KTI SKRIPSI
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar BelakangKARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BAB I
PENDAHULUAN
Laju  kepadatan penduduk Indonesia 216 juta jiwa, dengan tingkat kepadatan  pada tahun 2004 diperkirakan 112 jiwa per km2.  Jumlah penduduk Propinsi  tahun 2004, dengan perhitungan proyeksi menggunakan data dasar  berdasarkan SP 2000 tercatat sebesar 6.915.950 jiwa, yang terdiri dari  3.563.310 jiwa penduduk laki-laki dan 3.352.640 jiwa penduduk  perempuan.  Sejak tahun 1971 atau sekitar 30 tahun terakhir, jumlah  penduduk telah meningkat hampir 300%, yaitu sebesar 2,78 juta jiwa pada  tahun 1971 menjadi 6,71 juta jiwa pada tahun 2002. Namun demikian jika  mengalami penurunan hampir lima kali lipat dari 5,77% (1971-1980)  menjadi penduduk 1,04% (1995-1999).  Kondisi ini merefleksikan bahwa  upaya pengendalian penduduk telah berjalan selaras dengan upaya  peningkatan kesejahteraan, termasuk faktor kesehatan penduduknya.  Angka  pertumbuhan penduduk Propinsi tahun sekitar 31,57% (Profil Dinas  Kesehatan Propinsi ).
Salah  satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui  program Keluarga Berencana (KB).  Keluarga Berencana (KB) adalah salah  satu usaha untuk mencapai kesejahteraan keluarga dalam memberikan  nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan,  pembinaan ketahanan keluarga, meningkatkan kepedulian dan peran serta  masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, serta untuk mewujudkan  keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Depkes RI, 1997).
Keluarga  kecil yang bahagia dicanangkan dengan adanya program KB pada awal 1970,  tercatat angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR) turun dari  5,61 per Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 1971 menjadi 2,78 per PUS  pada tahun 1997.  Demikian juga dengan jumlah peserta KB meningkat terus  dari 53.000 pada awal program hingga 27 juta akseptor pada awal tahun  2000.  Keberhasilan program KB di Indonesia tidak bisa lepas dari peran  dan partisipasi perempuan dan ibu rumah tangga.  Namun sangat  disayangkan ketika melihat angka partisipasi pria, jumlahnya sangat  minim (BKKBN, 2003).
Adanya  program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam  mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia.  Program KB yang didasarkan  pada Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan  dan pembangunan keluarga kecil sejahtera yang serasi dan selaras dengan  daya dukung dan daya tampung lingkungan.  Kebijakan operasional  dikembangkan berdasarkan empat misi gerakan KB Nasional yaitu  pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan  keluarga dan peningkatan kesejahteran keluarga, yang selanjutnya secara  garis besar dapat diklasifikasi menjadi pelayanan kesehatan reproduksi,  pemberdayaan ekonomi keluarga dan ketahanan keluarga gerakan KB Nasional  (Depkes RI, 1999).
Ada  beberapa hal yang dapat mendukung terwujudnya gerakan KB nasional. Pada  tahun 2003 adalah bahwa lebih dari 198.012 orang wanita (67,53%)  berstatus menikah pernah menggunakan salah satu alat kontrasepsi dan  sekitar 1.782.108 orang
wanita  (51,66%) berstatus menikah sedang menjadi peserta KB aktif (Badan Pusat  Statistik, 2003).  Dalam pelaksanaannya, program KB nasional digunakan  untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan  kehamilan atau kesuburan.  Salah satu alat kontrasepsi yang efektif bisa  menunda atau menjarangkan kehamilan adalah dengan menggunakan Suntik KB  (Hartanto, 2003).
Penggunaan  alat kontrasepsi merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan program  KB.  Menurut data Susenas (2001) yang menyatakan bahwa pada tahun 2001  persentase peserta KB aktif, yaitu pasangan usia 15-49 tahun yang  berstatus kawin dan sedang menggunakan/memakai salah satu alat  kontrasepsi adalah 52,54%.  Di wilayah perkotaan prosentase mereka yang  menggunakan alat-alat kontrasepsi (54,6%) sedikit lebih tinggi daripada  di pedesaan (51,0%).  Dari mereka yang sedang menggunakan/memakai alat  kontrasepsi, sebagian besar (47,36%) menggunakan alat/cara KB suntik,  (25,99%) menggunakan pil KB, (11,31%) menggunakan AKDR/IUD, dan sisanya  (15,34%) menggunakan alat/cara KB MOW, MOP, susuk,
kondom  dan lainnya (Depkes RI, 2002).  Rincian persentase yang digunakan  diperkotaan dan pedesaan dapat dilihat pada tabel berikut ini: 
Tabel  1.1     Persentase Pasangan Usia Subur yang sedang Ber-KB (Peserta KB  Aktif) Menurut Alat Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2001)
Alat/Cara KB    Perkotaan    Pedesaan    Perkotaan + Pedesaan
Suntik    47,86    46,98    47,36
Pil KB    25,23    26,57    25,99
AKDR/IUD    14,11    9,14    11,31
Susuk KB    4,90    11,92    8,86
MOW    4,66    3,24    3,86
MOP    0,80    0,65    0,72
Kondom    0,67    0,18    0,39
Alat/Cara Tradisional    1,57    1,27    1,40
Lainnya     0,20    0,06    0,12
Sumber : Susenas 2001 dalam Depkes RI, 2002.
