Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor yakni faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat harus ditunjukan kepada 4 faktor di atas. Indikator kesehatan masyarakat dapat dilihat dari Umur Harapan Hidup (UHH), Angka Kematian Balita (AKBA), Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Ibu (AKI). AKI merupakan angka yang dilihat dari banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau 42 hari sejak terminasi kehamilan yang disebabkan kehamilan dan pengelolaannya, per 100.000 kelahiran hidup. (Depkes, 2006).
Saat ini AKI di Negara-negara berkembang masih terbilang tinggi dimana setiap tahunnya terdapat sekitar 200 juta ibu hamil dan 500 ribu diantaranya akan meninggal akibat penyebab yang berkaitan dengan kehamilan serta 50 juta lainnya akan menderita akibat komplikasi pada kehamilannya (Depkes, 2007).
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 AKI di Indonesia yaitu 116 per 100.000 Kelahiran Hidup. Menurut data dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BBKBN) Provinsi Lampung menyatakan Angka Kematian Ibu di Lampung masih tinggi, dalam kurun waktu 3 tahun (2003-2005) AKI di Provinsi Lampung mencapai 321 kasus, sedangkan angka kematian bayi (AKB) berjumlah 844 kasus (Profil Kesehatan Lampung, 2007).
Berdasarkan data Human Development Indeks (HDI) atau indeks pembangunan manusia tentang AKI di Provinsi Lampung berada pada level yang memprihatinkan. Seharusnya AKI di Lampung di bawah AKI rata-rata nasional karena target penurunan AKI nasional dari 262 menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010.
AKI secara langsung di akibatkan oleh perdarahan, gangguan akibat tekanan darah tinggi serta komplikasi dan infeksi pada masa kehamilan. Sementara itu selain karena terlambat dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal, secara tidak langsung AKI juga di sebabkan oleh keterlambatan dalam deteksi bahaya dini selama kehamilan, yang diakibatkan masih rendahnya kunjungan ANC 60,3% dari target nasional sebear 80% pada tahun 2007. Hal ini karena masih banyaknya ibu yang menganggap kehamilan dan persalinan adalah sesuatu yang alamiah sehingga tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan, selain itu juga karena sosial budaya yang menganggap bapak adalah yang paling utama (patriarkat) sehingga masalah kesehatan ibu tidak begitu diperhatikan (www.depkes.go.id).
Dari laporan 212 Dinas Kesehatan Kabupaten tahun 2002 menunjukkan bahwa cakupan K1 secara Nasional sebesar 86,76% serta cakupan K4 sebesar 79,44%. Bila dibandingkan tahun 2001 angka cakupan K1 mengalami penurunan (dari 90,5%), sedangkan cakupan K4 mengalami sedikit peningkatan (dari 74,25%). Menurut hasil SDKI tahun 2007 memperlihatkan bahwa wanita yang pernah melahirkan 93% wanita hamil menjalani pemeriksaan ANC lengkap sesuai standar KIA, persentase pemeriksaan ANC lebih tinggi didaerah perkotaan (71,7%) dibandingkan daerah perdesaan (21,3%) (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, BPS, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar