Pedoman Asuhan Bayi Baru Lahir

Pedoman Asuhan Bayi Baru Lahir:

Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi karena proses tersebut merupakan  pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan dikatakan berhasil apabila ibu dan bayi yang dilahirkan berada dalam kondisi yang optimal. Asuhan segera untuk bayi baru lahir merupakan hal yang esensial setelah pertolongan persalinan. 



I. Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir 
Komponen asuhan bayi baru lahir meliputi:
Pencegahan infeksi
Penilaian segera setelah lahir
Pencegahan kehilangan panas
Asuhan tali pusat
Inisiasi Menyusu Dini
Manajemen laktasi 
Pencegahan infeksi mata
Pemberian vitamin K1
Pemberian imunisasi 
Pemeriksaan fisik BBL

1. Pemberian ASI
Inisiasi Menyusu Dini 
Setelah lahir, keringkan tubuh bayi, ikat tali pusatnya kemudian letakkan (tengkurap) di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit ibu-bayi. Posisikan kepala bayi diantara kedua payudara dan perhatikan upaya naluriah bayi untuk menyusu. Dalam 1 jam pertama, upaya ini dapat membuat temperatur tubuh bayi menjadi stabil dan inisiasi menyusu dini berhasil dilaksanakan. Tutup kepala bayi dengan topi dan selimuti tubuhnya.  

Pemberian ASI selanjutnya
Rangsang isap pada puting susu menyebabkan hipofise anterior mengeluarkan hormon Prolaktin untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan. Pada hari-hari pertama pengisapan puting susu secara adekuat, akan dihasilkan secara bertahap 10 – 100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat memerlukan 700-800 ml ASI per hari (kisaran 600-1000 mL) untuk tumbuh-kembang bayi. 

Posisi menyusui 
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet puting susu (Enkin, et al, 2000). Pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya, terutama baru pertama menyusui atau ibu sangat muda.

Perawatan payudara
Pastikan puting susu selalu bersih dan kering
Ajarkan cara menyusukan yang benar untuk mencegah lecet dan retak 
Jelaskan cara mengkaji gejala dan tanda tersumbatnya saluran ASI atau mastitis 
Mungkin ada masalah bila timbul gejala atau tanda berikut ini: 
  • Bintik atau garis merah atau panas pada salah satu atau kedua payudara
  • Gumpalan atau pembengkakan yang terasa nyeri
  • Demam (suhu lebih dari 38 C) 

1. Manajemen laktasi
2. Pencegahan Infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Gunakan salep/tetes mata Tetrasiklin 1% atau Garamycin dalam waktu satu jam setelah kelahiran. 

3. Pemberian vitamin K 
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu  untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

4. Imunisasi BBL
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk  mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian Vitamin K1, pada saat bayi baru berumur 2 jam. Selanjutnya Hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan OPV diberikan pada saat bayi berumur 24 jam (pada saat bayi pulang dari klinik) atau pada usia 1 bulan (KN). Selanjutnya OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali pada jadwal imunisasi berikutnya.

5. Jadwal Pemeriksaan Bayi Baru Lahir 
Pemeriksaan BBL dilakukan pada: 
  • Saat bayi berada di klinik (dalam 24 jam) 
  • Saat kunjungan lanjut (pada usia 1-3 hari, usia 4-7 hari dan usia 8-28 hari)  

Berikan pengertian kepada ibu dan keluarga untuk tidak meninggalkan klinik sebelum umur bayi 24 jam. Asuhan Bayi Baru lahir dilakukan selama ibu dan bayi berada di klinik 

6. Pemeriksaan Fisik BBL 
Untuk BBL, lakukan pemeriksaan sebagai berikut: 
1. Keadaan umum
2. Memeriksa pernapasan (frekuensi dan upaya bernapas normal/abnormal) 
3. Melihat gerakan dan tonus otot (baik dan simetris)
4. Melihat warna kulit
5. Meraba temperatur kulit (hangat/dingin/panas).
6. Melihat adanya hipersalivasi dan/atau muntah 
7. Melihat adanya kelainan bawaan
8. Kepala (normal & sime tris, bengkak atau memar)
9. Abdomen (normal & simetris, pucat, perdarahan tali pusat)
10. Pengeluaran mekonium dan air seni 
11. Menimbang bayi
12. Menilai cara menyusu

7. Konseling Keluarga untuk Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah
Beri informasi tentang:
Tanda bahaya pada BBL 
Jelaskan pada ibu tanda-tanda bahwa bayi cukup mendapat ASI bila:
  • Bayi terlihat bugar dan tidak rewel 
  • Penurunan berat badan < 10% berat badan lahir pada minggu pertama 

Berat badan naik 160 gram per minggu atau 300 gram pada bulan pertama 
Bayi buang air kecil minimal 6 kali sehari 
Tinja berubah dari coklat gelap ke terang/kuning setelah hari ke-3 
Menjaga kehangatan bayi di rumah: 
Jelaskan cara menjaga temperatur tubuh bayi (pakaian, selimut, kontak kulit)
Menjaga ruangan atau bagian ruangan tetap hangat, terutama pada cuaca dingin
Tempatkan bayi dekat ibu agar mudah dijangkau dan disusukan 

Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
Tidak dapat menyusu
Kejang
Mengantuk atau tidak sadar
Napas cepat ( >60 per menit)
Merintih
Retraksi dinding dada bagian bawah 
Sianosis sentral

8. Penanganan Bayi selama Dalam Perjalanan ke Tempat Rujukan
Menjaga bayi tetap hangat dengan melakukan kontak kulit ibu-bayi 
Selimuti bayi dan kenakan topi pada kepala bayi 
Lindungi bayi dari sinar matahari langsung 
Meminta ibu tetap menyusukan (bila mungkin) bayi selama perjalanan tetapi jika bayi tak dapat menyusu dan perjalanan lebih dari 3 jam, minta ibu memerah ASI dan berikan ke bayi menggunakan cangkir kecil/sendok  

II. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
Menurut WHO, sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia dan hampir 1 juta bayi tersebut meninggal per tahun. Di Indonesia, 57% meninggal pada masa BBL (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah BBLR (29%),  asfiksia (27%), dan sisanya disebabkan oleh trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital. Upaya pencegahan efektif untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan melalui pelayanan antenatal terfokus, persalinan bersih dan aman, dan asuhan neonatal oleh tenaga profesional/kompeten. 

1. Asfiksia Bayi Baru Lahir 
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.

2. Penyebab Asfiksia.
Gangguan pada ibu yang dapat menyebabkan asfiksia BBL adalah:
Preeklampsia dan eklampsia
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan
Kehamilan Post Matur (sesudah 42 minggu kehamilan)   

Kondisi tali pusat yang dapat menimbulkan asfiksia BBL:
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul sejati (true knot) tali pusat
Prolapsus tali pusat

3. Persiapan Resusitasi Bayi Baru lahir 
Penolong harus selalu siap melakukan resusitasi BBL setiap kali menolong persalinan. Walau asfiksia terjadi hanya beberapa menit tetapi bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. 
a. Persiapan Keluarga
b. Persiapan tempat
c. Persiapan Peralatan untuk Tindakan Resusitasi
  • Kain mengeringkan dan menyelimuti bayi serta pengganjal bahu bayi 
  • Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet
  • Tabung dan Sungkup/  Balon dan Sungkup.
  • Kotak Alat Resusitasi.
  • Sarung Tangan.
  • Jam atau pencatat waktu.

d. Persiapan diri

4. Keputusan untuk Resusitasi Bayi Baru Lahir 
Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir. Letakkan dan selimuti bayi di atas perut ibu, lakukan penilaian cepat usaha bernapas dan tonus otot untuk menentukan apakah bayi perlu diresusitasi. Nilai APGAR bukan acuan untuk tindakan resusitasi karena keputusan harus dibuat dalam waktu 30 detik (penilaian awal). Nilai APGAR dipakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada  1 dan 5 menit bayi lahir.   

5. Asuhan Dasar BBL:  
  • Keringkan, bersihkan dan jaga kehangatan tubuh bayi 
  • Bebaskan dan bersihkan jalan napas 
  • Berikan rangsangan taktil: 
  • IMD dan kontak kulit ibu-bayi 

6. Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir 
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan  harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan membahayakan bayi. Letakkan bayi di tempat yang kering (perut bawah ibu), kemudian lakukan pemotongan tali pusat.

a. Langkah Awal
Langkah awal dilakukan dalam waktu 30 detik.  Pada umumnya, 5 langkah (hangat, posisi, isap, usap, posisi ulang) dapat merangsang bayi bernapas spontan/teratur. 
Lakukan penilaian bayi.
  • Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.
  • Bila  bayi  megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.

b. Ventilasi 
1. Pasang sungkup:
2. Ventilasi 2 kali.
3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
  • Jika bayi bernapas spontan/menangis, hentikan ventilasi secara bertahap. 
  • Jika  bayi megap-megap atau tidak  bernapas, lanjutkan ventilasi.

4. Ventilasi lanjutan dan penilaian hasil tindakan  
5. Merujuk bayi bila sesudah 2 menit resusitasi bayi belum bernapas spontan.
6. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi. 

7. Asuhan Pascaresusitasi 
1) Resusitasi Berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi.
a. Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi.                                                                                          
b. Pemantauan dan perawatan tali pusat
c. Bila napas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
d. Pencegahan hipotermi
e. Pemberian vitamin K1
f. Pencegahan infeksi
g. Pemeriksaan fisik
h. Pencatatan dan pelaporan

2) Resusitasi Belum Berhasil: bayi harus dirujuk, lakukan hal-hal berikut:
  • Konseling tentang rujukan atau kemungkinan bayinya gagal diselamatkan
  • Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya
  • Suami atau keluarga mendampingi selama rujukan.
  • Informasikan kasus rujukan ke fasilitas rujukan 
  • Bawa peralatan dan obat yang diperlukan selama rujukan.

Sementara itu, juga lakukan:
a. Langkah-langkah resusitasi (bila masih diperlukan).
b. Memantau tanda bahaya dan merawat tali pusat.
c. Ibu menyusukan bayinya, kecuali ada gangguan napas dan masalah lain
d. Memberikan vitamin K1.
e. Menjaga kondisi bayi tetap stabil dan  mencegah terjadinya infeksi.
f. Membuat surat rujukan.
g. Membuat catatan dan persiapan laporan kasus.

3) Resusitasi Tidak Berhasil: sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak bernapas dan detak jantung 0. 
a. Hentikan resusitasi. 
b. Sampaikan dengan hati-hati pada ibu/keluarga bahwa bayi tidak tertolong 
c. Berikan dukungan moral sesuai budaya setempat. 

8. Asuhan Lanjutan Pascalahir (Usia 2-24 Jam Setelah Lahir) 
Asuhan lanjutan dilakukan melalui kunjungan rumah (kunjungan BBL/neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah lahir atau setelah tindakan resusitasi. Ajari ibu dan atau keluarga untuk menilai keadaan bayi. Jelaskan mengenai pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi mengalami masalah. Rujuk segera bila ditemukan satu/beberapa tanda-tanda bahaya.

9. Pencatatan dan Pelaporan
10.Pencegahan Infeksi
Pencegahan Infeksi Menurut Jenis Alat Resusitasi: 
  • Meja resusitasi (dekontaminasi, cuci-bilas dan keringkan)
  • Tabung resusitasi (dekontaminasi, cuci-bilas dan DTT kimiawi-bilas). Lakukan 3 langkah tersebut secara rutin, terutama bila digunakan pada kasus dengan infeksi). Uraikan bagian demi bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi.
  • Sungkup silikon dan katup karet (klorin 0,1% 20 menit dan bilas dengan air DTT)
  • Alat pengisap yang dipakai ulang (dekontaminasi, cuci-bilas dan DTT)
  • Kain dan selimut (dekontaminasi, cuci-bilas, keringkan di udara terbuka dalam ruangan/area yang bersih dan kering).


Tidak ada komentar:

Arsip Blog

tes