Berdasarkan  data pra-survey yang penulis lakukan pada bulan Januari tahun di desa   Wilayah Kerja Puskesmas terdapat 195 akseptor KB suntik (47,57%), KB pil  139 akseptor (33,90%), Implant 26 akseptor (6,34%), IUD 37 akseptor  (9,02%), MOW 9 akseptor (2,19%), MOP 3 akseptor (0,73%), kondom 1  akseptor (0,25%).  Dari beberapa jenis KB yang ada, KB suntik merupakan  alat kontrasepsi dengan persentase paling tinggi diantara kontrasepsi  lainnya.
Dari uraian  tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai karakteristik  akseptor KB suntik di desa Wilayah Kerja Puskesmas berdasarkan usia,  pengetahuan, pendidikan dan tingkat ekonomi.
1.2    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut: 
1.2.1    Tingginya angka peningkatan jumlah penduduk di Propinsi pada tahun 
1.2.2    Perlu mengurangi tekanan laju pertumbuhan penduduk
1.2.3    Adanya hal yang mendukung terwujudnya gerakan KB nasional
1.2.4    Banyaknya jumlah pemakai alat kontrasepsi di perkotaan dibandingkan di pedesaan
1.2.5    Di desa prosentase akseptor KB suntik lebih tinggi daripada akseptor kontrasepsi lainnya
1.3    Rumusan Masalah
Dari  identifikasi masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah  penelitian sebagai berikut: "Bagaimana karakteristik akseptor KB Suntik  di Desa Wilayah Kerja Puskesmas  Kecamatan Tahun ?"
1.4    Pertanyaan Penelitian
1.4.1    Bagaimana karakteristik usia akseptor KB Suntik di Desa Wilayah Kerja  Puskesmas Kecamatan Tahun ?
1.4.2    Bagaimana karakteristik tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tahun ?
1.4.3    Bagaimana karakteristik tingkat pendidikan akseptor KB Suntik di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tahun ?
1.4.4    Bagaimana karakteristik tingkat ekonomi akseptor KB Suntik di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tahun ?
1.5    Tujuan Penelitian 
1.5.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik akseptor KB Suntik di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tahun.
1.5.2    Tujuan Khusus
    Untuk mengetahui karakteristik usia akseptor KB Suntik di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tahun.
    Untuk mengetahui karakteristik tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tahun.
    Untuk mengetahui karakteristik tingkat pendidikan akseptor KB Suntik di desa Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tahun.
    Untuk mengetahui karakteristik tingkat ekonomi akseptor KB Suntik di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tahun.
1.6    Manfaat Penelitian
1.6.1    Bagi Akseptor KB suntik
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para akseptor tentang KB suntik.
1.6.2    Bagi Bidan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan.
1.6.3    Bagi Puskesmas 
Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai bahan evaluasi bagi peningkatan upaya program KB.
1.6.4    Bagi Akademi Kebidanan 
Sebagai  sumber referensi, sumber bahan bacaan, dan bahan pengajaran terutama  yang berkaitan dengan karakteristik akseptor KB suntik.
1.6.5    Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama studi.
1.7    Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memberi ruang lingkup sebagai berikut:
1.7.1  Jenis Penelitian    : penelitian deskriptif
1.7.2  Objek Penelitian    : karakteristik akseptor KB suntik
1.7.3  Subjek Penelitian    : akseptor KB suntik di desa 
1.7.4  Lokasi Penelitian     : desa kecamatan  
  Selatan
1.7.5  Waktu Penelitian    : bulan Januari sampai dengan Juni 
1.7.6   Alasan Penelitian     : di desa persentase akseptor KB suntik lebih  tinggi daripada akseptor kontrasepsi lainnya sejumlah 195 orang akseptor  (47,57%).  Karena hal tersebut maka penulis ingin meneliti mengenai  karakteristik akseptor KB suntik di Desa berdasarkan tingkat usia,  pengetahuan, pendidikan, dan ekonomi.
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Format Lampiran)
 


 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar