengantin, 5 orang (9,80%) calon pengantin wanita dalam keadaan hamil maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Adakah perbedaan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja di SMPN 2 ............... dan MTS ............. Kecamatan ............... Kabupaten ......... tahun 2009?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya perbedaan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMPN 2 ............... dan MTS ............. Kecamatan ............... Kabupaten ......... tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMPN 2 ............... dan MTS ............. Kecamatan ............... Kabupaten ......... tahun 2009.
b. Diketahuinya sikap kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMPN 2 ............... dan MTS ............. Kecamatan ............... Kabupaten 9 tahun 2009.
c. Diketahuinya perilaku kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMPN 2 ............... dan MTS ............. Kecamatan ............... Kabupaten ......... tahun 2009.
d. Diketahuinya hubungan pengetahuan terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMPN 2 ............... dan MTS ............. Kecamatan ............... Kabupaten ......... tahun 2009.
e. Diketahuinya hubungan sikap terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMPN 2 ............... dan MTS ............. Kecamatan ............... Kabupaten ......... tahun 2009.
f. Diketahuinya perbedaan pengetahuan terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMPN 2 ............... dan MTS ............. Kecamatan ............... Kabupaten ......... tahun 2009.
g. Diketahuinya perbedaan sikap terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMPN 2 ............... dan MTS ............. Kecamatan ............... Kabupaten ......... tahun 2009.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memperoleh hasil penelitian baru tentang gambaran kesehatan reproduksi remaja sehingga dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Untuk dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya menurunkan dampak buruk yang ditimbulkan akibat perilaku seksual pranikah remaja.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu perilaku terutama mengenai perilaku kesehatan reproduksi dengan masalah yang diteliti adalah perbedaan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMPN 2 ............... dan MTS ............. Kecamatan ............... Kabupaten ......... yang dilaksanakan dari tanggal 14 Mei 2009 sampai dengan 13 Juli 2009.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA SMP DAN MTS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka) plus Proposal dan presentasi
KLIK DIBAWAH 
READ MORE - Perbedaan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa SMP dan MTs

Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu Wilayah UPTD Puskesmas

PELAKSANAAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU WILAYAH UPTD PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima di samping penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menjamin ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, sangat dibutuhkan asupan gizi yang seimbang sedini mungkin yaitu semenjak janin masih dalam kandungan.
Kurang Energi Protein (KEP) sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah gizi makro utama di Indonesia disamping masalah gizi mikro seperti anaemia gizi kurang zat besi, kurang vitamin A, dan gangguan akibat kekurangan yodium. Anak disebut KEP bila berat badan anak di bawah normal dibandingkan rujukan (WHO-NCHS). Kurang Energi Protein dikelompokkan menjadi 2, yaitu Gizi Kurang bila berat badan menurut umur di bawah –2 SD dan Gizi Buruk bila berat badan menurut umur di bawah –3 SD. Hasil SKRT 2003, diperkirakan 27,5% balita mengalami KEP di Indonesia, 8,5% di antaranya gizi buruk. Di Jawa Barat pada tahun 2000, 0,8% atau 20.423 balita menderita gizi buruk sedangkan di Kabupaten ......... pada tahun 2006 dari Profil Kesehatan Kabupaten ......... tercatat 1,8% balita mengalami gizi buruk dan 50,44% balita mengalami gizi kurang. Dan berdasarkan hasil bulan penimbangan balita tahun 2010 di Kecamatan ....... berdasarkan laporan Program Gizi UPTD Puskesmas ......., dari 1887 balita yang ditimbang, 4,98 % mengalami gangguan guzi buruk, dan 17,38% mengalami gizi kurang.
KEP pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali kenaikan berat badan anak yang tidak cukup. Perubahan berat badan anak dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal perubahan status gizi anak dan hal ini sangat memerlukan pemantauan yang terus-menerus.
Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program gizi, yang menitik beratkan pada upaya pencegahan dan peningkatan keadaan gizi anak dengan rangkaian kegiatan penimbangan setiap bulan, pengisian Kartu Menuju Sehat, penilaian status pertumbuhan berdasarkan kenaikan berat badan, tidak lanjut setiap kasus gangguan pertumbuhan dengan konseling, rujukan dan pemberian makanan tambahan.
Rangkaian pemantauan pertumbuhan ini sudah sejak lama dilakukan rutin dan diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan lain seperti KIA, Imunisasi, dan pemberantasan penyakit di Posyandu yang merupakan salah satu kegiatan lintas sektoral yang melibatkan peran serta masyarakat dalam hal ini Tim Penggerak PKK atau lebih biasa disebut Kader Kesehatan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik melaksanakan Praktek untuk meng-aplikasikan dan atau membandingkan antara teori yang di dapat dalam masa perkuliahan dengan kenyataan di wilayah kerja UPTD Puskesmas ....... Kabupaten ......... tentang “Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ......... Tahun 2010”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas ....... Kabupaten ......... tahun 2010
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan informasi tentang pelaksanaan Posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas ....... Kabupaten ......... tahun 2010
b. Mampu meng-identifikasi masalah-masalah dalam pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas ....... Kabupaten ......... tahun 2010
c. Mampu memberikan usulan pemecahan masalah pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas ....... Kabupaten ......... tahun 2010

C. Tempat Praktek
Tempat yang dipilih oleh penulis dalam kegiatan Praktek adalah UPTD Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ......... yang beralamat .......... Alasan dipilihnya tempat tersebut karena penulis sendiri merupakan salah satu staf UPTD Puskesmas ....... sehingga diharapkan tidak terlalu menggangu kegiatan pelayanan yang sudah menjadi tugas penulis di UPTD Puskesmas .......

D. Waktu Praktek
Pelaksanaan Praktek ini dilaksanakan mulai tanggal 25 April 2010 sampai dengan 24 Mei 2010

E. Jadwal Kegiatan
Rangkaian kegiatan Praktek yang akan penulis laksanakan di UPTD Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten .........

silahkan download dalam bentuk dokumen word
PELAKSANAAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU WILAYAH UPTD PUSKESMAS

(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
KLIK DIBAWAH 
READ MORE - Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu Wilayah UPTD Puskesmas

Hubungan Preeklampsia dengan Perdarahan Post Partum di RSUD

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN PERDARAHAN
POST PARTUM DI BRSUD


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan proses reproduksi yang normal. Walaupun demikian kehamilan, persalinan, dan nifas yang normal pun mempunyai resiko. Resiko tinggi kehamilan merupakan penyimpangan dan secara langsung dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Salah satu faktor resiko kehamilan yang dapat menyebabkan kematian ibu adalah preeklampsia (Depkes.RI, 1997).
Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator pembangunan kesehatan, sampai saat ini masih tinggi di Indonesia dan jauh berada di atas negara ASEAN lainnya. Menurut hasil SDKI tahun 2002-2003, angka kematian ibu di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut 61 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara Singapura dan 4,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara Malaysia. Penyebab kematian ibu masih merupakan “trias klasik”, yaitu perdarahan 60% (184,2 per 100.000 kelahiran hidup), infeksi 30% (92,1 per 100.000 kelahiran hidup), dan gestosis 10% ( 30,7 per 100.000 kelahiran hidup) (Manuaba, 2004). Sedangkan menurut Departemen Kesehatan, pada tahun 2005 jumlah ibu meninggal karena perdarahan mencapai 38,24% (111,2 per 100.000 kelahiran hidup), gestosis 26,47% (76,97 per 100.000 kelahiran hidup), akibat penyakit bawaan 19,41 (56,44 per 100.000 kelahiran hidup), dan infeksi 5,88% (17,09 per 100.000 kelahiran hidup).
Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat tahun 2003 menunjukan bahwa angka kematian ibu di wilayah Pantura (..........., Indramayu, Majalengka, dan Kuningan) sebesar 366,80 per 100.000 kelahiran hidup (Statistik Sosial Ekonomi Penduduk Kabupaten ..........., 2006).
Peningkatan kejadian kematian akibat preeklampsia dengan komplikasi perdarahan post partum sampai saat ini penyebabnya belum diketahui secara pasti, sehingga belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklampsia. Oleh karena itu deteksi dini preeklampsia sangat diperlukan yaitu dengan menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang berkualitas yaitu minimal 4 kali kunjungan yaitu masing-masing 1 kali pada trimester I dan II, serta 2 kali pada trimester III (Depkes, 2003).
Preeklampsia dengan komplikasi perdarahan post partum juga menjadi salah satu penyebab kematian ibu di Kabupaten ............ Pada tahun 2007 jumlah kematian ibu di Kabupaten ........... adalah 68 orang yang disebabkan karena : perdarahan 32 orang, preeklampsia dan eklampsia 13 orang, dan sisanya 13 orang karena penyakit bawaan. Pada tahun 2008 dari 54 kematian ibu, yang disebabkan perdarahan 22 orang, penyakit bawaan 18 orang, dan 14 orang karena preeklampsia dan eklampsia (Dinas Kesehatan Kabupaten ..........., 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan sementara pada catatan rekam medik di Badan Rumah Sakit Umum Daerah (BRSUD) ....... yang penulis lakukan didapat data bahwa pada tahun 2007 ibu melahirkan dengan preeklampsia yang mengalami perdarahan post partum sebanyak 47 orang, tahun 2008 sebanyak 64 orang, dan tahun 2009 sampai dengan bulan Desember sebanyak 39 orang.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Hubungan Preeklampsia dengan Perdarahan Post partum di BRSUD ....... Kabupaten ........... Periode 1 Januari sampai dengan 30 Desember 2009”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang bersumber dari catatan rekam medik BRSUD ....... seperti diuraikan dalam latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Adakah Hubungan Preeklampsia dengan Perdarahan Post partum di BRSUD ....... Kabupaten ........... Tahun 2009”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan preeklampsia berdasarkan karakteristik ibu dengan perdarahan post partum di BRSUD ....... Kabupaten ........... Periode 1 Januari sampai dengan 30 Desember 2009”.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya angka kejadian preeklampsia dengan perdarahan post partum
b. Diketahuinya hubungan antara umur ibu dengan perdarahan post partum
c. Diketahuinya hubungan antara paritas dengan perdarahan post partum
d. Diketahuinya hubungan antara umur kehamilan dengan perdarahan post partum
e. Diketahuinya hubungan antara jumlah janin dalam kandungan dengan perdarahan post partum
f. Diketahuinya hubungan antara riwayat preeklampsia sebelumnya dengan perdarahan post partum

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memperoleh hasil penelitian baru tentang gambaran preeklampsia dengan perdarahan post partum sehingga dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Untuk dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya menurunkan angka kejadian preeklampsia dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada kejadian preeklampsia dengan perdarahan post partum, umur ibu, paritas, umur kehamilan, jumlah janin dalam kandungan, dan riwayat preeclampsia sebelumnya pada ibu bersalin yang mengalami preeklampsia dengan perdarahan post partum di BRSUD ....... Kabupaten ........... tahun 2009.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM DI BRSUD
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka) plus Proposal dan presentasi
KLIK DIBAWAH 
READ MORE - Hubungan Preeklampsia dengan Perdarahan Post Partum di RSUD

Hubungan Anemia dan Faktor Lain dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum di RSUD

ABSTRAK
HUBUNGAN ANEMIA DAN FAKTOR LAIN DENGAN TERJADINYA PERDARAHAN POST PARTUM DI RSUD ........

xiv + 5 Bab + 45 Halaman + 8 Tabel + 1 Diagram + 9 Lampiran

Perdarahan pada ibu dapat terjadi pada masa kehamilan hingga setelah proses persalinan. Penyebab perdarahan yang paling penting adalah perdarahan post partum, perdarahan ante partum, abortus dan kehamilan ektopik. Pada tahun 2009 di RSUD ........ jumlah ibu yang mengalami perdarahan sebanyak 392 orang diantaranya 36,48% (143 orang) karena anemia, 44,89% (176 orang) karena hipertensi ,19,39% (73 orang) dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia dan faktor lain yang menyebabkan terjadinya perdarahan post partum di RSUD ........ tahun 2009.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini diambil dengan teknik simple random sampling yaitu sebagian ibu bersalin di RSUD ........ pada tahun 2009. Pengumpulan data dilakukan dengan check list dari data rekam medik terhadap sampel sebanyak 100 responden.
Hasil penelitian di RSUD ........ tahun 2009 menyatakan bahwa distribusi frekuensi kasus anemia sebesar 62 %, kasus hipertensi dengan kategori darah tinggi sebesar 58 % dan kasus perdarahan post partum sebesar 52 %. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan ada hubungan antara anemia ibu bersalin dengan perdarahan post partum di RSUD ........ tahun 2009 dengan X ² = 6,664 (X ² > 3,84). Ada hubungan antara hipertensi ibu bersalin dengan perdarahan post partum di RSUD ........ tahun 2009 dengan X ² = 4,690 (X ² > 3,84).


Kata kunci : Post partum dan Perdarahan
Kepustakaan : 20 sumber (1992 – 2009)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3 : 66).
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan secara menyeluruh, terarah dan berkesinambungan (Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bab V Pasal 20 : 66).
Ibu anemia dengan perdarahan post partum masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting di negara yang sedang berkembang. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perdarahan antara lain faktor ibu (penyakit, usia, paritas, keadaan sosial, serta ekonomi) dan faktor janin (kemajuan persalinan/His jelek).
Anemia pada kehamilan adalah jenis anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi yang merupakan jenis anemia yang paling umum dan sebenarnya dapat diatasi dengan pengobatan yang relatif mudah dan murah. Anemia pada kehamilan mencerminkan rendahnya nilai kesejahteraan ekonomi masyarakat yang berpengaruh besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut juga potensial danger to mother child, artinya potensial membahayakan ibu dan anak (Manuaba, 1998).
Perdarahan post partum (PPP) adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir termasuk perdarahan karena retensio placenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih 500 – 600 cc dalam 24 jam setelah anak dan placenta lahir (www.google.perdarahan).
Kematian akibat perdarahan sering terjadi karena sejumlah komplikasi obstetrik yang merupakan predisposisi terjadinya perdarahan hebat dan selanjutnya kematian bila tidak tersedia penanganan secara ahli termasuk terapi pergantian darah yang tepat.
Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan mencapai 40% - 60%, infeksi 20% - 30%, eklampsi sekitar 20% - 30%, sedangkan penyebab kematian ibu tidak langsung ada 5,6 % yaitu penyakit ibu yang akan bertambah buruk dengan terjadinya kehamilan, seperti penyakit jantung, ginjal atau penyakit kronis lainnya serta anemia zat besi pada ibu hamil (Departemen Kesehatan RI, 2001).
Di Kabupaten ............... jumlah kematian ibu tahun 2006 sebanyak 28 ibu meninggal saat persalinan dengan penyebab utamanya yang terbanyak karena perdarahan sebesar 35,71 % sedangkan jumlah kematian ibu pada tahun 2009 di Kabupaten ............... sebanyak 40 ibu meninggal yang terdiri dari : 37,5% (17 orang), ibu bersalin karena perdarahan 58,8% (10 orang), eklampsi 17,6% (3 orang), Pre Eklampsi, kehamilan ektopik, atonia uteri, retensio plasenta 23,5% (4 orang), dan 42,5 % (15 orang) ibu nifas karena perdarahan 17,6% (3 orang), eklampsi 11,7% (2 orang), infeksi 23,5% (4 orang), lain-lain 35,2 % (6 orang) karena Pre Eklampsi, HPP (Hemoragi Post Partum), atonia uteri, retensio plasenta, serta 20% (8 orang) ibu hamil karena eklampsi 12,5% (1 orang), lain-lain 87,5% (7 orang) karena hipertensi, anemia, infeksi, dan abortus.
Pada tahun 2009 di RSUD ........ jumlah ibu yang mengalami perdarahan sebanyak 392 orang diantaranya 36,48% (143 orang) karena anemia, 44,89% (176 orang) karena hipertensi ,19,39% (73 orang) dan lain-lain. Angka ini merupakan indikator yang peka terhadap ketersediaan pemanfaatan dan kualitas terbaik untuk menilai pembangunan ekonomi masyarakat yang menyeluruh.
Perdarahan pada ibu dapat terjadi pada masa kehamilan hingga setelah proses persalinan. Penyebab perdarahan yang paling penting adalah perdarahan post partum, perdarahan ante partum, abortus dan kehamilan ektopik.
Dengan memperhatikan kejadian di atas maka Penulis ingin mengadakan penelitian tentang Hubungan Anemia dan Faktor Lain dengan Terjadinya Kejadian Perdarahan Post Partum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) ........ Tahun 2009.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan anemia dan faktor lain dengan terjadinya perdarahan post partum di RSUD ........ Tahun 2009”.
Sehingga pernyataan penelitiannya adalah “Apa hubungan anemia dan faktor lain dengan terjadinya perdarahan post partum di RSUD ........ Tahun 2009”.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan anemia dan faktor lain yang menyebabkan terjadinya perdarahan post partum di RSUD ........ tahun 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya distribusi frekuensi anemia, hipertensi dan perdarahan post partum di RSUD ........ tahun 2009.
2. Diketahuinya hubungan anemia dengan perdarahan post partum di RSUD ........ tahun 2009.
3. Diketahuinya hubungan hipertensi dengan perdarahan post partum di RSUD ........ tahun 2009.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada masalah terjadinya perdarahan post partum yang meliputi faktor anemia dan hipertensi.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan informasi secara objektif tentang hubungan anemia dengan terjadinya perdarahan post partum sehingga menjadi pedoman dalam memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil, memberikan pendidikan kesehatan untuk pencegahan perdarahan post partum dalam menurunkan angka kematian ibu.
1.5.2 Bagi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai dokumentasi pada perpustakaan Program Studi Kebidanan Yayasan Imam Bonjol (YPIB) serta dapat dikembangkan lebih luas dalam penelitian selanjutnya.
1.5.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Peneliti terutama untuk menambah wawasan dalam hal mengetahui sebab-sebab terjadi kasus perdarahan post partum yang berkenaan dengan anemia ibu, serta menjadi suatu kesempatan yang berharga bagi Peneliti untuk dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANEMIA DAN FAKTOR LAIN DENGAN TERJADINYA PERDARAHAN POST PARTUM DI RSUD
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
KLIK DIBAWAH 
READ MORE - Hubungan Anemia dan Faktor Lain dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum di RSUD

Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik di RSUD

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI BRSUD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu program pemerintah dalam bidang kesehatan adalah pentingnya ASI eksklusif bagi kualitas hidup bayi melalui Surat Keputusan (SK) Menkes RI nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif pada bayi di Indonesia. Dalam SK tersebut ditetapkan bahwa pemberian ASI eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai bayi berumur 6 (enam ) bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun bagi yang ingin pemberian ASI secara sempurna.
Sejak diberlakukannya program pemberian ASI eksklusif sejak tahun 2005, tingkat keberhasilan program tersebut masih jauh dari harapan. Hal ini diduga dengan rendahnya peran serta masyarakat dan pemanfaatan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia masih rendah. Rendahnya partisipasi ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif dipicu dengan semakin gencarnya promosi susu formula yang instan. Oleh karena itu diperlukan peran serta dan partisipasi pebuh dari seluruh lapisan masyarakat, khususnya para Bidan dan ibu menyusui.
Upaya memasyarakatkan program pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan pemberian ASI segera (kurang dari 30 menit setelah lahir) sampai bayi berumur 6 bulan. ASI adalah makanan terbaik dan paling ideal bagi bayi. ASI mengandung komposisi nutrisi yang paling lengkap dan paling mudah dicerna oleh bayi. Selain itu ASI merupakan satu-satunya sumber gizi yang berkontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak serta sistem saraf bayi, kematangan sistem pencernaan dan perkembangan sistem kekebalan tubuh.
Pemberian ASI pada bayi oleh ibu menyusui wajib hukumnya sesuai dengan tuntunan agama Islam sebagaimana difirman Allah swt pada (surat apa dan ayat berapa bu, tolong lengkapi) “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui sempurna”. Makna secara luas dari firman Allah swt tersebut adalah, pada dasarnya ibu menyusui dapat memberikan ASI bagi bayinya sampai usia dua tahun tanpa harus mengalami ketakutan karena berkurangnya kandungan nutrisi atau anggapan bahwa menyusui dalam waktu lama akan merusak keindahan payudara ibu menyusui.
UNICEF (tahun berapa Ibu tolong dilengkapi) menyebutkan bahwa, ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara pemberian ASI dengan benar, serta pemasaran susu formula yang dilancarkan secara agresif oleh para produk susu formula merupakan penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua untuk memberikan ASI secara ekslusif pada bayinya. Pada umumnya tingkat pendidikan ibu khususnya ibu post partum di pedesaan sangat rendah. Sebagian dari mereka hanya memberikan ASI dengan berbekal dari informasi yang turun temurun dari masyarakat setempat dan kurang mendapatkan penyuluhan yang cukup dari tenaga kesehatan. Akibatnya sebagian besar ibu memberikan makanan selain ASI sebelum bayi berumur 6 bulan.
