Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Keputihan di Desa

KTI SKRIPSI
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TERHADAP KEPUTIHAN DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, kesehatan dan jasa-jasa lainnya secara umum semakin lama mulai menanggapi kebutuhan-kebutuhan dan permintaan dari kebanyakan remaja. Sejumlah proyek dan program yang didukung oleh pemerintah dengan atau tanpa bantuan donatur telah ada selama beberapa waktu, namun kebanyakan dari mereka hanya berfokus pada sejumlah isu-isu yang terbatas saja yang berhubungan dengan remaja dan tidak pada kebutuhan mereka secara keseluruhan. Fokus projek untuk tahun 2004-2005 adalah untuk mendukung pengembangan lebih lanjut dari rencana pembangunan remaja nasional dan daerah dan pelaksanaannya, termasuk kebutuhan koordinasi antara para mitra, akses dan mutu dari jasa kesehatan yang ramah remaja dalam konteks pendekatan yang lebih "ramah publik" dan akses bagi remaja ke informasi yang dapat diandalkan dan relevan yang mana remaja dapat mendasarkan keputusannya (www.kompas.com.2005).
Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (www.kompas.com.2005).
Keluarnya (rabas) cairan dari vagina merupakan salah satu keluhan yang sering dinyatakan oleh kaum wanita. Beberapa rembesan adalah umum dan normal, dengan bahan yang dikeluarkan hanya terdiri atas lendir yang disekreasi oleh kelenjar-kelenjar di dalam rahim dan leher rahim, serta cairan yang keluar melalui dinding vagina dari jaringan di sekitarnya (Youngson, 1994).
Menurut Manuaba (1999) infeksi pada vulva yang lazim disebut vulvitis sebagian besar dengan gejala keputihan atau leukorea dan tanda infeksi lokal. Keputihan didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari vagina. Cairan tersebut bervariasi dalam konsistensi (padat, cair, kental), dalam warna (jernih, putih, kuning, hijau) dan bau (normal, berbau). Sebagian wanita menganggap cairan yang keluar dari vagina masalah biasa ada juga yang menganggap masalah keputihan mengganggu aktivitas sehari-hari. Masalah yang perlu diwaspadai adalah apakah keputihan tersebut normal atau ada sesuatu kelainan/ penyakit.
Jika keputihan menyebabkan gatal-gatal dan nyeri di dalam vagina, atau di sekeliling saluran pembuka vulva, kondisi ini secara umum disebabkan oleh penyakit, dan tentunya memerlukan pemeriksaan. Tiga jenis utama gangguan dapat menimbulkan masalah, yaitu candidiasis penyebab paling umum gatal-gatal pada vagina. Infeksi sering mengenai vulva dan menimbulkan gatal-gatal. Jamur menyerang sel pada saluran vagina dan sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke lapiran sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali karena satu alasan. Sel-sel yang terinfeksi tidak teralu parah gugur ke dalam vagina, sehingga menyebabkan keputihan. Sekitar 15% wanita terinfeksi, tetapi gejala keputihan dan gatal-gatal terjadi hanya dalam 3% sampai 5% wanita (Jones, 1997).
Keluarnya cairan dari vagina adalah normal pada usia reproduksi, cairan tersebut jumlahnya tidak banyak, jernih, tidak bau dan tidak gatal. Secara alami cairan yang keluar merupakan produksi dari kelenjar di mulut rahim, bercampur dengan sel-sel vagina, bakteri dan sekresi kelenjar-kelenjar di jalan lahir. Secara fisiologis keluarnya cairan dapat dijumpai pada saat ovulasi, saat menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual, dan dalam kehamilan. Sifat dan banyaknya keputihan dapat memberi petunjuk ke arah penyebab. Demikian pula halnya dengan indikasi lain seperti lama keluhan, terus menerus atau pada waktu tertentu saja, warna, bau disertai rasa gatal atau tidak (Purwanto, dalam www.sinarharapan.co.id.2005)
Secara alamiah bagian tubuh yang berongga dan berhubungan dengan dunia luar akan mengeluarkan semacam getah atau lendir. Demikian pula halnya dengan saluran kelamin wanita (vagina). Dalam keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Keputihan apabila tidak segera diobati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan. Penyebab keputihan berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Misalnya, mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut (Wahyurini dan Masum dalam www.kompas.com/kompas-cetak/0308/29/muda.2005)..
Hampir semua wanita pernah mengalami keputihan, bahkan ada yang sampai merasa sangat terganggu. Namun, rasa malu untuk diperiksa pada bagian bawah tubuh yang satu ini, sering kali mengalahkan keinginan untuk sembuh. Belum lagi masyarakat kita yang tidak terbiasa memeriksa alat kelamin sendiri, sehingga kalau ada gangguan tertentu tidak segera bisa diketahui. Rasa malu untuk periksa ke dokter juga menyebabkan banyak wanita mencoba untuk mengobati keputihannya sendiri, baik dengan obat yang dibeli di toko obat, maupun dengan ramuan tradisional. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan jenis penyebab keputihan tersebut, tentu saja pengobatan akan sia-sia. Bahkan, bisa jadi justru menyebabkan kerugian yang lain. Mestinya, rasa malu tersebut dibuang jauh-jauh. Apalagi, jika mengingat betapa seriusnya akibat yang dapat ditimbulkan oleh keputihan yang berkepanjangan tanpa penanganan yang tuntas (Wahyurini dan Masum dalam www.kompas.com/kompas-cetak/0308/29/muda.2005).
Para remaja harus waspada terhadap gejala keputihan. Penelitian menunjukkan, keputihan yang lama walau dengan gejala biasa-biasa saja, lama kelamaan dapat merusak selaput dara. Sebagian besar cairan itu mengandung kuman-kuman penyakit, dan kuman penyakit dapat merusak selaput dara sampai hampir habis, sehingga pada saat hubungan badan yang pertama tidak mengeluarkan darah (www.indomedia.com.2005)

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah tentang pengertian, penyebab dan perawatan yang harus dilakukan jika terjadi keputihan. Berdasarkan data pra survey terhadap 10 remaja putri yang berusia 10-19 tahun di Desa Kecamatan Kabupaten pada bulan Desember tahun, didapat bahwa 7 dari 10 remaja putri tersebut yang mengalami keputihan mengatakan tidak mengetahui tentang pengertian, penyebab dan perawatan yang harus dilakukan jika terjadi keputihan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap keputihan”.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas maka identifikasi masalah yang ada yaitu bahwa di desa Kecamatan banyak terdapat remaja putri yang berusia 10-19 tahun, sedangkan pada data pra survey menunjukkan 7 dari 10 remaja putri di Desa Kecamatan Kabupaten tersebut mengalami keputihan dan belum mengetahui tentang pengertian, penyebab, dan perawatan jika terjadi keputihan.

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri tentang pengertian, penyebab, dan perawatan jika terjadi keputihan.

1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian keputihan?
1.4.2 Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja putri tentang penyebab keputihan?
1.4.3 Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja putri tentang perawatan yang harus dilakukan jika terjadi keputihan?

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap keputihan di Desa  Kecamatan Kabupaten pada Bulan April sampai dengan Juni tahun .
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian keputihan
2. Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang penyebab keputihan
3. Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang perawatan yang harus dilakukan jika terjadi keputihan

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat khususnya remaja putri, yaitu untuk memberikan informasi tentang pengertian, penyebab, dan penanganan keputihan.
1.6.2 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penyebab maupun penanganan keputihan yang terjadi pada wanita.
1.6.3 Bagi Peneliti
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri terhadap keputihan di Desa Kecamatan tahun.
1.6.4 Bagi Responden
Sebagai bahan informasi tentang pengertian, penyebab dan cara perawatan jika terjadi keputihan.
1.6.5 Bagi Peneliti Lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang lengkap di tempat lain.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : Deskriptif
Subjek : Remaja putri dengan usia 10-19 tahun
Objek : Pengetahuan remaja putri tentang keputihan
Lokasi penelitian : Desa Kecamatan Kabupaten
Waktu : April sampai dengan Juni tahun
Alasan : Di desa Kecamatan banyak terdapat remaja putri yang berusia 10-19 tahun, sedangkan pada data pra survey menunjukkan 7 dari 10 remaja putri di Desa Kecamatan Kabupaten tersebut mengalami keputihan dan belum mengetahui tentang pengertian, penyebab, dan perawatan jika terjadi keputihan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI SKRIPSI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TERHADAP KEPUTIHAN DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Format Lampiran)
KLIK DIBAWAH 


Tidak ada komentar:

Arsip Blog

tes