Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Metode ANB (Terapi Persalinan Relaks, Nyaman Dan Aman) pada Inpartu Kala I Fase Aktif Persalinan

KTI SKRIPSI
PERBEDAAN INTENSITAS NYERI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN METODE ANB (TERAPI PERSALINAN RELAKS, NYAMAN DAN AMAN) PADA INPARTU KALA I FASE AKTIF PERSALINAN

ABSTRAK
Dari data rujukan pasien bersalin ke Rumah sakit di Indonesia, ternyata masih banyak ibu bersalin yang tidak tahan terhadap rasa nyeri persalinan. Pada tahun 2002 di RS Dr Pringadi Medan misalnya jumlah rujukan ibu bersalin yang tidak tahan terhadap nyeri sebanyak 3 5,7% dari jumlah ibu bersalin sebanyak 375 Sedangkan pada tahun 2008 untuk periode bulan Pebruari saja di RSUD Gambiran Kediri jumlah rujukan ibu bersalin yang tidak tahan terhadap nyeri sebesar 35% dari 51 ibu bersalin . Metode anb merupakan salah satu metode penanganan nyeri nonfarmakologis untuk ibu bersalin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian metode anb (terapi persalinan relaks, nyaman dan aman) pada inpartu kala I fase aktif persalinan. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimental. Sampel yang dipilih adalah ibu bersalin kala I fase aktif di BPS Siti. Teknik sampling yang digunakan adalah cosecutive sampling. Jumlah sampel adalah 7 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi yang diisi oleh peneliti. Analisa data menggunakan rumus Wilcoxon dengan signifikansi 5 %. Hasil yang didapatkan menunjukkan t tabel > t hitung yaitu 2 > 0 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian metode anb (terapi persalinan relaks, nyaman dan aman) pada inpartu kala I fase aktif persalinan. Saran bagi institusi pada penelitian selanjutnya dapat diarahkan pada faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri.
Kata kunci: Inpartu, Metode anb, Nyeri,

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat melahirkan sering kali menakutkan bagi sebagian perempuan hamil. Kekhawatiran akan kondisi ibu dan bayi kerap menjadi momok menjelang melahirkan. Ditambah lagi rumor yang mengatakan bahwa melahirkan itu sangat sakit, membuat rasa takut pada ibu hamil menjadi besar. Sehingga tidak aneh jika kontraksi yang merupakan tanda-tanda melahirkan sangat ditakuti ibu. Rasa sakit yang teramat sangat semakin membuat ibu lebih takut dan stres. Akibatnya, proses melahirkan menjadi lebih lama dan sulit karena ibu sudah meletakkan suatu pendapat pada otaknya bahwa proses melahirkan itu sangat sakit. Cara berfikir seperti inilah yang harus diubah.(Admin, 2009)
Rasa sakit yang dialami ibu tersebut merupakan konsekwensi logis dari efek kontraksi otot rahim yang disebabkan peregangan dan iskhemia serta dilatasi ( pelebaran ) dari mulut rahim ( cervic uteri ) selama kontraksi. Dalam tinjauan kepustakaan, hingga kini satu-satunya manfaat nyeri persalinan yang diketahui hanyalah sebagai alarm saja, sedangkan nyeri dalam proses bersalin lebih memberi dampak negatif secara fisiologis maupun psikologis bagi seorang ibu. Bagi sebagian ibu, nyeri ini dapat menimbulkan respon klinis yang beragam seperti rasa cemas, takut, peningkatan plasma kortisol dan konsentrasi hormon katekolamin hingga peningkatan kebutuhan oksigen hingga 14 %. (Ade Hasman, 2008)

Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat 70 % sampai 80 % wanita yang melahirkan mengharapkan persalinan berlangsung tanpa rasa nyeri. Berbagai cara dilakukan agar ibu melahirkan tidak selalu merasa nyeri dan merasa nyaman. Saat ini 20 % hingga 50 % persalinan di rumah sakit swasta dilakukan dengan operasi caesar. Tingginya operasi caesar disebabkan para ibu yang hendak bersalin lebih memilih operasi yang relatif tidak nyeri. Di Brazil angka ini mencapai lebih dari 50 % dari angka kelahiran disuatu rumah sakit yang merupakan presentase tertinggi di seluruh dunia. ( Admin, 2007 )
Di RS Dr Pringadi Medan ditemui kasus rujukan yang dirujuk oleh bidan sebanyak 375 kasus yang terdiri dari partus tidak maju dan nyeri hebat 134 orang (35,7%), pre-eklampsia berat atau eklampsi 75 orang (20%), perdarahan antepartum 36 orang (9,6 %), perdarahan pasca persalinan 38 orang (10,1 %), kehamilan ektopik terganggu 3 orang ( 0,8 % ), abortus 86 orang (22,9%), dan infeksi puerperalis 3 orang (0,8 %). (Abraham Siregar, 2002)
Sedangkan di kota Kediri sendiri, yaitu di RSUUSD Gambiran dari 51 jumlah persalinan yang dirujuk oleh bidan pada periode bulan Pebruari 2009 didapatkan data 29 persalinan secara spontan pervaginam, dengan perincian kasus PEB sebanyak 4 orang (13 %), partus lama 2 orang (6 %), KPP 2 orang (6%), letak sungsang 2 orang (6%), primitua sekunder disertai nyeri persalinan yang hebat 15 orang (51%), asma 1 orang (3%), eklampsi 1 orang (3%), placenta praevia 1 orang (3%), PER 1 orang (3%), kemudian dari 6 persalinan dengan vacum extraksi diperoleh perincian persalinan dengan kasus CPD 1 orang (16%), partus lama 1 orang (16%), post date 1 orang (16%), nyeri persalinan 1 orang (16%), PEB 1 orang (16%), KPP 1 orang (16%). Untuk persalinan dengan sectio caesarea didapatkan perincian 2 persalinan dengan indikasi letak sungsang (12%), CPD disertai KPP 2 orang (12%), terdapat luka bekas SC 1 orang (6%), APB 3 orang (18%), grande multipara 1 orang (6%), kala I fase aktif memanjang 1 orang (6%), letak lintang 1 orang (6%), PEB 3orang (18%) tidak tahan terhadap rasa nyeri persalinan 2 orang (12%) . ( Rekapan Data Persalinan RSUUSD Gambiran Kediri, 2009 ).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di dua BPS ( Bidan Praktek Swasta) di wilayah kerja Puskesmas Sukorame tercatat di BPS pertama yaitu BPS Eni Sukorame untuk periode tahun 2007 tercatat dari 38 persalinan terdapat 2 % persalinan yang dirujuk dengan kasus partus lama dan 2 % dengan alasan tidak tahan terhadap rasa nyeri persalinan. Sedangkan untuk periode tahun 2008 tercatat dari 38 persalinan terdapat 2 % persalinan yang dirujuk dengan kasus pre-eklampsi, 2 % dengan kasus CPD, 5 % dengan kasus KPD, dan 2 % dengan alasan tidak tahan terhadap rasa nyeri persalinan. Kemudian untuk data dari BPS kedua yaitu BPS Kurniawati desa Bandar lor untuk periode tahun 2008, tercatat dari 17 persalinan terdapat 5 % persalinan yang dirujuk dengan kasus post date, 5 % dengan kasus letak sungsang, 5 % dengan kasus hipertensi dan 5 % berikutnya dengan alasan tidak tahan terhadap rasa nyeri persalinan. Berdasarkan data tersebut diatas kita dapat melihat dengan jelas bahwa nyeri persalinan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran berlangsungnya proses persalinan. Walaupun sebenarnya nyeri persalinan merupakan hal yang fisiologis. ( Data laporan persalinan BPS, 2008).
Berbagai tindakan dapat dilakukan untuk meringankan nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin, untuk mencegah terjadinya komplikasi persalinan yang secara umum dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu dengan cara farmakologis dan nonfarmakologis. Metode anb merupakan salah satu metode penanganan nyeri non farmakologis yang dapat diterapkan pada ibu bersalin.
Metode anb merupakan metode pengkondisian mental dan fisik dengan cepat, sehingga paling sesuai digunakan saat ibu sedang melakukan proses persalinan diruang bersalin, mulai kondisi pembukaan satu. Saat itu ibu sering diliputi kecemasan, ketakutan dan ketegangan. ( Agung Nugroho, 2008 ). Namun hingga saat ini metode anb masih belum terbiasa digunakan dalam penatalaksanaan persalinan normal pada ibu inpartu. Padahal seperti kita ketahui dengan menggunakan metode ini dimungkinkan ibu lebih menikmati proses persalinan. Seperti yang diungkapkan oleh Agung Nugroho dalam penelitiannya dalam upaya penurunan nyeri kala I persalinan pada metode anb ( terapi persalinan relaks, nyaman, dan aman) didapatkan kemungkinan calon ibu dapat menikmati proses kelahiran yang aman, lembut, dan cepat. ( Agung Nugroho, 2008 )
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di BPS Siti Kelurahan Kecamatan Kabupaten belum dilakukan manajemen nyeri persalinan secara khusus untuk mengontrol nyeri selama kala I. Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian metode anb (terapi persalinan relaks, nyaman dan aman) pada inpartu kala I fase aktif persalinan di BPS Siti Kelurahan Kecamatan Kota.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut “ Adakah perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian metode anb (terapi persalinan relaks, nyaman dan aman) pada inpartu kala I fase aktif persalinan?”.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian metode anb (terapi persalinan relaks, nyaman dan aman) pada inpartu kala I fase aktif persalinan
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi intensitas nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif sebelum dilakukan intervensi.
1.3.2.2 Mengidentifikasi intensitas nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif setelah dilakukan intervensi.

1.3.2.3 Menganalisa perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian metode anb (terapi persalinan relaks, nyaman dan aman) pada inpartu kala I fase aktif persalinan.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Sebagai bahan tambahan wawasan mengenai perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian metode anb (terapi persalinan relaks, nyaman dan aman) pada inpartu kala I fase aktif persalinan.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan tambahan pengetahuan dan informasi serta pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian metode anb (terapi persalinan relaks, nyaman dan aman) pada inpartu kala I fase aktif persalinan.
1.4.3 Bagi Institusi Lahan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi tempat penelitian untuk peningkatan pelayanan kesehatan.
silahkan download KTI SKRIPSI
PERBEDAAN INTENSITAS NYERI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN METODE ANB (TERAPI PERSALINAN RELAKS, NYAMAN DAN AMAN) PADA INPARTU KALA I FASE AKTIF PERSALINAN
KLIK DIBAWAH 

Tidak ada komentar:

Arsip Blog

tes