Badriah (2007:49) ASI eksklusif merupakan makanan utama bayi sampai usia 6 bulan karena mengandung banyak kalori dan berkomposisi sempurna zat-zat gizi secara seimbang sehingga dapat menjamin kebutuhan energi untuk bayi. Proses menyusui bayi juga sangat baik untuk membina rasa kasih sayang antara ibu dan anaknya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten ......... (tahun berapa bu) target yang harus dicapai pada tahun 2008 adalah 67%, sedangkan hasil yang dapat dicapai hanya berjumlah 3,9 % (2.273 ibu menyusui). Demikian juga data hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di RSUD ....... (April-Mei 2009) keseluruhan ibu post partum yang berjumlah 477 orang dan yang memberikan ASI eksklusif hanya berjumlah 199 bayi (37.8%) dan yang diberikan PASI adalah berjumlah 278 bayi. Yang menyebabkan tidak tercapainya cakupan ASI eksklusif disebabkan oleh dua hal utama yaitu adanya indikasi medis dan karena kurangnya pengetahuan ibutentang manfaat dari ASI eksklusif.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Gambaran Pengetahuan ibu post partum tentang ASI eksklusif berdasarkan karakteristik di RSUD ....... Kabupaten ......... Tahun 2009”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka ditetapkan rumusan masalahsebagai berikut: Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu post partum tentang ASI eksklusif berdasarkan karakteristik di RSUD ....... Kabupaten ......... tahun 2009?

1.3 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang ASI eksklusif berdasarkan karakteristik di RSUD ....... Kabupaten ......... tahun 2009.
b. Tujuan Khusus
1) Diketahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang ASI eksklusif berdasarkan umur di RSUD ....... Kabupaten ......... tahun 2009.
2) Diketahui gambaran ibu post partum tentang ASI eksklusif berdasarkan paritas di RSUD ....... Kabupaten ......... tahun 2009.
3) Diketahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang ASI eksklusif berdasarkan pendidikan di RSUD ....... Kabupaten ......... tahun 2009.
4) Diketahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang ASI eksklusif berdasarkan pekerjaan di RSUD ....... Kab ......... tahun 2009.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Untuk menambah informasi pada pengembangan kajian Ilmu Gizi Kesehatan Reproduksi dan Asuhan Kebidanan Neonatus khususnya tentang ASI eksklusif pada ibu post partum di RSUD ....... Kabupaten ......... tahun 2009.
1.4.2 Manfaat Praktek
a. Bagi ibu menyusui
Diharapkan ibu post partum mengerti dan berpartisipasi aktif dalam memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pada bayinya karena memahami manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayinya.
b. Bagi RSUD .......
Diharapkan bisa menjadi bahan infomasi dan masukan bagi RSUD ....... guna meningkatkan cakupan ASI eksklusif bagi ibu post partum yang menggunakan jasa pelayanan RSUD ....... sebagai tempat persalinan.
c. Bagi Bidan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta keterampilan sehingga dapat memberikan motivasi dan konseling serta asuhan kebidanan yang terbaik terhadap klien sehingga klien berpartisipasi aktif dalam pemberian ASI eksklusif.
d. Bagi STIKU
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai sumber pengetahuan sebagai bahan rujukan dalam kajian kepustakaan dan acuan untuk panduan penelitian selanjutnya.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI BRSUD
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka) plus Proposal dan presentasi
KLIK DIBAWAH 
READ MORE - Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik di RSUD
tes